Dengan kata lebih tegas pendidikan Islam tidak “anti realitas”. Sebaliknya pendidikan Islam memiliki kaitan hubungan dengan konteks yang melingkupinya,
salah satunya adalah keanekaragaman jenis kelamin, ras, agama, budaya dan lain Jadi prinsip pendidikan Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan hadits tidak
menafikan perbedaan keragaman, justru pendidikan Islam melihat sebagai sebuah “rahmat” yang bisa bernilai positif.
B. Tujuan Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Islam ;
Antara Manusia Cerdas dan Manusia Sempurna
Tujuan pendidikan termasuk masalah sentral dalam pendidikan. Secara umum, ada dua pandangan teoritis mengenai tujuan pendidikan, masing-masing
dengan tingkat keragamannya tersendiri. Pandangan teoretis yang pertama berorintasi kemasyarakatan, yaitu pandangan yang menganggap pendidikan
sebagai sarana utama dalam menciptakan rakyat yang baik, baik untuk sistem pemerintahan demokratis, oligarkis, maupun monarkis. Pandangan teoretis yang
kedua lebih berorientasi kepada individu, yang lebih memfokuskan diri pada kebutuhan, daya tampung dan minat pelajar.
Selanjutnya, sistem pendidikan yang diterapkan di negara-negara yang ada di dunia ini berorientasi kemasyarakatan, kenegaraan. Brubacher dalam bukunya,
Modern Philosophies of Education 1978 menyatakan hubungan pendidikan dengan masyarakat mencakup hubungan pendidikan dan perubahan sosial, tatanan
ekonomi, politik, dan negara, karena pendidikan itu terjadi di masyarakat, dengan sumber daya masyarakat, dan untuk masyarakat, maka pendidikan dituntut untuk
mampu memperhitungkan dan melakukan antisipasi terhadap perkembangan sosial, ekonomi, politik dan kenegaraan secara simultan. Sedangakan secara mikro
pendidikan senantiasa memperhitungkan individualitas atau karakteristik perbedaan antara individu peserta didik
8
.
8
Fasli Jalal, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta: Aditia, 2001, hlm. 16
Dalam hal ini, baik konsep pendidikan multikultural maupun pendidikan Islam memiliki dua pengembangan kemasyarakatan dan individual. Tujuan
pendidikan multikultural berorintasi kemasyarakatan yang menganggap pendidikan sebagai sarana utama dalam menciptakan rakyat yang baik, baik untuk
sistem pemerintahan demokratis. Ia juga berorientasi kemasyarakatan, kenegaraan mencakup hubungan pendidikan dan perubahan sosial, tatanan ekonomi, politik,
dan negara di era global-multikultural. Pendidikan multikultural bertujuan agar terciptanya bangsa yang memiliki
integritas yang tinggi, bangsa maju, berperadaban, disegani oleh bangsa lain dalam framework global-multikultural. Di Indonesia, tujuan tersebut selanjutnya
bisa diwujudkan dengan pengembangan pada dimenssi individual yang diproyeksikan dengan konsep manusia Indonesia cerdas, yaitu manusia yang
menguasai dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dengan sebaik-baiknya untuk peningkatan mutu kehidupan, baik sebagai perseorangan maupun sebagai
kelompok, dan sebagai anggota masyarakat dan bangsanya. Manusia cerdas memiliki ciri sebagai profil manusia yang bermoral dan beriman, kecerdasannya
tidak untuk korupsi, inklusive, tidak membenarkan apa yang dimilikinya, cita- citanya, agamanya, ideology politiknya untuk dipaksakan kepada orang lain.
Seorang manusia yang cerdas mengakui akan perbedaan-perbedaan yang ada di dalam hidup bersama sebagai kekayaan bersama dan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan bersama. Dalam hal pengembangan individual, Adam Bakhtiar menyatakan :
“Tujuan mencari ilmu adalah untuk menanamkan kebaikan ataupun keadilan dalam diri manusia sebagai seorang manusia dan individu, bukan
hanya sebagai seorang warga negara ataupun anggota masyarakat. Yang perlu ditekankan dalam pendidikan adalah nilai manusia sebagai manusia
sejati, sebagai warga kota, sebagai warga negara dalam kerajaanya yang mikro, sebagai sesuatu yang bersifat spiritual, dengan demikian yang
ditekankan itu bukanlah nilai manusia sebagai entitas fisik yang diukur
dalam konteks pragmatis dan utilitarian berdasarkan kegunaanya bagi negara, masyarakat, dan dunia
9
. Jadi, sosok manusia cerdas tidak hanya cerdik dan berkemampuan untuk
menguasai ilmu pengetahuan dan menyelesaikan masalah, tetapi juga bermoral, bersikap demokratis, dan empati terhadap orang lain. Manusia cerdas menghargai
diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar belakang berbeda
10
. Dengan demikian, manusia Indonesia cerdas akan membangun bangsa yang cerdas di era
global. Mereka memiliki sikap dan tingkah laku yang baik. Cerdik-pandai dalam kognitif, energik-kreatif dalam ranah motorik, responif terhadap masyarakat-
demokratis, daya guna skilled, akhlak mulia moral, religius, sopan santun civillized. Dari pemaparan di atas, tujuan pendidikan multikultural merapatkan
diri dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dengan manusia Indonesia cerdas diharapkan akan dapat membangun bangsa ke depan di era
global-multikultural. Pun demikian dalam konsep pendidikan Islam karakteristik manusia
cerdas terdapat dalam konsep tujuan dalam pendidikan Islam juga memiliki karakteristik sebagai pengemban amanat pelestari kebudayaan yang berhubungan
dengan pengembangan kemasyarakatan yang diwujudkan pula dalam proses- peoses pengembangan individual yang jamak dilafalkakan sebagai insan kamil.
Insan kamil adalah manusia yang paripurna, memiliki budi pekerti luhur dan akhlak, manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Insan kamil adalah
adalah gambaran manifestasi manusia yang mampu menunaikan tugas dan kewajibannya selaku mahluk Allah sebagai khalifah di muka bumi, mampu
menjalankan dan membangun tugas-tugas kemasyarakatan, kebangsaan, keagamaan secara bersama-sama membangun peradaban Islam, dan tugas-tugas
dalam membangun kehidupan bersama secara integral dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip kehidupan menurut al-Qur’an dan al-Sunah.
9
Adam Bakhtiar, Paradigma Pendidikan Islam, dikutip www.pendidikan.netmkhujair. pdf akses: 03032006.
10
Anita Lie, Mengembangkan Model Pendidikan Multikultural, httpwww.kompas.com akses 25 Desember 2007
Dari penjelasan di atas, tidak dapat dipungkiri bahwa konsep manusia cerdas dalam pendidikan multikultural dengan konsep insan kamil dalam
pendidikan Islam bukanlah sesuatu yang berbeda, bertentangan. Sebaliknya keduanya sesungguhnya satu perwujudan yang memiliki dua nama. Keduanya
adalah gambaran profil yang beriman dan bertakwa kepada Allah relligius, cerdik-pandai, energik-kreatif, responsif terhadap masyarakat demokratis,
memiliki keterampilan skilled, berakhlak mulia moralis dan berperadaban civillized.
C. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Islam;