Manfaat Penelitian Kajian Pustaka

6 3 Menganalisis objek penelitian, dan 4 Menyusun dan membuat laporan penelitian.

E. Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mengenai studi Sastra Indonesia khususnya dalam pembelajaran sastra di sekolah. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan dalam teori sosiologi sastra dalam mengungkap novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer. 2 Manfaat Praktis Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami isi cerita dalam novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer terutama menguraikan cara pandang pengarang yang direpresantasikan dalam karyanya, dengan pemanfaatan lintas disiplin ilmu yaitu sosiologi dan sastra.

F. Kajian Pustaka

Kajian tentang novel ini berjudul ”Ayah-Anak: Kajian Eksistensial dan Fenomenologis Atas Novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer” yang disusun oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, yaitu: Waty Chai, Tonny, dan Hari K. Lasmana. Penelitian tentang relasi ayah-anak yang menggunakan pendekatan Merleau Ponty dan eksistensial Satre yang dianggap mampu menawarkan makna ayah dalam inventarisasi tambahan tentang makna ayah. Prof. Dr. A. Teeuw seorang peneliti sastra Indonesia dari Belanda, menulis sebuah disertasi tentang karya- karya Pramoedya dengan judul ”Citra Manusia Indonesia dalam Karya Pramoedya Ananta Toer ‖ yang kemudian dibukukan dan diterbitkan oleh penerbit Pustaka Jaya pada tahun 1997 membahas novel Bukan Pasar Malam dari sudut pandang point of view, hubungan kekeluargaan, dan latar belakang. Hal tersebut ditulisnya dengan judul Tiga Keluarga Yang 7 Bermirpan Blora Ditengok Kembali. A. Teeuw menjelaskan bahwa sudut pandang dalam cerita Bukan Pasar Malam merupakan cerita persona pertama, yang di dalamnya pencerita sekaligus protagonis. Dilihat dari hubungan kekeluargaan dari beberapa cerita yang disebutkannya seperti Blora, Dia Jang Menyerah, dan Bukan Pasar Malam tidak menyajikan ’riwayat sejati’ keluarga Pramoedya. Tetapi bagi tiga cerita ini Pramoedya memerlukan latar sebuah keluarga yang mempunyai kredibilitas. Dan mungkin tidak kebetulan dalam cerita keluarganya yang nampaknya paling dekat dengan kenyataan keluarga Pramoedya, adalah Bukan Pasar Malam. Kajian pustaka lainnya yang terkait dengan penelitian ini adalah ”Nilai Sosial dalam Novel Azab dan Sengsara karya Merari Sireg ar” ditulis oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Univ. Muhammadiyah Makkassar. Dalam novel Azab dan Sengara, penggambaran hubungan manusia dalam kehidupan bermasyarakat sangat jelas. Hubungan sosial tersebut meliputi sikap tolong-menolong, saling menghargai dan menghormati sesama manusia, peraturan-peraturan adat dalam pernikahan, dan sebagainya. Sikap tolong-menolong ditampakkan oleh tokoh Aminuddin ketika menolong Mariamin yang terjatuh di sungai. Saat itu, keduanya sedang meniti jembatan untuk menyeberangi sungai, namun naas bagi Mariamin karena terjerumus masuk sungai yang arusnya deras. Dengan sigap, Aminuddin melompat hendak menolong Mariamin. Sikap yang digambarkan oleh Aminuddin ini merupakan sikap yang mencerminkan hubungan sosial yang baik dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap suka menolong juga ditampakkan oleh tokoh Aminuddin di sekolah. Dia sering membantu teman-temannya mengerjakan tugas-tugas yang dianggap susah. Walaupun Aminuddin pernah dimarahi oleh gurunya karena membantu temannya mengerjakan tugas, namun akhirnya gurunya menyadari bahwa sikap yang dilakukan oleh Aminuddin semata-mata untuk membantu sesama. Masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggal Aminuddin pun memiliki sikap suka menolong. Hal ini terlihat saat seorang ibu melahirkan anaknya ketika ditinggal pergi oleh suaminya. Dalam keadaan yang serba kekurangan itulah, 8 masyarakat membantu sang ibu, baik dari segi materi maupun mengurus rumah tangga karena sang ibu tidak dapat lagi berbuat apa-apa. Nilai-nilai sosial juga tergambar jelas dalam hubungan pernikahan. Masyarakat Batak yang menjadi latar tempat novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar ini sangat menjunjung tinggi adat yang sudah dilestarikan dari nenek moyang. Hal yang sangat kental dalam adat pernikahan adalah persukuan marga. Masyarakat Batak tidak akan menikah dengan marga yang sama karena masih dianggap sebagai saudara. Dalam hal pernikahan, mereka akan mencari jodoh pada marga lain.

G. Sistematika Penulisan