menghantam  antara  satu  agama  dengan  agama  lainnya,  bukan  sebagai ajang penjajahan suku mayoritas terhadap minoritas, dan bukan pula untuk
merendahkan suatu kebudayaan terhadap kebudayaan lain. Dengan adanya perbedaan di sekitar harus difahami sebagai sarana saling menghargai dan
saling  melengkapi  mutual  respect.  Pluralisme  adalah  nafas  dari  ke- bhineka-an.  Dan  kehidupan  yang  bhineka  tidak  dapat  tercermin  tanpa
adanya pemahaman keberagaman.
D. Tujuan  Pendidikan  Multikultral  ;  Mewujudkan  Manusia  Indonesia
Cerdas
Secara  umum,  ada  dua  pandangan  teoritis  mengenai  tujuan  pendidikan, masing-masing dengan tingkat keragamannya tersendiri. Pandangan teoretis yang
pertama  berorintasi  kemasyarakatan,  yaitu  pandangan  yang  menganggap pendidikan sebagai sarana utama dalam menciptakan rakyat yang baik, baik untuk
sistem pemerintahan demokratis, oligarkis,  maupun monarkis. Pandangan teoretis yang kedua lebih berorientasi kepada individu, yang lebih memfokuskan diri pada
kebutuhan, daya tampung dan minat pelajar
48
. Selanjutnya, sistem pendidikan yang diterapkan di negara-negara yang ada
di dunia ini berorientasi kemasyarakatan, kenegaraan. Brubacher dalam bukunya, Modern  Philosophies  of  Education  1978  menyatakan  hubungan  pendidikan
dengan masyarakat mencakup hubungan pendidikan dan perubahan sosial, tatanan ekonomi, politik, dan negara, karena pendidikan itu terjadi di masyarakat, dengan
sumber  daya  masyarakat,  dan  untuk  masyrakat,  maka  pendidikan  dituntut  untuk mampu  memperhitungkan  dan  melakukan  antisipasi  terhadap  perkembangan
sosial, ekonomi, politik dan kenegaraan secara simultan. Sedangakan secara mikro pendidikan  senantiasa  memperhitungkan  individualitas  atau  karakteristik
perbedaan antara individu peserta didik
49
. Layaknya  sebuah  konsep,  pendidikan  multikultural  juga  memiliki  tujuan,
karena  pendidikan  adalah  bagian  dari  suatu  proses  yang  diharapkan  untuk
48
Sebagian kelompok masyarakat yang memegang kendali sebuah Negara.
49
Fasli  Jalal,  Reformasi  Pendidikan  dalam  Konteks  Otonomi  Daerah,  Yogyakarta: Aditia 2001,  hlal. 16
mencapai  suatu  tujuan.  Tujuan-tujuan  akhir  yang  pada  essesnsinya  ditentukan oleh  masyarakat,  dan  dirumuskan  secara  singkat  dan  padat,  seperti  kematangan
dan  integritas atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya kepribadian  manusia, dalam  hal  ini  pendidikan  multikultural  menujukan  diri  pada  terciptanya  bangsa
yang  memiliki  integritas  yang  tinggi,  bangsa  maju,  berperadaban,  disegani  oleh bangsa lain dalam framework global-multikultural. Cita-cita tersebut, di Indonesia
diproyeksikan  pada  pembekalan  dan  pengembangan  sumber  daya  manusianya, yakni  dengan  label  manusia  Indonesia  cerdas.  Hanya  manusia  cerdaslah  yang
dapat membangun kehidupan bangsa yang cerdas. Manusia cerdas adalah manusia yang  menguasai  dan  memanfaatkan  ilmu  pengetahuan  dengan  sebaik-baiknya
untuk  peningkatan  mutu  kehidupan,  baik  sebagai  perseorangan  maupun  sebagai kelompok, dan sebagai anggota masyarakat dan bangsanya.
Kemudian  manusia  cerdas  juga  manusia  yang  bermoral  dan  beriman sehingga  kecerdasan  yang  dimilikinya  bukan  untuk  memupuk  kerakusannya
menguasai  sumber-sumber  lingkungan  secara  berlebihan  maupun  di  dalam kemampuannya untuyk memperkaya diri sendiri secara tidak sah korupsi, tetapi
seorang manusia cerdas yang bermoral pasti akan bertindak baik. Selanjutnya  manusia  cerdas  bukanlah  yang  ingin  membenarkan  apa  yang
dimilikinya, cita-vitanya, agamanya, ideology politiknya untuk dipaksakan kepada orang  lain,  tetapi  seorang  manusia  yang  cerdas  mengakui  akan  perbedaan-
perbedaan yang ada di dalam hidup bersama sebagai kekayaan bersama dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.
Jadi,  sosok  manusia  cerdas  tidak  hanya  cerdik  dan  berkemampuan  untuk menguasai  ilmu  pengetahuan  dan  menyelesaikan  masalah,  tetapi  juga  bermoral,
bersikap demokratis, dan empati terhadap orang lain. Manusia cerdas menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar belakang berbeda
50
. Disamping  itu,  kita  juga  telah  berkomitmen  untuk  mewujudkan  tatanan
masyarakat  indonesia  baru  yang  lebih  toleran  dan  dapat  menerima  dan  memberi didalam  perbedaan  budaya  multikultural,  demokratis  dalam  perikehidupannya
democratizatioan, mampu menegakkan keadilan dan hukum law enforcement,
50
Anita Lie, Mengembangkan Model Pendidikan Multikultural, httpwww.kompas.com akses 25 Desember 2007
memiliki kebangsaan diri baik secara individual maupun kolektif human dignity serta  mendasarkan  diri  pada  kehidupan  beragama  dalam  pergaulannya
religionism. Untuk bisa melihat konsep manusia cerdas, lihat tabel berikut :
Tabel Manusia Indonesia Cerdas
51
Sikap dan Tingkah Laku Kompetensi
Cerdik-Pandai -
Kemampuan analisis
- Dapat mengambil pilihan
- Menguasai Ilmu Pengetahuan
- Gemar Belajar
Energik-Kreatif -
Daya Kreatif
- Rajin, kerja keras
- Tahan uji
Responsif terhadap
Masyarakat Demokratis
- Toleran terhadap perbedaan
- Persatuan
Indonesia yang
pluralistic
- Inkulisivisme
Daya Guna Skilled
-
Keterampilan yang beermanfaat
- Pemanfaatan
Sumber Daya
Alam Akhlak Mulia Moral, Religius
-
Bermoral
- Anti
Korupsi Kolusi
dan Nepotisme KKN
- Religius Substantif
Sopan Santun Civillized -
Mengenal adat istiadat setempat
- Mengenal
tata pergaulan
internasional Dari  tabel  di  atas  dapat  dilihat  sebuah  sosok  manusia  ideal  era  global.
Mereka memiliki sikap dan tingkah laku yang baik. Cerdik-pandai dalam kognitif, energik-kreatif  dalam  ranah  motorik,  responif  terhadap  masyarakat-demokratis,
daya guna skilled, akhlak mulia moral, religius, sopan santun civillized. Dari pemaparan  di  atas,  tujuan  pendidikan  multikultural  merapatkan  diri  dalam  ranah
kognitif,  afektif  maupun  psikomotorik.  Dengan  manusia  Indonesia  cerdas diharapkan akan dapat membangun bangsa ke depan di era global-multikultural.
51
Tilaar, Multikulturalisme…….,hal. 203.
E. Implikasi Multikulturalisme terhadap Pendidikan Islam