Implikasi dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah

46

C. Implikasi dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah

Berdasarkan tujuan pembelajaran matapelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam Kurikulum 2004, yaitu: 1 agar peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; 2 peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sesuai dengan amanat Kurikulum 2004, pembelajaran sastra hendaknya digunakan peserta didik sebagai salah satu kecakapan hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Kecakapan hidup dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: kecakapan mengenal diri self awareness atau kecakapan personal; kecakapan berpikir rasional thinking skill; kecakapan sosial social skill; kecakapan akademik academic skill; kecakapan vokasional vocasional skill. Novel Bukan Pasar Malam menggambarkan kesedihan, penderitaan dan kesulitan rakyat Indonesia pascakemerdekaan. Seluruh cerita dikisahkan menjadi citraan sosial pada masa itu. Oleh karena itu, hampir setiap yang bagian dinarasikan mengungkapkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan dalam keluarga dan bermasyarakat. Hal tersebut dapat diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di tingkat SMA kelas XI sebelas, dalam aspek mendengarkan. Dengan Standar Kompetensi memahami bacaan, dan Kompetensi Dasar menemukan nilai-nilai dalam cerita yang dibacakan atau yang didengarkan melalui rekaman bacaan, misalnya siswa mampu menemukan nilai sosial, nilai moral, nilai budaya dalam suatu cerita. Seperti yang telah dijelaskan oleh penulis sebelumnya tentang gambaran sosial dan nilai-nilai sosial yang terkandung di dalam novel ini, diharapkan guru dalam pembelajaran apresiasi sastra di sekolah dapat memberikan gambaran kehidupan masyarakat dan dapat menambah pengetahuan juga wawasan siswa serta memberikan nilai-nilai untuk kehidupan siswa di masyarakat. Nilai sosial yang ditemukan melalui interaksi keluarga yang dapat diambil untuk pembelajaran siswa melalui tokoh Aku sebagai kakak tertua, begitu 47 mengayomi dan menjaga adik-adiknya disaat keluarga sesulit apapun. Selain itu, Aku juga memberikan contoh yang baik untuk adik-adiknya dan istrinya. Ia membimbing mengucapkan lafaz Allah di saat sang ayah menghadapi sakaratul maut. Begitulah selayaknya seorang anak berbakti kepada orang tua yang telah membesarkan kita. Tokoh Aku juga mengajarkan kepada adiknya agar tidak menaruh dendam kepada orang-orang yang membenci keluarganya. Nilai sosial yang ditemukan melalui interaksi masyarakat yang dapat dijadikan pelajaran siswa maupun guru yaitu gotong-royong, seperti yang dilakukan tokoh Ayah sebagai guru yang penuh bakti, memiliki pendirian yang tegas, dan bertanggungjawab akan tugas yang diberikan kepadanya. Buktinya bahwa dahulu ayah pernah ditawarkan sebagai perwakilan daerah, tapi ia menolaknya. Ayah menganggap bahwa perwakilan daerah tak ubahnya sebagai ”badut besar” yang bermain di atas panggung sandiwara. Selain itu, ayah juga pernah ditawari menjadi koordinator pengajaran untuk mengatur pengajaran seluruh daerah Pati. Tapi, ayah menolak juga. Ia merasa tak pantas di tempat seperti itu, tempatnya adalah di kelas mendidik murid-murid. Meskipun ia dulu pernah menjadi pengawas sekolah, dan kembali menjadi seorang guru. Ia tetap pada pendiriannya ‖kita guru-guru di tanahair kita ini jangan sampai kurang seorang pun juga.‖ Toer, 2007: 65. Sekalipun keadaan fisiknya yang tak lagi kuat dan sehat seperti sebelumnya, keadaan anggota keluarganya miskin, rumah tuanya sudah tak kuat lagi menahan arus waktu. Ayah selalu menjalankan tugasnya dengan rasa penuh tanggung jawab dan selalu berempati kepada lingkungan sekitarnya. Misalnya, saat ia diangkat menjadi pengawas sekolah oleh Belanda. Saat itu ayah banyak menerima surat dari orang yang mengaku non, yang isinya mencari sokongan kepadanya. Surat- surat tersebut tak dibiarkan saja, melainkan diperjuangkannya sampai berhasil. Oleh karena budi baiknya tersebut, keluarganya mendapatkan bantuan untuk kebutuhan sehari-hari saat dirinya ditahan di masa pendudukan merah. Bantuan tersebut diberikan oleh seorang Tionghoa Toer, 2007: 63. Melalui seorang Tionghoa tersebut juga siswa dapat belajar, bahwa untuk tolong-menolong itu tidak pandang kedudukan, ras, agama, seseorang di dalam masyarakat. 48 Diharapkan nilai-nilai sosial yang terkandung di dalam novel ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran sastra di sekolah. Setelah siswa membaca dan memahami novel ini, siswa dapat menerapkan nilai-nilai sosial yang ada di kehidupan sehari-hari mereka. Dalam proses pembelajaran sastra dapat novel ini dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk meningkatkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai kearifan dalam menghadapi kehidupan yang kompleks dan multidimensi. Realitas sosial, lingkungan hidup, kedamaian dan perpecahan, kejujuran dan kecurangan, keshalihan dan kezhaliman juga cinta dan kebencian, dan kemanusiaan, semuanya ada dalam novel ini. Dengan kata lain, dalam pembelajaran sastra novel ini berperan penting dalam pembangunan karakter bangsa. Selain itu setelah membaca dan memahami novel ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan daya nalarnya terhadap diri sendiri dan lingkungannya. 49 BAB V PENUTUP

A. Simpulan