Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

tulisan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan contribution of knowledge dalam mengembangkan sistem Pesantren yang contextual, sehingga Pesantren mampu menancapkan pengaruhnya di tengah masyarakat. Pada pertengahan abad XX, lembaga pendidikan Islam tradisional ini banyak melakukan ekspresi dari wilayah pedesaan ke berbagai wilayah perkotaan. Fenomena ini bertentangan dengan tradisi berdirinya Pesantren yang umumnya dirintis di daerah pedesaan. 8 Masyarakat kota dengan pola kehidupan dan kultur yang berbeda dengan masyarakat pedesaan, jelas menuntut pada lembaga Pesantren untuk mengupayakan berbagai pembaharuan dengan tidak sepenuhnya meninggalkan ciri tradisionalnya. Dalam perkembangan terakhir, akibat persentuhan dengan pola-pola pendidikan modern, banyak Pesantren tradisionalsalafiah yang memperlihatkan perubahan-perubahan model. Perubahan itu dilakukan pesantren sebagai respon terhadap perkembangan dunia pendidikan dan perubahan sosial, yang tercangkup diantaranya: 1 pembaharuan substansi atau isi pendidikan Pesantren, yaitu dengan memasukkan subjek umum dan vocational, 2 pembaharuan metodologi seperti klasikal dan penjenjangan. 9 Seiring perjalanan waktu membawa kesadaran baru bagi pemimpin pesantren. Tuntutan sosial-kultural, sosio-ekonomi, dan sosio-politik yang selalu berubah- ubah membuka tabir yang menghalangi wawasan kiai dan ustadz serta memaksa mereka untuk segera mengadakan pengembangan pendidikan di Pesantren. 10 Termasuk didalamnya mengenai metode dan kurikulum yang dipandang kurang relevan dengan tuntutan zaman. Dan akhirnya, semua penjelasan diatas dapat dikategorikan sebagai potensi Pesantren yang bisa dikembangkan secara optimal, sehingga menjadi instuisi yang berperan aktif dalam memperdayakan generasi Bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan Islam sehingga dapat memberikan gairah ataupun semangat bagi santri dalam belajar. Dalam upaya untuk mempertahankan eksistensinya, tidak hanya 8 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren,Jakarta: INIS, 1994, hlm. 21 9 A. Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 172 10 Mujamil Qomar, ibid, hlm. 148 dalam bekal ilmu agama yang harus dimiliki santri melainkan ilmu yang menjadi tuntutan kekinian yang semakin mengglobal. Dan juga yang menjadi dasar masalah yang harus dikaji karena ada beberapa pesantren yang masih ttap mempertahankan model salafnya, contohnya Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, begitupun ada Pesantren yang telah melaksanakan modernisasi dengan menyatukan antara pesantren salaf dan modern, akan tetapi berjalannya waktu, tidak mampu bertahan lama. Dengan adanya peristiwa seperti itu, penulis mencoba menganalisis pelaksanaan Integrasi Pesantren Salaf dan khalaf di Pondok Pesantren Qotrun Nada, yang sampai saat ini masih tetap suvive dalam mengintegrasikan pesantren Salaf dan Modern. Tentunya ini merupakan strategi Pendikan Islam di dalam Pesantren dengan menekankan kepada anak didik tidak hanya ilmu ukhrawi yang dituntut begitupun ilmu duniawi. Tetapi harus memadukan antara tafaqquh fi al-din dan penguasaan ilmu pengetahuan umum. Seperti yang ditujukan Allah dalam firmanNya dalam surat Al-Qoshos ayat 77 antara lain. :                                Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan.” Untuk mengungkapkan berbagai hal diatas dilakukan penelitian pustaka dan lapangan ke Pondok Pesantren Qotrun Nada, Depok, Jawa Barat. Sehubungan dengan ini penulis mengambil judul. “PELAKSANAAN INTEGRASI PESANTREN SALAF DAN KHALAF DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA ” Pesantren Qotrun Nada termasuk Pesantren yang boleh dikatakan ternama di kota Depok. Di dalam skripsi ini tentang sejarah Pesantren Qotrun Nada disebutkan, bahwa diseluruh daerah depok terdapat kurang lebih 83 buah Pesantren besar dan kecil. dan Pesantren Qotrun Nada adalah Pesantren yang dilihat dari segi jumlah Santrinya termasuk Pesantren yang mempunyai Santri yang banyak mencapai 1600 Santri, dan santri semuanya wajib mukim berasal dari daerah sekitar, juga datang dari berbagai daerah di Indonesia. 11 Pondok Pesantren Qotrun Nada didirikan pada tahun 1996 oleh K.H Burhanuddin Marzuki setelah beliau menyelesaikan pendidikannya di berbagai pesantren dan gelar sarjana S 1. Dengan pendidikan agama yang di perolehnya, beliau bersikap optimis untuk mendirikan Pondok Pesantren yang pada saat itu terbilang umur beliau masih muda, tentunya dibantu dengan 3 orang sahabat beliau yang sama-sama lulusan pesantren Darurrahman Jakarta asuhan K.H Syukron Ma’mun. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang sebenarnya sudah tua sekali usianya, boleh dikatakan ada sejak permulaan penyebaran Islam di Indonesia. Pada lembaga ini inti pokok materi yang dipelajari adalah ilmu-ilmu diniyah keagamaan dari sumber aslinya yang berbahasa arab atau lebih popular dengan istilah kitab kuning. Berdasarkan tujuan kurikuler yang hendak dicapai di Pesantren tentu menguasai ilmu-ilmu keagamaan, dan juga santri menguasai sama ilmu-ilmu pengetahuan umum yang lain. 11 Achyanuddin Syakier., Wakil Direktur, wawancara Pribadi, Depok,09 Oktober 2013 Dapat diambil kesimpulan bahwa Pesantren Qotrun Nada didirikan dan dikembangkan atas dasar dorongan rasa tanggung jawabnya terhadap Agama dan tradisi, juga sebagai respon dari masyarakat yang ingin putra putrinya ingin mendalami ilmu agama dengan sistem mukim dengan dimasukkan system modern atau madrasah. Inilah antara lain yang akan diteliti oleh penulis pelaksanaan pengkolabarasian pendidikan salafy atau tradisional dengan pendidikan modern serta sistem yang diterapkan oleh lembaga tersebut. Integrasi antara dua dua model Pesantren yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Qotrun Nada secara sekilas kelihatan sekali tidak menghilangkan satu elemen penting dalam tradisi pendidikan Pesantren, yaitu kitab-kitab klasik yang sering disebut kitab kuning. Kenyataan kesan dan asumsi itu benar tepat, karena yang dilakukan oleh Qotrun Nada pelajaran kitab kuning itu dikemas sedemikian rupa di sesuaikan dengan jenjang pendidikan para santri. Dalam usianya yang cukup dewasa Pondok Pesantren Qotrun Nada tetap konsisten memegang tujuan Pendidikan Islam yaitu untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa kepada Allah dan juga muslim yang dapat menyiarkan ajaran Islam kepada muslim lainnya. Dengan demikian Qotrun Nada adalah termasuk salah satu dari pesantren-pesantren yang lain didalam menerapkan dua sistem pendidikan yaitu menggabungkan antara sistem pendidikan salafy dan modern dan mengatur serta menata seluruh kegiatan-kegiatan Pondok dalam organisasi-organisasi yang rapi dan terlaksana dengan baik.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Masih adanya Pesantren yang tetap mempertahankan model Pesantren salaftradisional. 2. Adanya Pesantren yang tidak bertahan lama dalam menerapkan integrasi antara Pesantren Salaf dan modern.

C. Pembatasan Masalah

Agar penyusun skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN INTEGRASI PESANTREN SALAF DAN KHALAF DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA” mudah dipahami dan dimengerti, maka penulis perlu membatasi masalah mengenai: 1. Integrasi Pesantren salaf dan khalaf yang ada di Pondok Pesantren Qotrun Nada 2. sistem kurikulum, metode pengajaran, dan sistem evaluasi yang digunakan berhubung dengan diterapkannya kedua model tersebut di Qotrun Nada

D. Perumusan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana permulaan terbentuknya integrasi Pesantren Salaf dan Khalaf di Pondok Pesantren Qotrun Nada? 2. Bagaimana kurikulum dan metode yang di terapkan di Pondok Pesantren Qotrun Nada dalam integrasi tersebut? 3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi yang dilakukan lembaga dalam pelaksanaan integrasi tersebut?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Integrasi pesantren salaf dan modern di Pondok Pesantren Qotrun Nada? 2. Mendapatkan gambaran mengenai integrasi pesantren salaf dan modern di Pondok Pesantren Qotrun Nada. 3. Mengetahui rahasia yang membuat pesantren tetap survive sampai saat ini. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini sedikit banyaknya dapat menambah kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan. 2. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat di tindak lanjuti oleh penulis berikutnya. 3. Memberikan sumbangsih karya ilmiah yang bermanfaat untuk dipersembahkan kepada para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Pengertian atau definisi pesantren telah banyak disampaikan oleh tokoh- tokoh atau orang-orang dalam mengartikan pesantren. Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal santri. 12 Dengan nada yang sama Soegarda Poerbakawatja, seperti yang dikutip Haidar Putra Daulay menjelaskan “pesantren asal katanya adalah santri, yaitu seorang yang belajar agama Islam ”. “Prof Jhons dikutip Haidar Putra Daulay juga berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti mengaji ”, “sedang CC Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah Shastri yang dalam bahasa India orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab agama suci agama Hindu ”. 13 Dalam pandangan Nurcholish Madjid seperti yang dikutip Yasmadi asal usul kata “santri” dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang menganggap bahwa “santri” berasal dari kata “sastri”, kata “sastri” berasal dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini dalam pandangan Nurcholish Madjid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang mendalami agama melalui kitab-kitab yang bertuliskan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa kata santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa yatitu dari kata”cantrik” yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru tersebut pergi menetap. 14 Dari asal-usul kata santri juga banyak orang yang mengartikan bahwa lembaga pendidikan Pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendididkan 12 Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren, Jakarta; LP3ES, 1982, h. 18. 13 Haidar Putra Daulay, Sejarah pertumbuhan dan Pembahruan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: kencana, 2009, h. 4. 14 Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, Jakarta: Ciputat Press, 2002, Cet. 1, h. 62