Analisis Regresi Aspek-Aspek Orientasi Religius Terhadap Kecerdasan Emosional

4.4.2 Analisis Regresi Aspek-Aspek Orientasi Religius Terhadap Kecerdasan Emosional

Peneliti menguji aspek-aspek orientasi religius terhadap kecerdasan emosional sehingga dapat diketahui aspek mana yang paling berpengaruh. Dalam perhitungannya, peneliti menggunakan program SPSS versi 11.5. berikut hasil perhitungannya. Tabel 4.9 Model Summary Change Statistics Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 ,558a ,311 ,172 2,776 ,311 2,227 14 69 ,015 a Predictors: Constant, Ketidakteraturan penjagaan iman, Keteraturan penjagaan iman, Pemenuhan penghayatan keyakinan, Disintegrasi, Keyakinan agama yang dangkal , Personal, Assosiasional, Komunal, Unselfish, Instrumental, Pokok, Selfish, Relevansi dalam kehidupan, Institusional Dengan menggunakan seluruh aspek orientasi religius, diperoleh nilai R Square R 2 = 0,311. Hal ini berarti 31,1 dari bervariasinya kecerdasan emosional ditentukan oleh empatbelas aspek orientasi religius, yaitu personal, unselfish, relevansi dalam kehidupan, pengahayatan secara total, pokok, assosiasional, keteraturan penjagaan iman, institusional, selfish, disintegrasi, keyakinan agama yang dangkal, instrumental, komunal, dan ketidakteraturan penjagaan iman. Sedangkan sisanya atau 69,9 dijelaskan oleh variabel lainnya. Dari tabel di atas dapat dilihat nilai F 0,015 0,05, yang berarti bahwa aspek-aspek orientasi religius secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosional. Dengan R 2 sebesar 0,311, yang berarti bahwa interaksi dari keempatbelas aspek atau variabel tersebut memberikan kontribusi 31,1 terhadap kecerdasan emosional. Setelah diketahui nilai r square signifikansi sumbangsih kedua variabel X terhadap variabel Y, kemudian dilakukan penghitungan Anova uji linearitas untuk mengetahui apakah model persamaan garis regresi yang dipergunakan tepat diterapkan dalam perhitungan regresi ini. Hasilnya disajikan pada tabel Anova b berikut: Tabel 4.10 ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 240.235 14 17.160 2,227 .015a Residual 531.574 69 7,704 Total 771.810 83 a Predictors: Constant, Ketidakteraturan penjagaan iman, Keteraturan penjagaan iman, Pemenuhan penghayatan keyakinan, Disintegrasi, Keyakinan agama yang dangkal , Personal, Assosiasional, Komunal, Unselfish, Instrumental, Pokok, Selfish, Relevansi dalam kehidupan, Institusional b Dependent Variabel : Kecerdasan Emosional Hasil penghitungan uji persamaan garis regresi dihasilkan nilai f hitung sebesar 2,227. Sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5 dengan df 14 dan 69 dengan signifikansi 0,015. Karena nilai f hitung yang didapat nilai f tabel, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan garis regresi yang diterapkan dalam penghitungan data penelitian ini dapat dipergunakan. Kemudian dilakukan penghitungan nilai koefisien keempatbelas aspek variabel independen untuk melihat signifikansi pengaruh aspek-aspek variabel orientasi religius terhadap variabel kecerdasan emosional. Tabel 4.11 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 Constant 24,721 4,114 6,008 ,000 Personal ,117 ,569 ,024 ,205 ,838 Unselfish ,900 ,411 ,279 2,187 ,032 Relevansi dalam kehidupan ,017 ,483 ,005 ,035 ,972 Penghayatan secara total ,571 ,453 ,140 1,259 ,212 Pokok ,124 ,727 ,022 ,170 ,866 Assosiasional ,632 ,345 ,272 1,831 ,071 Keteraturan penjagaan iman ,157 ,271 ,068 ,580 ,564 Institusional -,273 ,254 -,157 -1,075 ,286 Selfish ,464 ,381 ,168 1,219 ,227 Disintegrasi -,378 ,807 -,065 -,468 ,641 Keyakinan agama yang dangkal -,806 ,318 -,324 -2,533 ,014 Instrumental -,231 ,356 -,089 -,649 ,519 Komunal ,098 ,269 ,049 ,364 ,717 Ketidakteraturan penjagaan iman ,663 ,646 ,135 1,026 ,308 a Dependent Variable: Kecerdasan Emosional Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dibuat persamaan regresi, yaitu sebagai berikut: Ŷ = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7 + b 8 X 8 + b 9 X 9 + b 10 X 10 + b 11 X 11 + b 12 X 12 + b 13 X 13 + b 14 X 14 Ŷ = 24,721 + 0.117X 1 + 0.900X 2 + 0.017X 3 + 0.571X 4 + 0.124X 5 + 0.632X 6 +0.157X 7 + -0.273X 8 + 0.464X 9 + -0.378X 10 + -0.806X 11 + -0.231X 12 + 0.098X 13 + 0.663X 14 Seperti yang terlihat pada tabel 4.11 di atas, dari empatbelas koefisien regresi yang dihasilkan hanya ada dua aspek yang pengaruhnya secara statistik signifikan terhadap kecerdasan emosional, yaitu aspek keyakinan agama yang dangkal dan unselfish nilai p 0,05. Berikut ini penjelasan masing-masing aspek orientasi religius: a. Keyakinan agama secara personal personal dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.205 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.838 sehingga antara aspek personal dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek personal guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan b. Unselfish dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 2,187 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.032 sehingga antara aspek unselfish dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang signifikan. Hal ini berarti jika aspek unselfish guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya c. Relevansi terhadap seluruh kehidupan dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.035 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.972 sehingga antara aspek relevansi terhadap seluruh kehidupan dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek relevansi terhadap seluruh kehidupan guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan d. Penghayatan keyakinan secara total dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 1,259 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.212 sehingga antara aspek penghayatan keyakinan secara total dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek penghayatan keyakinan secara total guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan e. Pokok agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif utama dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.170 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.866 sehingga antara aspek pokok dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek pokok guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan f. Assosiasional dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 1,831 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.071 sehingga antara aspek assosiasional dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek assosiasional guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan g. Keteraturan penjagaan perkembangan iman dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.580 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.564 sehingga antara aspek keteraturan penjagaan perkembangan iman dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek keteraturan penjagaan perkembangan iman guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan h. Institusional dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar - 1,075 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.286 sehingga antara aspek institusional dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara negatif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek institusional guru rendah maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan i. Selfish dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 1,219 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.227 sehingga antara aspek selfish dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek selfish guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan j. Disintegrasi dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar - 0.468 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.641 sehingga antara aspek disintegrasi dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara negatif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek disintegrasi guru rendah maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan k. Keyakinan agama yang dangkal dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar -2,533 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.014 sehingga antara aspek keyakinan agama yang dangkal dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara negatif yang signifikan. Hal ini berarti jika aspek keyakinan agama yang dangkal guru rendah maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya secara signifikan l. Instrumental dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar - 0.649 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.519 sehingga antara aspek instrumental dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara negatif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek instrumental guru rendah maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan m. Komunal dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.364 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.717 sehingga antara aspek komunal dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek komunal guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan n. Ketidakteraturan penjagaan iman dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 1,026 t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.308 sehingga antara aspek ketidakteraturan penjagaan iman dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek ketidakteraturan penjagaan iman guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan Berdasarkan penjelasan di atas hasil penghitungan nilai koefisien konstanta dari keempatbelas aspek variabel orientasi religius didapat nilai t hitung terbesar pada aspek keyakinan agama yang dangkal dan unselfish, yaitu -2,533 dan 2,187 nilai t tabel sig. 5 ; df 70 = 2,000. Pada aspek keyakinan agama yang dangkal, tanda minus - menunjukkan arah pengaruh negatif. Artinya, untuk mendapatkan kecerdasan emosional yang tinggi pada guru dapat dilakukan intervensi meminimalkan aspek keyakinan agama yang dangkal dan meningkatkan aspek unselfish . Selain itu peneliti menganalisis besarnya proporsi varian dari kecerdasan emosional yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari aspek-aspek orientasi religius. Bertambahnya R 2 R 2 change ini dapat dilihat pada tabel 4.12. Jika F hitung F tabel maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi yang diberikan masing-masing aspek orientasi religius terhadap kecerdasan emosional signifikan. Tabel 4.12 Proporsi varian oleh masing-masing aspek orientasi religius pada kecerdasan emosional IV R2 R2 change F hitung F tabel Signifikansi X 1 0,102 0,102 9,269 3,96 Signifikan X 12 0,160 0,058 7,737 3,96 Signifikan X 123 0,187 0,027 6,150 3,96 Signifikan X 1234 0,200 0,013 4,931 3,96 Signifikan X 12345 0,203 0,003 3,973 3,96 Signifikan X 123456 0,203 0,000 3,277 3,96 Tidak signifikan X 1234567 0,204 0,001 2,781 3,96 Tidak signifikan X 12345678 0,208 0,004 2,464 3,96 Tidak signifikan X 123456789 0,211 0,003 2,193 3,96 Tidak signifikan X 12345678910 0,211 0,000 1,949 3,96 Tidak signifikan X 1234567891011 0,212 0,001 1,757 3,96 Tidak signifikan X 123456789101112 0,228 0,016 1,750 3,96 Tidak signifikan X 12345678910111213 0,247 0,019 1,768 3,96 Tidak signifikan X 1234567891011121314 0,311 0,064 2,227 3,96 Tidak signifikan TOTAL 0,311 Keterangan : X 1 = assosiasional X 2 = unselfish X 3 = penghayatan secara total X 4 = keteraturan penjagaan iman X 5 = pokok X 6 = relevansi dalam kehidupan X 7 = disintegrasi X 8 = ketidakteraturan penjagaan iman X 9 = personal X 10 = selfish X 11 = komunal X 12 = instrumental X 13 = institusional X 14 = keyakinan agama yang dangkal Dari hasil nilai R 2 change yang diperoleh pada tabel 4.12, maka dapat disampaikan informasi sebagai berikut: 1. Aspek assosiasional memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 10,2 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini signifikan dengan F hitung sebesar 9,269. 2. Aspek unselfish memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 5,8 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini signifikan dengan F hitung sebesar 7,737. 3. Aspek penghayatan secara total memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 2,7 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini signifikan dengan F hitung sebesar 6,150. 4. Aspek keteraturan penjagaan iman memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,3 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini signifikan dengan F hitung sebesar 4,931. 5. Aspek pokok memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini signifikan dengan F hitung sebesar 3,973. 6. Aspek relevansi dalam kehidupan memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 3,277. 7. Aspek disintegrasi memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 2,781. 8. Aspek ketidakteraturan penjagaan iman memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,4 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 2,464. 9. Aspek personal memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 2,193. 10. Aspek selfish memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 1,949. 11. Aspek komunal memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 1,757. 12. Aspek instrumental memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,6 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 1,750. 13. Aspek institusional memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,9 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 1,768. 14. Aspek keyakinan agama yang dangkal memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 6,4 bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 2,227. Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa dari empatbelas aspek orientasi religius hanya ada lima aspek yang pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional signifikan jika dilihat dari besarnya pertambahan sumbangan proporsi aspek yang diberikan.

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab ini memaparkan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian selanjutnya

5.1 Kesimpulan

Analisis terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya menghasilkan kesimpulan bahwa: a. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa orientasi religius intrinsik berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan nilai signifikansi sebesar 0.000, sedangkan orientasi religius ekstrinsik tidak berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan nilai signifikansi sebesar 0,163. Artinya, individu yang memiliki orientasi religius intrinsik akan mampu meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Sedangkan individu yang memiliki orientasi religius ekstrinsik tidak akan mampu meningkatkan kecerdasan emosionalnya. b. Hasil regresi aspek-aspek orientasi religius menunjukkan bahwa aspek-aspek orientasi religius secara bersama-sama berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan kontribusi sebesar 31,1. Aspek yang berpengaruh secara signifikan adalah aspek keyakinan agama yang dangkal dan aspek unselfish. Untuk aspek keyakinan agama yang dangkal berpengaruh secara negatif sedangkan aspek unselfish berpengaruh secara positif.

5.2 Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi religius memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar el- Qalam, Tangerang. Hasil analisis menyatakan bahwa orientasi religius intrinsik berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosional sedangkan orientasi religius ekstrinsik berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kecerdasan emosional. Hasil ini sejalan dengan teori yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Rahma Widyana 1998 dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa individu dengan orientasi religius intrinsik terpanggil untuk menebarkan semangat dan nilai-nilai religius seperti optimisme, tidak mudah putus asa, berusaha berprasangka baik, dan cenderung memiliki afek yang positif. Penelitian yang dilakukan Ventis dkk Ryckman, 2008 menyatakan bahwa individu dengan orientasi religius intrinsik akan memiliki perilaku yang ada pada aspek-aspek kecerdasan emsoional. Bergin Rahma Widyana, 1998 menemukan bahwa orientasi religius intrinsik berhubungan secara positif dengan beberapa aspek kepribadian seperti kematangan sosial dan tanggung jawab. Kemudian Bergin Rahma Widyana,1998 mengemukakan bahwa orientasi religius ektrinsik berkorelasi negatif dengan kemampuan sosial, sikap tenang dan spontan, bertanggung jawab, toleransi, perasaan senang, keberhasilan