4 Setiap masyarakat bertanggung jawab atas pembentukan pola tingkah laku antara individu dan komunitas yang membentuk masyarakat.
5 Pertumbuhan individu di dalam komunitas, keterikatan dengannya, dan perkembangannya di dalam bingkai yang memnuntunya untuk
bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
45
4. Prinsip Pluralisme
Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa manusia selalu bersama dengan segala perbedaan-perbedaan dan keragaman. Maka
kondisi ini harus dikelolarawat dengan baik agar bias bernilai positif. Perlu ada sikap saling menghormati, menghargai dan saling menopang
cooperative-akomodative terhadap realitas. Pluralisme budaya bukanlah suatu yang “given” tetapi merupakan proses internalisasi nilai-nilai di
dalam suatu komunitas Pendidikan memiliki peran strategis untuk mengembalikan cara
berpikir dan sikap peserta didik ke dalam tataran yang mengerti dan memahami pluralitas bermasyarakat. Pendidikan yang diselenggarakan
haruslah pendidikan yang paham betul terhadap problem akut kemanusiaan
seperti penindasan,
kemiskinan, pembantaian
dan sebagainya. Pendidikan yang dilaksanakan bukan merupakan penanaman
wacana dalam fungsi organisatorisnya yang lebih mengedepankan terma perebutan wilayah dan pengikut. Karena pendidikan seperti ini hanya akan
menampakkan ekspresi kecurigaan terus menerus dalam prosesnya dan antar sivitas pendidikan. Pendidikan seperti ini juga merupakan upaya
pendangkalan wacana keagamaan. Pendidikan bukan hanya masuk pada penjabaran ajaran yang
sangat formal dalam tataran ritual dan tradisi, karena dengan begitu pendidikan hanya merupakan upaya ideologisasi. Sebaliknya, pendidikan
hendaknya dipahami dalam sistem transendensi seluruh aspek kehidupan. Transendensi ini bukan dimaksudkan merebut ridla-Nya dengan
menyingkirkan keinginan manusia lain dengan agamakeyakinan lain
45
Muhaimin El Ma’hady, Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural dalam http:www.cyberschooldps.net - 27 February, 2008, 23:51
yang sama. Sebaliknya, justru menghargainya dan bersama merumuskan kebutuhan kemanusiaan sebagai refleksi teologis masing-masing.
Pluralitas agama dan keyakinan bukan dijadikan sebagai potensi kerusuhan, melainkan merupakan potensi untuk diajak bersama
melaksanakan ajaran demi kepentingan kemanusiaan. Karena seluruh agama selalu mengklaim demi keselamatan manusia. Di sini pendidikan
agama memiliki peran penting untuk menumbuhkan sikap awal agar bisa bekerja sama dengan agama atau keyakinan yang lain. Pendidikan agama
harus memungkinkan tumbuhnya persaudaraan dalam kebersamaan menemukan tradisi ilahi yang sama pada setiap agama, sehingga bisa
bersama membangun dunia baru yang lebih bermakna bagi seluruh umat manusia.
Pengembangan sikap toleransi plus barang kali merupakan upaya strategis yang bisa dilakukan, yakni dengan menghormati orang atau
golongan lain tanpa kehilangan identitas diri. Untuk ini dialog antar umat beragama menjadi penting sebagai manifestasi membuka diri pengalaman
keagamaan. Caranya anak diajak melihat kebaikan kelompok lain, tidak bersikap apriori, SARA dan berperilaku negatif terhadap orang atau
kelompok lain. Atau dengan cara sharing penghayatan agama sesuai pengalaman spiritual yang dijalai secara terbuka. Dengan begitu akan
terhindar dari informasi yang salah mengenai agama lain.
46
Tidak hanya itu, menghargai perbedaan adalah salah satu sikap yang harus dikembangkan dalam rangka mewujudkan pendidikan
multikultural. Latar belakang sosial ekonomi yang berbeda merupakan asset yang sangat berharga dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu sikap
menghargai perbedaan harus ditumbuh kembangkan dalam lingkungan belajar. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat saling menghargai dan biasa
berbeda
47
Dengan ditanamkannya pemahaman pluralisme diharapkan setiap anak bangsa faham bahwa perbedaan ada bukan untuk saling
46
A. Waidl, Pendidikan Yang Menghargai Kemajemukan, dalam Bulletin Jumat Al- Ikhtilaf, No. 079 Juni 2000, diterbitkan oleh LKiS Yogyakarta. Download di www.is-
lamisnet.org 18 Januari 2008
47
Moh. Miftahul Choiri, Pendidikan Multikultural…, hal. 33.
menghantam antara satu agama dengan agama lainnya, bukan sebagai ajang penjajahan suku mayoritas terhadap minoritas, dan bukan pula untuk
merendahkan suatu kebudayaan terhadap kebudayaan lain. Dengan adanya perbedaan di sekitar harus difahami sebagai sarana saling menghargai dan
saling melengkapi mutual respect. Pluralisme adalah nafas dari ke- bhineka-an. Dan kehidupan yang bhineka tidak dapat tercermin tanpa
adanya pemahaman keberagaman.
D. Tujuan Pendidikan Multikultral ; Mewujudkan Manusia Indonesia