Pendekatan Penelitian Instrumen Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

Untuk menguji hipotesis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, pada bab ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian tentang hubungan antara orientasi religius dengan kecerdasan emosional pada guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam, Gintung, Jayanti, Tangerang. Bab tiga ini terdiri dari jenis dan metode penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, uji instrument, prosedur penelitian, dan teknik analisa data.

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang datanya berbentuk angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik Sugiyono, 2008. Pendekatan ini dipilih karena peneliti mengolah data dalam bentuk angka-angka ke dalam analisis statistik.

3.2. Definisi Variabel

Menurut Kerlinger Sugiyono, 2008 variabel adalah konstruk atau sifat yang dipelajari. Variabel terbagi menjadi dua macam, yaitu variabel bebas Independent Variable dan variabel terikat Dependent Variable. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah Orientasi Religius, sedangkan variabel terikatnya adalah Kecerdasan emosional.

3.2.1. Definisi konseptual

Menurut Sevilla dkk 1993, variabel adalah suatu karakteristik yang mempunyai dua atau lebih nilai atau sifat yang satu sama lain terpisah. Adapun definisi konseptual dari variabel-variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kecerdasan emosional dikemukakan oleh Goleman 1997, yaitu suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. 2. Orientasi religius dikemukana oleh Allport dan Ross yang dikutip oleh McCormick, Hoekman Smith 2000, yaitu tingkat dimana seseorang hidup dengan keyakinan agamanya.

3.2.2. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya yang diukur melalui skala Kecerdasan Emosional dengan indikator: kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial yang tercermin dari skor yang diperoleh melalui alat ukur kecerdasan emosinal guru Daar el-Qalam. 2. Orientasi religius yang dimaksud adalah bagaimana individu hidup dengan agama atau keyakinan yang diyakininya. Terdapat dua kategori orientasi religius yang ada pada penelitian ini, yaitu orientasi religius intrinsik yang diukur melalui skala Orientasi Religius Intrinsik dengan indikator pada aspek- aspek orientasi religius intrinsik, yaitu penghayatan agama secara personal, agama berpusat pada diri sendiri, ajaran agama digunakan dalam kehidupan sehari-hari, penghayatan keyakinan secara total, agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif yang utama, pencarian religius yang lebih dalam, keteraturan penjagaan perkembangan iman. Lalu orientasi religius ekstrinsik yang diukur melalui skala Orientasi Religius Ekstrinsik dengan indikator pada aspek- aspek orientasi religius ekstrinsik, yaitu penghayatan agama dalam konteks kelembagaan, agama sebagai pemuasan diri atau kepentingan pribadi, ajaran agama tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, keyakinan agama yang dangkal, agama sebagai sarana memenuhi kebutuhan yang non-religius, agama digunakan sebagai cara untuk membentuk hubungan kerja atau sosial, penghayatan agama yang besifat periferal. Semuanya tercermin dari skor yang diperoleh melalui alat ukur orientasi religius intrinsik dan ekstrinsik guru Daar el-Qalam. 3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Data 3.3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Gay Sevilla, et al., 1993 populasi adalah kelompok yang dijadikan sasaran generalisasi oleh peneliti. Menurut Sugiyono 2008 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Pondok Pesantren Daar el- Qalam, Tangerang yang berjumlah 197 guru. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi yang dijadikan subjek penelitian Sugiyono, 2008. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang akan diambil adalah 84 guru.

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Random Sampling. Teknik random sampling mempunyai beberapa cara dalam pengambilan sampel. Dalam penelitian ini cara yang digunakan adalah simple random sampling. Menurut Weirsma Sevilla, 1993 pengambilan sampel secara acak adalah suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama. Syarat pengambilan sampel secara acak meliputi tahap-tahap sebagai berikut: pertama, menetapkan populasi; kedua, daftar semua anggota populasi; ketiga, memilih sampel melalui prosedur yang sesuai di mana setiap anggota mempunyai peluang yang sama sebagai sampel penelitian Sevilla,1993. Ada dua prinsip dasar dalam pengambilan sampel secara acak, yaitu 1 Equi-probability – ini berarti bahwa setiap anggota populasi yang termasuk dalam sampel mempunyai peluang yang sama. 2 Independence – hal ini berkenaan dengan kenyataan bahwa bila satu anggota yang diseleksi dipilih sebagai sampel tidak mempengaruhi peluang anggota lain Sevilla,1993. Dalam memilih sampel penelitian prosedur yang akan digunakan adalah pengambilan sampel melalui undian. Fox Sevilla, 1993 menyebutnya sebagai teknik fishbowl.

3.4. Instrumen Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi yang relevan adalah dengan menggunakan skala. Karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi, yaitu: stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkapkan indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. Indikator perilaku itu diterjemahkan dalam bentuk item-item, maka skala psikologi selalu berisi banyak item dan respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh- sungguh Saifuddin Azwar, 2008. Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa skala yang terdiri dari skala Orientasi Religius dan skala Kecerdasan emosional. Kedua skala ini disusun berdasarkan indikator-indikator variabel yang merupakan ciri-ciri perilaku yang hendak diteliti. Kedua skala ini berisi pernyataan-pernyataan yang harus dipilih dengan pilihan yang sesuai dengan individu tersebut. Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert. Pada skala ini akan ditampilkan pernyataan yang bersifat mendukung favorable dan tidak mendukung unfavorable dengan empat alternatif pilihan jawaban. Empat alternatif pilihan jawaban dilakukan untuk menghindari posisi tengah yang menyebabkan subyek cenderung untuk menempati dirinya pada posisi tersebut. Adapun penilaian pada keempat alternatif jawaban tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Tabel Penilaian Skala Likert Alternatif Favorable Unfavorable Sangat Sesuai SS 4 1 Sesuai S 3 2 Tidak Sesuai TS 2 3 Sangat tidak Sesuai STS 1 4 a. Skala Orientasi Religius Skala ini disusun berdasarkan dimensi orientasi religius yang dikemukakan oleh Allport. Penyusunan skala bermula dari adaptasi penelitian yang dilakukan oleh Allport Ross tentang Orientasi Religius untuk kemudian disesuaikan dengan kondisi sampel yang dijadikan penelitian. Skala orientasi religius pada penelitian ini dibuat menjadi dua, yaitu skala orientasi religius intrinsik dan skala orientasi religius ekstrinsik. Indikator yang digunakan pada skala orientasi religius intrinsik ini yaitu penghayatan agama secara personal, agama berpusat pada diri sendiri, ajaran agama digunakan dalam kehidupan sehari-hari, pemenuhan penghayatan keyakinan, agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif utama, pencarian religius yang lebih dalam, dan keteraturan penjagaan perkembangan iman. Dalam skala ini terdapat 21 item yang hanya terdiri dari item favorable. Distribusi penyebaran item pada skala orientasi religius intrinsik ini dapat dilihat melalui tabel 3.2 sebagai berikut: Tabel 3.2 Blue Print Skala Try Out Orientasi Religius Intrinsik No. Indikator Item Jumlah 1. Penghayatan agama secara personal 1,8,15 3 2. Agama berpusat pada diri sendiri 2,9,16 3 3. Ajaran agama digunakan dalam kehidupan sehari-hari 3,10,17 3 4. Penghayatan keyakinan secara total 4,11,18 3 5. Agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif yang utama 5,12,19 3 6. Pencarian religius yang lebih dalam 6,13,20 3 7. Keteraturan penjagaan perkembangan iman 7,14,21 3 Jumlah 21 Adapun indikator yang digunakan dalam skala orientasi religius ekstrinsik ini merupakan aspek orientasi religius ekstrinsik, yaitu penghayatan agama dalam konteks kelembagaan, agama sebagai pemuasan diri sendiri, ajaran agama tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, keyakinan agama yang dangkal, agama sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan yang non-religius, agama sebagai sarana untuk membentuk hubungan kerja atau sosial, ketidakteraturan penjagaan perkembangan iman. Dalam skala ini terdapat 21 item yang hanya terdiri dari item favorable. Distribusi penyebaran item pada skala orientasi religius ekstrinsik ini dapat dilihat melalui tabel 3.3 sebagai berikut: Tabel 3.3 Blue Print Skala Try Out Orientasi Religius Ekstrinsik No Indikator Item Jumlah 1. Penghayatan agama dalam konteks kelembagaan 1,8,15 3 2. Agama sebagai pemuasan diri sendiri 2,9,16 3 3. Ajaran agama tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari 3,10,17 3 4. Keyakinan agama yang dangkal 4,11,18 3 5. Agama sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan yang non-religius 5,12,19 3 6. Agama sebagai sarana untuk membentuk hubungan kerja atau sosial 6,13,20 3 7. Ketidakteraturan penjagaan perkembangan iman 7,14,21 3 Jumlah 21 b. Skala Kecerdasan emosional Skala kecerdasan emosional dibuat berdasarkan dimensi kecerdasan emosional Daniel Goleman sebagai indikator. Adapun indikator kecerdasan emosional yang diungkapkan oleh Salovey dan Mayer dalam Goleman, 2009 yaitu, mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Dalam skala ini terdapat 38 item yang terdiri dari 20 item favorable dan 18 item unfavorable. Distribusi penyebaran item pada skala kecerdasan emosional ini dapat dilihat melalui tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Blue Print Skala Try Out Kecerdasan emosional Item No. Indikator Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Mengenal emosi diri 1,4,15,27 18,30 6 2. Mengelola emosi diri 7,13,20,31 8,16,24,36 8 3. Memotivasi diri sendiri 3,17,23,32 2,14,22,33 8 4. Empati 5,11,29 6,21,26 6 5. Membina hubungan dengan orang lain 9,19,25,35,37 10,12,28,34,38 10 Jumlah 20 18 38

3.5. Uji Instrumen