KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF (1)
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN SKRIPSI
Oleh : PUTRI YULIAVSARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Agustus, 2009 KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh : PUTRI YULIAVSARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Agustus, 2009
HALAMAN PERSETUJUAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN SKRIPSI
Oleh : Putri Yuliavsari
Telah Disetujui oleh : Dosen Pembimbing
M. Samsul Ulum, MA NIP. 150 302 561
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. H. Moh. Padil, M. Pd.I NIP. 150 267 235
HALAMAN PENGESAHAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh Putri Yuliavsari (05110030) telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 4 Agustus 2009 dengan nilai ..... dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada tanggal 4 Agustus 2009
Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang M. Samsul Ulum, MA
NIP. 150 302 561
Sekretaris Sidang Abdul Malik Karim A, M.Pd.I
NIP. 150 368 790
Pembimbing M. Samsul Ulum, MA
NIP. 150 302 561
Penguji Utama Dr. H. M. Samsul Hady, M. Ag
NIP. 150 367 254
Mengesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dr. M. Zainuddin, MA NIP. 150 275 502
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Nya sehingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan ananda persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang telah memberikan kisah kasih tentang makna
hidup serta langkah bijak dalam meniti lika-liku kehidupan…. Kepada
Ayah dan ibuku yang telah banyak memberikan doa-doanya yang tulus, nasehat, juga pengorbanan yang tak terhingga nilainya baik materiil maupun spiritual
sehingga ananda bisa sampai ke jenjang Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Semoga ananda dapat menjadi anak
yang selalu berbakti dan dapat membahagiakan ayah dan ibu Keluarga besar ananda, kedua kakakku dan adikku tersayang yang selalu memberikan segalanya layaknya orang tua. Semoga untaian pahala tak jamu teralir hingga yaumul akhir.
Para guru dan dosen ananda yang selalu jadi pelita dalam studiku. Karenamu anada dapat mewujudkan harapan dan anganku sebagai awal menggapai cita-
citaku.
Serta teman-teman ananda senasib dan seperjuangan, bersama kalian ananda
belajar lebih tentang arti kehidupan. Ya Allah….terimakasih.hidup dan matiku hanya untuk Mu dan mohon jadikanlah ini sebagai amal ibadahku, Amin…
MOTTO
öNÍkŽÏj.t“ãƒur ¾ÏmÏG»tƒ#uä öNÍköŽn=tã (#qè=÷Ftƒ öNåk÷]ÏiB Zwqß™u‘ z`¿Íh‹ÏiBW{$# ’Îû y]yèt/ “Ï%©!$# uqèd ÇËÈ &ûüÎ7•B 9@»n=|Ê ’Å"s9 ã@ö6s% `ÏB (#qçR%x. bÎ)ur spyJõ3Ïtø:$#ur |=»tGÅ3ø9$# ãNßgßJÏk=yèãƒur
“ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” . (QS. Al-Jumuah
1 Al Quran dan Terjemahannya, (Bandung : Diponegoro, 2003), hlm 553
M. Samsul Ulum, MA Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING Hal
: Skripsi Putri Yuliavsari Malang, 16 Juni 2009 Lamp : 4 (empat) Eksemplar
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di
Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini : Nama
: Putri Yuliavsari NIM
: 05110030 Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH. Ahmad Dahlan Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. W
Pembimbing,
M. Samsul Ulum, MA NIP. 150 302 561
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar rujukan.
Malang, 16 Juni 2009
Putri Yuliavsari
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH. Ahmad Dahlan ”.
Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad Saw, yang berkat syafaat dan barokah beliau kita dapat menjalankan kehidupan ini dengan penuh kedamaian.
Skripsi ini penulis susun guna melengkapi sebagian tugas dan sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) di Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penulis sadar dan yakin bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, serta masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya, semua itu disebabkan karena minimnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih teriring doa “ Jazakumullah ” kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung, memperlancar terselesaikannya skripsi ini, khususnya penulis sampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Orang tuaku yang aku banggakan, Ayah Suroyo dan Ibu Aminah Subekti, dan saudara-saudaraku Henry Martoyo, Inry Nurayu Saputri, Muh. Rosidi, Mas Koko, Mbak Santi, Rohmatul Umma, dan Dina Anggraini, yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayang teriring doa dan motivasinya sehingga penulis selalu optimis dalam menggapai kesuksesan hidup di dunia ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Bapak Drs. H.M. Padil, M. PdI, selaku Ketua Jurusan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
5. Bapak M. Samsul Ulum, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih atas bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Jazakumullah Ahsanal Jaza’.
6. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah mendidik, membimbing, mengajarkan dan mencurahkan ilmunya kepada penulis. Semoga Allah membalas amal kebaikan mereka.
7. Seluruh teman Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan sahabat-sahabat terbaikku (Emi Fatmawati, Fitri Hidayati R, Mifta Cholin, Elok Setya P, Nahdiyatul Ula, Ulil Absor, Imam Bukhori M, Juswadi, Fauzi Emqi, A. Syamsudin, Indah Catur W, Nur Azizi, Mudlihatul Ulya, Ellys S), terimakasih atas bantuannya. Semoga kebaikan kalian semua diterima sebagai amal sholeh.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang ikut dan memotivasi terhadap penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya hanya doa dan ucapan terimakasih atas segala bantuan yang diberikan, semoga amal baik mereka diterima di sisi-Nya serta mendapat karunia dan pahala yang berlipat ganda dan semoga pula skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, juga para pembaca yang budiman. Amin Yaa Robbal Alamin..
Malang, Juni 2009 Penulis
C. Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan pada Konteks Pendidikan Islam di Abad 21........................................
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN............................ 186
A. Analisis Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Tentang Konsep Pendidikan Islam..............................................................
B. Analisis Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Pada
Konteks Pendidikan Islam di Abad 21............................. 199
BAB VI PENUTUP............................................................................. 207
A. Kesimpulan ...................................................................... 207
B. Saran-Saran ...................................................................... 208
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ABSTRAK
Yuliavsari, Putri. Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH. Ahmad Dahlan . Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN ) Maulana Malik Ibrahim Malang. Muhammad Samsul Ulum, MA.
Pendidikan menurut Islam merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Oleh karena itu, Islam tentunya memberikan konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan dan menjadi tanggung jawab manusia untuk menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktik pendidikan. Konsep adalah sebuah kerangka pikir, ide atau rancangan dalam suatu hal. Salah satu Intelektual Muslim yang mencoba melakukan rekonstruksi bangunan paradigma yang dapat dijadikan dasar bagi sistem Pendidikan Nasional adalah KH. Ahmad Dahlan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil suatu rumusan masalah yang berkaitan dengan pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam dan relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan pada konteks pendidikan Islam di abad 21.
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian library research dan termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi. Dalam analisis data, penulis menggunakan teknis analisis deskriptif, dengan cara menemukan pola, tema tertentu, mencari hubungan logis antara pemikiran tersebut, kemudian mengklasifikasikan pemikiran sang tokoh sehingga dapat dikelompokkan ke dalam aspek pendidikan Islam yang sesuai, kemudian langkah terakhir yaitu merumuskan hasil untuk mencapai generalisai gagasan yang spesifik.
Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan di sini bahwa Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam dapat terlihat pada usahanya dalam mengintegrasikan dikotomi ilmu pengetahuan, menjaga keseimbangan, bercorak intelektual, moral dan religius. Tujuan pendidikan Islam menurutnya adalah melahirkan individu yang utuh. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan, KH. Ahmad Dahlan lebih banyak mengadopsi sistem pendidikan sekolah barat yang sudah maju. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan memiliki kerelevanan apabila dihadapkan pada konteks pendidikan Islam abad 21. Di antara pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang memiliki keterkaitan dalam pendidikan Islam abad 21 adalah aspek tujuan pendidikan Islam dan kurikulum pendidikan Islam Hanya saja, tidak semuanya, akan tetapi butuh pemilahan-pemilahan kesistematisan konsep yang telah disampaikan. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan pendidikan di abad 21. Kata Kunci
: Konsep, Pendidikan Islam, Abad 21.
BUKTI KONSULTASI PEMBIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Putri Yuliavsari NIM/Jurusan
: 05110030/ Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing : M. Samsul Ulum, MA. Judul Skripsi
: Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif KH. Ahmad
Dahlan
No Tanggal
Hal yang Dikonsultasikan
Tanda Tangan
1 10 Februari 2009 Proposal
2 18 Februari 2009 Proposal Ganti Judul
Revisi Bab 2 & Bab 3
6 4 Mei 2009
Bab 4, Revisi Bab 2 & Bab 3
7 18 Mei 2009
Bab 5, Revisi Bab 4
8 28 Mei 2009
Bab 6, Revisi Bab 5
9 1 Juni 2009
Abstrak & Bab Keseluruhan
10 16 Juni 2009
ACC Keseluruhan
Malang, 30 Juni 2009 Dekan Fakultas Tarbiyah
Dr. M. Zainuddin, MA NIP. 150 275 502
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama universal mengajarkan kepada umat manusia berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrowi. Salah satu diantara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan, karena menurut ajaran Islam pendidikan adalah merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipatuhi, demi
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 2 Sejak sejarah manusia lahir mewarnai rutinitas kegiatan alam fana ini,
pendidikan sudah merupakan “barang penting” dalam komunitas sosial. Nabi Adam as yang memulai kehidupan baru di jagad raya ini senantiasa dibekali akal untuk memahami setiap yang ia temukan dan kemudian menjadikannya
sebagai konsep pegangan hidup. 3 Pendidikan menurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari
tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, kemudian pertanggungjawaban itu baru bisa dituntut kalau ada aturan dan pedoman pelaksanaan. Oleh karenanya, Islam tentunya memberikan garis- garis besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung
2 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 2, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm 98
3 Ahmad Barizi dalam A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),hlm v 3 Ahmad Barizi dalam A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),hlm v
Dengan pendidikan, manusia biasa mempertahankan kekhalifahannnya sebagaimana pendidikan adalah hal pokok yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Dan pendidikan yang diberikan atau dipelajari harus dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai mediasi nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Hal ini dalam agama sangatlah diperhatikan, akan tetapi dalam pengaplikasiannya yang dilakukan umatnya kadang melenceng dari esensi ajaran agama itu sendiri. Hal inilah yang harus menjadi perhatian dasar pendidikan Islam.
Pendidikan sering dikatakan sebagai seni pembentukan masa depan. Ini tidak hanya terkait dengan manusia seperti apa yang diharapkan di masa depan, tetapi juga dengan proses seperti apa yang akan diberlakukan sejak awal keberadaannya, baik dalam konteks peserta didik maupun proses. Oleh karena itu, pendidikan Islam perlu memperhatikan realitas sekarang untuk menyusun format langkah-langkah yang akan dilakukan.
Dengan demikian, ajaran Islam sarat dengan nilai-nilai, bahkan konsep pendidikan. Akan tetapi, semua itu masih bersifat subyektif dan transendental. Agar menjadi sebuah konsep yang obyektif dan membumi perlu didekati dengan keilmuan, atau sebaliknya perlu menggunakan paradigma Islam yang
sarat dengan nilai-nilai pendidikan. 5
4 Zuhairini, Op Cit, Hlm 148 5 Abdurrahman Masud, dkk, P aradigma Pendidikan Islam, Cet 1, ( Yogyakarta : Pustaka pelajar,
2001), Hlm 19
Pemikiran semacam ini kiranya saat ini memiliki momentum yang tepat, karena dunia pendidikan sering menghadapi krisis konseptual 6 . Di samping
karena begitu cepatnya terjadi perubahan sosial yang sulit, maka menjadi tanggung jawab bagi setiap pakar pendidikan untuk membangun teori pendidikan Islam sebagai paradigma.
Saat ini ada kecenderungan pendidikan Islam kian mendapat tantangan seiring berkembangnya zaman. Di satu sisi lain muncul persaingan global dunia pendidikan Islam. Sedangkan di satu sisi menjanjikan masa depan pembentukan kualitas anak didik, namun pada sisi lain juga memunculkan kekhawatiran kian merosotnya kualitas pendidikan yang merusak nilai-nilai pendidikan Islam itu sendiri.
Pendidikan Islam dewasa ini menghadapi banyak tantangan yang berusaha mengancam keberadaannya. Tantangan tersebut merupakan bagian dari sekian banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan Islam. Tantangan yang paling parah yang dihadapi pendidikan Islam adalah krisis moral spiritual masyarakat, sehingga muncul anggapan bahwa pendidikan Islam masih belum mampu merealisasikan tujuan pendidikan secara holistik. Di antara tantangan yang dihadapi pendidikan Islam, antara lain: 1) kebudayaan Islam berhadapan dengan kebudayaan barat abad ke-20; 2) bersifat intern, tampak pada kejumudan produktivitas pemikiran keIslaman dan upaya menghalangi produktivitas tersebut; 3) kebudayaan yang dimiliki sebagian pemuda muslim yang sedang belajar di negeri asing hanya
6 Ibid, Hlm 20.
kebudayaan asing; 4) sistem kebudayaan Islam di sebagian negara Muslim masih terpaku pada metode tradisional dan kurang merespon perkembangan zaman secara memadai agar generasi muda tidak berpaling kepada kemewahan kehidupan modern dan kebudayaan barat; 5) kurikulum universal di sebagian dunia Islam masih mengabaikan kebudayaan Islam; dan 6)
berkenaan dengan pendidikan wanita Muslimah. 7 Paradigma pembangunan pendidikan yang sangat sentralistik telah
melupakan keragaman yang sekaligus kekayaan dan potensi yang dimiliki bangsa ini. Perkelahian, kerusuhan, permusuhan, munculnya kelompok yang memiliki perasaan bahwa budayanyalah yang lebih dari budaya lain adalah buah dari pengabaian keragaman tersebut dalam dunia pendidikan kita.
Ada banyak tokoh-tokoh pendidikan Islam, baik klasik dan kontemporer yang penulis lihat dan klasifikasi dari melihat masa ketika para tokoh trersebut hidup yang telah menulis hasil pemikirannya tentang pendidikan, diantaranya yang klasik adalah Ibnu Khaldun, Imam al Ghazali, dan Ibnu Maskawih, dan masih banyak lagi. Sedangkan para tokoh yang kontemporer adalah Muhammad Abduh, Ki Hajar Dewantara, Hasan Langgulung, dan Naquib al Attas, dan masih banyak lagi. Kehadiran mereka dapat memfungsikan semua potensi dirinya dan tanggung jawabnya sebagai khalifah fil Ardh yang membebaskan belenggu kehidupan yang dapat mengancam keterasingan umat Islam. Dari kesemuanya tokoh-tokoh pendidikan tersebut akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya.
7 Hery Noer Aly, Dkk, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta : Friska Agung Insani, 2003), Hlm 227- 234
Sistem pendidikan sering dipahami sebagai suatu pola menyeluruh dari proses pendidikan dalam lembaga-lembaga formal, agen-agen, serta organisasi dengan mentransfer pengetahuan, warisan kebudayaan serta sejarah kemanusiaan yang mempengaruhi pertumbuhan sosial, spiritual, dan intelektual. Artinya, sistem pendidikan tidak bisa dipisahkan dari sistem- sistem di luarnya, seperti sistem politik, sistem tata laksana, sistem keuangan, dan sistem kehakiman.
Salah satu Intelektual Muslim atau tokoh pendidikan Islam yang mencoba melakukan rekonstruksi bangunan paradigma yang dapat dijadikan dasar bagi sistem pendidikan nasional adalah KH. Ahmad Dahlan. Berawal dari rekontruksi itu lah dirasa perlu diteliti menurut peneliti sebagai salah satu usaha atau refleksi untuk menemukan konsep pendidikan Islam yang benar- benar relevan dengan keadaan masa kini atau abad 21.
KH. Ahmad Dahlan merupakan tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila cukup mewariskan banyak amal usaha bukan tulisan. Dengan usaha beliau di bidang pendidikan, beliau dapat dikatakan sebagai suatu "model" dari bangkitnya sebuah generasi yang merupakan "titik pusat" dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan dan kejumudan paham agama Islam. Berbeda dengan tokoh-tokoh nasional pada zamannya yang lebih menaruh perhatian pada persoalan politik dan ekonomi, KH. Ahmad Dahlan mengabdikan diri sepenuhnya dalam bidang KH. Ahmad Dahlan merupakan tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila cukup mewariskan banyak amal usaha bukan tulisan. Dengan usaha beliau di bidang pendidikan, beliau dapat dikatakan sebagai suatu "model" dari bangkitnya sebuah generasi yang merupakan "titik pusat" dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan dan kejumudan paham agama Islam. Berbeda dengan tokoh-tokoh nasional pada zamannya yang lebih menaruh perhatian pada persoalan politik dan ekonomi, KH. Ahmad Dahlan mengabdikan diri sepenuhnya dalam bidang
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka penulis tedorong untuk
mengadakan suatu kajian dengan mengambil judul “ KONSEP PENDIDIKAN
ISLAM DALAM PERSPEKTIF KH. AHMAD DAHLAN “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka didapatkan suatu rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam ?
2. Bagaimana relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam konteks pendidikan Islam di abad 21 ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam konteks pendidikan Islam di abad 21.
8 Filsafat Pendidikan Islam Menurut KH Ahmad Dahlan (1868-1923 M) ( http://aadany- khan.blogspot.com/2008/06/filsafat-pendidikan-islam-menurut-kh.html , di akses 15 Februari
D. Kegunaan Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan, antara lain :
1. Sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan konsep Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits yang diharapkan mampu menjadi sarana pengembangan wawasan keilmuan dan penghayatan serta pengalaman keagamaan di kalangan akademisi khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
2. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam sekaligus kualitas sumber daya manusia. Karena memang pada hakekatnya pendidikan dirancang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia, karena itu penulisan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan pendidikan Islam.
3. Untuk mengembangkan kreativitas potensi diri penulis dalam mencurahkan pemikiran ilmiah lebih lanjut.
E. Batasan Penelitian
Agar tidak terjadi mis-understanding dalam memahami hasil dari penulisan ini, maka dalam hal ini penulis membatasi obyek penelitiannya yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi obyek penelitian ini yang berkisar pada :
1. Pencarian informasi tentang pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam.
2. Memberikan gambaran tentang relevansi pemikiran KH. Ahamad Dahlan dalam konteks pendidikan Islam di abad 21.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang pembahasan ini, secara singkat dapat dilihat dalam sistematika pembahasan dibawah ini :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis akan mendeskripsikan secara umum dan menyeluruh tentang skripsi ini, yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan. Oleh karena itu, pada bab pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaannya, batasan penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini, dimaksudkan unrtuk memberikan pra-wacana sebelum masuk dalam pembahasan utama yakni bagaimana konsep pendidikan Islam dalam perspektif KH. Ahmad Dahlan. Karena itu, sub bahasan yang akan disajikan adalah seputar paradigma dasar pendidikan Islam.
BAB III METODE PENELITIAN
Merupakan kerangka yang berisikan tentang jenis dan pendekatan penelitian, jenis data, sumber data, tehnik pengumpulan data, dan tehnik pengolahan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Memuat uraian tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam bab III. Karena itu bab ini akan mengungkap data-data yang terkait dengan rumusan masalah, yaitu pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam dan relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam konteks pendidikan Islam di abad 21.
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berisikan tentang pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian, yang bertujuan untuk menjawab masalah penelitian, menafsirkan temuan-temuan penelitian, mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, membuktikkan teori yang sudah ada, dan menjelaskan implikasi-implikasi lain dari hasil penelitian, termasuk keterbatasan temuan-temuan penelitian.
BAB VI PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan, sekaligus saran-saran bagi praktisi pendidikan apa yang harus dilakukan berkenaan dengan konsep pendidikan Islam dalam perspektif KH. Ahmad Dahlan.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Berbicara masalah pendidikan merupakan suatu kajian yang cukup menarik, karena pemahaman makna tentang pendidikan sendiri pun juga beragam. Perlu diketahui bahwa banyak sekali istilah-istilah dalam pendidikan itu sendiri. Seperti pengajaran, pembelajaran, paedagogi, pendidikan, pelatihan, dan lain sebagainya. Semua itu dapat dijumpai dalam buku-buku yang mengkaji tentang pendidikan.
Istilah pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, makna pendidikan Islam dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. 9 Pendidikan menurut Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama 10 . Dalam pendidikan yang
dijelaskan di atas bahwa dalam pendidikan terdapat beberapa unsur, diantaranya :
9 Djumransjah, dkk, Pendidikan Islam ; Menggali “ Tradisi” , Meneguhkan Eksistensi, (Malang : UIN-Malang Press, 2007), hlm 1
10 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al Ma’arif, 1989}, hlm 19.
a) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan dilakukan secara sadar.
b) Ada pendidik, pemimpin atau penolong.
c) Ada peserta didik, anak didik.
d) Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.
e) Dalam usaha itu terdapat alat-alat yang dipergunakan. Pemaknaan pendidikan menurut Marimba ini dikatakan terbatas,
karena pemahaman arti tersebut hanya bersifat kelembagaan saja, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kenyataanya bahwa dalam proses menuju perkembangan yang sempurna itu seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh orang lain, tetapi ia juga menerima pengaruh (entah itu bimbingan atau bukan, tidak menjadi soal) dari selain manusia.
Sementara itu, Al Syaibany memaknai pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan membentuk pengalaman dan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku individu dan kelompok hanya akan berhasil melalui interaksi seseorang dengan perwujudan dan benda sekitar serta dengan alam sekelilingnya, tempat ia hidup, benda dan persekitaran adalah sebagian alam luas tempat insan itu sendiri dianggap sebagai bagian dari
padanya 11 . Dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa al Syaibany memahami bahwa pendidikan tidak hanya dipengaruhi dari individu lain,
akan tetapi adanya interaksi dengan alam sekelilingnya dimana ia berada dan ia menjadi bagian di dalamnya.
11 Omar Muhammad al Toumy al Syaibany, Falsafah Tarbiyah Islamiyah, terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm 57.
Sedangkan menurut Ali Ashraf, bahwa pendidikan adalah sebuah aktivitas tertentu yang memiliki maksud tertentu yang diarahkan untuk
mengembangkan individu sepenuhnya 12 . Berbeda pula dengan apa yang diungkapkan oleh Ali Ashraf, bahwa dalam memaknai pendidikan bisa
memerlukan suatu pengaruh, bimbingan ataupun panduan, namun bisa juga tidak, yang terpenting jelas adanya aktifitas tertentu dalam rangka mengembangkan individu secara penuh.
Di sisi lain, Azyumardi Azra menyatakan bahwa pendidikan lebih daripada sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan
kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya 13 . Jelas bahwa apa yang dinyatakan Azra, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan tukang-
tukang atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit, karena itu perhatian dan minatnya pun lebih bersifat teknis. Adapun istilah manapun yang akan diambil terserah akan berpijak ke mana, karena penulis tidak membatasi makna pendidikan secara sebenarnya.
Dari penjelasan tentang pendidikan, maka bagaimana pula dengan pendidikan Islam? Kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam, namun apakah itu yang dinamakan pendidikan Islam? Menurut Azra,
12 Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), Hlm 1 13 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 3.
bahwa pendidikan yang dilekatkan dengan kata Islam telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dunia masing-masing. Namun pada dasarnya, semua pandang yang berbeda itu bertemu dalam suatu pemahaman bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien 14 . Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks
Islam inheren dengan konotasi istilah “ tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Al Ta’lim dapat diartikan dengan pengajaran. Tetapi menurut Naquib al Attas, bahwa istilah al Ta’dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan. Al Attas menjelaskan bahwa Ta’dib berasal dari masdar Addaba yang diturunkan menjadi kata Adabun , berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat dan derajat tingkatan mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun
rohaniah seseorang 15 . Definisi ini berbau filsafat, sehingga intinya adalah
14 Ibid, hlm 3 15 Syed Muhammad al Naquib al Attas, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, (Bandung: Mizan,
2003), hlm 175-181.
pendidikan menurut Islam sebagai usaha agar orang mengenali dan mengakui tempat Tuhan dalam kehidupan ini.
Di sisi lain, Athiyah al Abrasyi menampilkan batasan tarbiyah sebagai suatu usaha menjadikan seseorang dapat hidup dengan berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, berbadan sehat, dan berakal cerdas. Pengertian ini meliputi pembentukan dalam aspek sosial, moral, fisik, dan intelektual. Tujuannya membentuk manusia yang kreatif. Itu berbeda dengan konsep pengajaran ( ta’lim ) yang mengandung pengertian (sekadar)
menyampaikan pengetahuan dan pemikiran guru kepada murid. 16 Di samping itu, Abdurrahman al Nahlawi merumuskan definisi
pendidikan dari kata al Tarbiyyah , yaitu Pertama , kata raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh. Kedua , rabiya-yarba yang berarti menjadi besar, dan ketiga, dari kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara. Menurut Imam al Baidlawi di dalam tafsirnya arti asal al rabb adalah al Tarbiyah , yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna.
Berdasarkan ketiga kata itu, Abdurrahman al Bani menyimpulkan bahwa pendidikan terdiri atas empat unsur, yaitu pertama , menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa; kedua , mengembangkan seluruh potensi; ketiga , mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju
kesempurnaan; 17 keempat , dilaksanakan secara bertahap . Dari sini, jelas
16 Mulyadi Kartanegara, Pemikiran Islam Kontemporer, (Yogyakarta : Jendela, 2003), hlm 345. 17 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994),
hlm 29 hlm 29
Adapun pendidikan Islam, menurut al Qardhawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karenanya pendidikan Islam berupaya menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan
dan kejahatannya, manis dan pahitnya 18 . Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan kemampuan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal
dan memetik hasilnya kelak di akhirat 19 .
Dengan demikian pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu atau pembentukan kepribadian muslim berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT Kepada Muhammad SAW. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal. Karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka
18 Yusuf al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al Banna, Terj. Bustami A. Gani,(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm 39
19 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: al Ma’arif, 1980), hlm 6.
pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. 20
2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Dari beberapa pemikiran di atas, dapatlah diketahui bahwa ruang lingkup pendidikan Islam adalah berkaitan dengan persoalan-persoalan yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat pendidikan Islam yang ada baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dengan kata lain, pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi (cita-cita) Islam sehingga ia dengan mudah dapat membentuk dirinya sesuai dengan ajaran Islam. Artinya, ruang lingkup pendidikan Islam telah mengalami perubahan sesuai tuntutan waktu yang berbeda-beda sesuai dengan tuntatan zaman dan perkembagan ilmu dan teknologi.
Pendidikan Islam sebagai alat pembudayaan Islam memiliki watak lentur terhadap perkembangan cita-cita kehidupan manusia sepanjang zaman. Namun watak itu tetap berpedoman kepada prinsip-prinsip nilai Islami. Pendidikan Islam juga mampu mengakomodasikan tuntutan hidup manusia dari masa ke masa termasuk di bidang ilmu dan teknologi dengan sikap mengarahkan dan mengendalikan tuntutan hidup tersebut dengan nilai-nilai fundamental yang bersumber dari iman dan taqwa kepada Allah
20 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hlm 28.
SWT. Iman dan taqwa inilah yang merupakan rujukan dan transparansi tingkah laku manusia yang terpancar dengan getaran hati nurani manusia
yang memiliki jiwa kemanusiaan. 21 Dengan demikian, profil manusia yang dihasilkan dari pendidikan
Islam adalah manusia yang berkualitas, yakni yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan berkemampuan menguasai dan menciptakan ilmu dan teknologi serta sistem budaya hidup berdasarkan nilai-nilai Islami untuk menuju kepada kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.
3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipil diletakkan pada dasar- dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya 22 , yaitu:
a) Al-Qur’an dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi pendidikan yaitu penghormatan kepada akal, kewajiban menuntut ilmu, dan lain sebagainya.
b) Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.
c) Warisan pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap ajaran- ajaran pokok Islam.
21 Djumransjah, dkk, Op. Cit, Hlm 25-26. 22 Azyumardi Azra, Op. Cit, Hlm 9
Sedangkan dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam mempunyai status yang sangat kuat. Adapun dasar pelaksanaan tersebut dapat ditinjau
dari beberapa segi 23 , yaitu :
a) Dasar yuridis atau hukum, yakni peraturan dan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama di wilayah suatu Negara. Adapun dasar dari segi yuridis di Indonesia adalah :
· Pancasila; dasar pendidikan agama yang bersumber pancasila khususnya sila pertama ini mengandung pengertian bahwa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk merealisasikan sila pertama ini diperlukan adanya pendidikan agama, karena tanpa pendidikan agama akan sulit mewujudkan sila pertama ini. · UUD 1945; yang digunakan sebagai dasar dari UUD 1945 mengenai pendidikan agama ini sebagaimana yang tertera dalam pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi “Negara berdasarkan atas keTuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Berdasarkan pada UUD 1945 tersebut, maka bangsa Indonesia merupakan bangsa yang menganut suatu agama dan kepercayaan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Dalam arti Negara melindungi
23 Zuhairini, Dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang : Biro Ilmiah Tarbiyah IAIN, 1981), hlm 21
umat beragama untuk menunaikan ajaran agamanya dan beribadah menurut agamnya masing-masing. · Garis-Garis Besar Haluan Negara; dalam TAP MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini diperkuat lagi dengan UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab IX pasal 39 ayat 2, dinyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis pendidikan, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewaganegaraan. Dari ketetapan di atas, jelas bahwa pemerintah Indonesia memberi kesempatan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk melasanakan pendidikan agama, bahkan pendidikan agama sudah secara langsung dimasukkan dalam kurikulum di sekolah mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
b) Dasar religius, yakni mengenai dasar pendidikan agama Islam ini adalah Al Quran dan Hadits, yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS Al Baqarah ayat 2 :
ÇËÈ z`ŠÉ)-FßJù=Ïj9 “W‰èd ¡ Ïm‹Ïù ¡ |=÷ƒu‘ Ÿw Ü=»tGÅ6ø9$# y7Ï9ºsŒ
Artinya : “ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” .
Berdasarkan dari ayat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Al Quran itu tidak diragukan lagi kebenarannya dan merupakan petunjuk bagi orang bertaqwa. Dengan demikian, Al Quran merupakan kitab yang mengandung nilai-nilai luhur dan norma-norma untuk mengembangkan kehidupan manusia ke arah kesempurnaan atau manusia dalam arti seutuhnya, yaitu manusia sebagai makhluk individu, sosial, berakhlak atau bermoral dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya. Dalam al Quran banyak ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, antara lain sebagai berikut :
a. Dalam Al Quran surat an-Nahl ayat 125, yang berbunyi :
ÓÉL©9$$Î/ Oßgø9ω»y_ur ( ÏpuZ|¡ptø:$# ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È@‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# ÞOn=ôãr& uqèdur ( ¾Ï&Î#‹Î6y™ `tã ¨@|Ê `yJÎ/ ÞOn=ôãr& uqèd y7-/u‘ ¨bÎ) 4 ß`|¡ômr& }‘Ïd
ÇÊËÎÈ tûïωtGôgßJø9$$Î/
Artinya : “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk.” Artinya : “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk.”
Ç`tã tböqyg÷Ztƒur Å$rã•÷èpRùQ$$Î/ tbrã•ãBù'tƒur ÎŽö•sƒø:$# ’n<Î) tbqããô‰tƒ ×p¨Bé& öNä3YÏiB `ä3tFø9ur ÇÊÉÍÈ šcqßsÎ=øÿßJø9$# ãNèd y7Í´¯»s9'ré&ur 4 Ì•s3YßJø9$#
Artinya : “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” .
c. Dalam Al Quran surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi :
â¨$¨Z9$# $ydߊqè%ur #Y‘$tR ö/ä3‹Î=÷dr&ur ö/ä3|¡àÿRr& (#þqè% (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ öNèdt•tBr& !$tB ©!$# tbqÝÁ÷ètƒ žw ׊#y‰Ï© ÔâŸxÏî îps3Í´¯»n=tB $pköŽn=tæ äou‘$yfÏtø:$#ur
ÇÏÈ tbrâ•sD÷sム$tB tbqè=yèøÿtƒur
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka
dan
selalu
mengerjakan apa yang
diperintahkan” .
Selain ayat-ayat tersebut, juga disebutkan dalam beberapa hadits, antara lain :
Artinya : “ Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain, walaupun satu ayat (hanya sedikit)” . (HR Bukhari)
Artinya : “ Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” . (HR Baihaki)
Ayat-ayat dan hadits tersebut memberikan pengertian bahwa dalam ajaran Islam memang ada perintah untuk mendidik agama baik pada keluarga maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya (walaupun hanya sedikit).
c) Dasar sosial psikologi, yakni bagi manusia pemenuhan kebutuhan jasmani saja belum cukup tanpa keutuhan rohani. Untuk memenuhi keutuhan tersebut, maka dibutuhkan suatu pegangan hidup yang disebut agama, karena dalam ajaran agama tersebut ada perintah untuk saling tolong menolong. Dengan agama pula lah, mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya bila mereka mendekatkan diri dan mengabdi pada Dzat Yang Maha Kuasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Ar-Ra’ad ayat 28, yang berbunyi :
’ûÈõyJôÜs? «!$# Ì•ò2É‹Î/ Ÿwr& 3 «!$# Ì•ø.É‹Î/ Oßgç/qè=è% ’ûÈõuKôÜs?ur (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# ÇËÑÈ Ü>qè=à)ø9$#
Artinya : “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” .
4. Tujuan Pendidikan Islam
Setiap kegiatan apapun tentunya memiliki suatu tujuan, terdapat sesuatu yang ingin dicapai. Karena dengan tujuan itu dapat ditentukan ke mana arah suatu kegiatan. Tak ubahnya dalam dunia pendidikan, apakah pendidikan Islam maupun non Islam. Maka sudah dapat dipastikan akan memiliki suatu tujuan.
Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam, Ahmad Tafsir menyatakan bahwa suatu tujuan harus diambilkan dari pandangan hidup. Jika pandangan hidupnya ( philosophy of life ) adalah Islam, maka tujuan
pendidikan menurutnya haruslah diambil dari ajaran Islam 24 . Azra menyatakan bahwa pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari
ajaran Islam secara keseluruhan. Karenanya tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil
24 Ahmad Tafsir, Op. Cit, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), Hlm 46.
‘alamin , baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran- ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang
telah dicapai. 25
Dalam tujuan khusus tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, keterampilan atau dengan istilah lain kognitif, afektif dan psikomotor. Dari tahapan ini kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan materi, metode dan sistem evaluasi. Inilah yang kemudian disebut kurikulum, yang selanjutnya diperinci lagi ke
dalam silabus dari berbagai materi bimbingan. 26
Menurut Mohammad ’Athiyah al Abrasy, pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya
25 Azyumardi Azra, Op. Cit, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 8 26 Imam Mawardi, 2008, Ilmu Pendidikan Islam
(http://mawardiumm.wordpress.com/2008/02/27/ilmu-pendidikan-islam/ , di akses 15 Maret 2009) (http://mawardiumm.wordpress.com/2008/02/27/ilmu-pendidikan-islam/ , di akses 15 Maret 2009)
manusia yang sempurna akhlaknya. Hal ini sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Sementara itu, Muhammad Quthb berpendapat bahwa Islam melakukan pendidikan dengan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun rohani, baik kehidupannya secara mental dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikit pun yang diabaikan dan tidak memaksa apa pun selain apa yang dijadikannya sesuai
dengan fitrahnya 28 . Pendekatan ini menunjukkan bahwa dalam rangka mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi
manusia secara serasi dan seimbang. Dengan terbinanya potensi manusia secara sempurna diharapkan ia dapat melaksanakan fungsi pengabdiannya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Selain itu, Ali Ashraf menyatakan bahwa pendidikan bertujuan menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi
27 Mohammad Athiyah al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 104-106
28 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung: al Ma’arif, 1984), 27.
pertumbuhan manusia dalam segala aspek spiritual, intelektual, imaginatif, fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat individual, masyarakat dan
kemanusiaan pada umumnya 29 . Pemahaman ini terkesan bahwa tujuan utama pendidikan Islam tiada lain adalah perwujudan pengabdian secara