2.1.2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Salovey Goleman, 2009, ada lima aspek dalam kecerdasan emosional yaitu:
1. Mengenali emosi diri Kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan
dasar kecerdasan emosionalonal. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan
pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat individu ada dalam kekuasaan perasaan. Individu yang
memiliki keyakinan yang lebih tentang perasannya adalah pilot yang handal bagi kehidupannya, karena mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan
perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi.
Menurut Netty Hartati 2006, kesadaran diri adalah kemampuan individu untuk menyadari emosi yang sedang dialaminya, dapat mengenal emosi itu,
memahami kualitas, intensitas, dan durasi emosi yang sedang berlangsung serta tahu penyebab terjadinya.
2. Mengelola emosi Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah
kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Keterampilan mengelola emosi ini akan meninjau kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan
kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Individu yang buruk
kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh
lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Menurut Ema Yudiani 2005, mengelola emosi yaitu menangani emosi agar
berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapai suatu tujuan dan mampu
menetralisir tekanan emosi. Kemampuan ini bisa mengendalikan kemarahan, ketergesa-gesaan, dan kemungkinan berpikir sebelum mengambil keputusan.
3. Memotivasi diri sendiri Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat
penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri. Orang yang memiliki keterampilan ini cenderung
jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang dikerjakan. Netty Hartati 2006 mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki
kemampuan memotivasi diri adalah ia memiliki kepercayaan diri yang positif, optimis dalam menghadapi keadaan sulit, terampil dan fleksibel dalam
menemukan alternatif pemecahan masalah. Memotivasi diri menurut Myers I.G.A.N. Swistinawati, 2009 adalah suatu
kebutuhan atau keinginan yang dapat memberi kekuatan dan mengarahkan tingkah laku menjadi motivasi. Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat
ditelusuri melalui hal-hal berikut:
a. Optimisme Optimisme merupakan sikap menahan seseorang untuk tidak terjerumus
dalam keadaan adaptis, keputusasaan, dan depresi pada saat mengalami kekecewaan dan kesulitan dalam hidup. Optimis merupakan sikap yang
cerdas secara emosional. b. Harapan
Harapan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Harapan merupakan keyakinan adanya kemauan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Orang yang mempunyai harapan tidak akan menjadi cemas dan tidak akan bersikap pasrah, seseorang yang mempunyai harapan memiliki
beban stress yang rendah. c.
Flow Flow merupakan puncak pemanfaatan emosi demi mencapai sasaran yang
ditetapkan. Dalam flow, emosi tidak hanya ditampung dan disalurkan tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga dan keselarasan dengan tugas
yang dihadapi. Ciri khas flow adalah perasaan kebahagiaan yang spontan. 4. Mengenali emosi orang lain Empati
Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, yang merupakan keterampilan dasar “bergaul”. Kemampuan berempati yaitu
kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain, ikut berperan dalam pergulatan arena kehidupan. Orang yang empatik lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-
apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Semakin individu terbuka kepada emosi diri sendiri, maka individu akan semakin terampil membaca
perasaan. Emosi jarang diungkapkan dengan kata-kata, emosi jauh lebih sering
diungkapkan melalui isyarat. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan nonverbal, diantaranya nada bicara, gerak-
gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya. 5. Membina hubungan dengan orang lain
Seni membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini menunjang popularitas, kepemimpinan, dan
keberhasilan antarpribadi. Menurut Eny Purwandari dan Purwati 2008, membina hubungan dengan
orang lain yaitu kemampuan individu untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, meyakinkan, mempengaruhi, dan membuat orang lain
merasa nyaman, serta dapat jadi pendengar yang baik. Pendengar yang baik akan tampak sabar dan dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan emosi orang
yang sedang didengar keluhannya. Menurut Hatch dan Gardner Goleman, 2009, ada empat kemampuan terpisah
yang diidentifikasi sebagai komponen-komponen kecerdasan antarpribadi, yaitu:
pertama, mengorganisir kelompok yaitu memprakarsai dan mengkoordinasi upaya menggerakkan individu. Kedua, merundingkan
pemecahan yaitu mencegah atau menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi. Ketiga, hubungan pribadi yaitu mengenali dan merespons dengan tepat
perasaan dan keprihatinan orang lain. Keempat, analisis sosial yaitu kemampuan mendeteksi dan mempunyai pemahaman tentang perasaan, motif,
dan keprihatinan orang lain.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional