Aspek-aspek Orientasi Religius Beberapa Hal yang Terkait dengan Orientasi Religius

orientasi ini cenderung memanfaatkan agamanya demi kepentingan- kepentingan sendiri. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa individu yang berorientasi religius ekstrinsik “memanfaatkan agamanya”. Menurut Hardjana Toifur, 2003, orientasi religius ekstrinsik adalah iman yang tidak menyatu dengan pribadi orang yang beragama. Baginya iman merupakan masalah luar yang tidak mempengaruhi cara berpikir, berkehendak, dan berperilaku. Orang yang berorientasi religius ekstrinsik bukan mengahayati tetapi menggunakan iman demi kepentingan pribadi. Agama dianut dengan pamrih karena kepentingan pribadi, ekonomi, sosial yang ada di luar kepentingan iman. Bagi individu semacam ini, menganut agama adalah cara untuk mendapatkan kehangatan, pertolongan dan perlindungan di tengah kehidupan yang tidak menentu.

2.2.3 Aspek-aspek Orientasi Religius

Menurut interpretasi Hunt dan King Widyana, 1998 mengenai beberapa aspek yang berkaitan dengan masing-masing orientasi religius yang dikembangkan dari definisi Allport adalah sebagai berikut: a. Personal vs Institusional Personal yaitu meyakini secara personal nilai-nilai ajaran agama sebagai hal yang vital dan mengusahakan tingkat penghayatan yang lebih dalam, sedangkan institusional yaitu penghayatan agama yang bersifat institusional atau dalam konteks kelembagaan. b. Unselfish vs Selfish Unselfish maksudnya berusaha mentransendensikan kebutuhan-kebutuhan yang berpusat pada diri sendiri, sedangkan selfish adalah pemuasan diri sendiri, pemanfaatan protektif untuk kepentingan pribadi. c. Relevansi terhadap seluruh kehidupan vs Disiintegrasi Relevansi maksudnya memenuhi kehidupannya dengan motivasi dan makna religius, sedangkan disiintegrasi yaitu agama terpilah atau tidak terintegrasikan ke dalam keseluruhan pandangan hidupnya. d. Kepenuhan penghayatan keyakinan yaitu beriman dengan sungguh dan menerima keyakinan agama secara total tanpa syarat vs Keyakinan dan ajaran agama yang dihayati secara dangkal e. Pokok vs Instrumental Keyakinan agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif yang utama dan sangat signifikan, sedangkan instrumental yaitu keyakinan agama sebagai sarana mencapai tujuan, memanfaatkan agama untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain yang non-religius. f. Assosiasional vs Komunal Assosiasional yang dimaksud adalah keterlibatan religius demi pencarian religius yang lebih dalam, sedangkan komunal maksudnya afiliasi pertalian atau hubungan demi sosiabilitas dan status. g. Keteraturan penjagaan perkembangan iman yaitu penjagaan perkembangan iman yang konsisten dan teratur vs Ketidakteraturan penjagaan perkembangan iman atau penjagaan yang bersifat periferal.

2.2.4 Beberapa Hal yang Terkait dengan Orientasi Religius

Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan orientasi religius ada beberapa penelitian yang telah dilakukan, yaitu: a. Fisik Faktor fisik ini terdiri dari usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Strickland Shaffer mengemukakan bahwa orang yang lebih tua cenderung memiliki orientasi religius internal lebih kuat dari pada orang yang lebih muda, dan orang yang pendidikan formalnya lebih tinggi biasanya memiliki orientasi religius yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang pendidikannya lebih rendah McCormick, Hoekman Smith, 2000. b. Kesehatan mental dan psikis Batson Ventis menjelaskan bahwa orientasi religius berhubungan secara positif dengan kesehatan mental yang baik dan kebebasan dari perasaan bersalah atau khawatir Earnshaw, 2005. Penelitian Beit-Hallahmi Argyle 1997 menyatakan bahwa individu yang sering datang ke gereja jarang meninggal cepat karena gagal jantung atau penyakit serius lainnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Genia Shaw 1991 menyatakan bahwa orientasi religius intrinsik juga terprediksi untuk rendahnya tingkat depresi. Dalam dua penelitian lebih lanjut oleh McFarland Warren 1992 ditemukan bahwa orientasi religius intrinsik berhubungan negatif dengan depresi, sedangkan orientasi religius ekstrinsik berhubungan negatif dengan depresi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa orientasi religius berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan psikologis Earnshaw, 2005. c. Perilaku sosial Orientasi religius juga dapat meramalkan perilaku sosial. Berbagai perilaku yang telah diuji dalam penelitian utama termasuk prasangka yang dilakukan oleh Beit-Hallahmi Argyle 1997, hasilnya adalah individu dengan orientasi religius intrinsik umumnya tidak memiliki prasangka prejudice sebesar individu dengan orientasi religius ekstrinsik Earnshaw, 2005.

2.3 Kerangka Berpikir