Perkembangan Pasar Modal Indonesia

72 7. Indeks KOMPAS 100 Merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham dengan beberapa poses penentuan, yaitu telah tercatat di BEI minimal 3 bulan, saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG Indeks Harga Saham Gabungan. Berdasarkan pertimbangan factor fundamental perusahaan dan pola perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk mengeluarkansaham tersebut dalam proses perhitungan indeks harga 100 saham, dan masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekwensi transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar Reguler, selama 12 bulan terakhir.

B. Perkembangan Pasar Modal Indonesia

Awal tahun 2009 lalu pasar modal BEI didera penurunan luar biasa tajam akibat kecemasan mendalam akan kehancuran ekonomi global yang berawal dari krisis subprime mortgage di AS dan sebagian Eropa. Krisis instrumen derivatif berlandaskan aset KPR berkualitas rendah tersebut menjalar begitu cepat sekaligus sangat dahsyat. Hampir semua pasar modal baik emerging market ataupun pasar yang sudah efisien mengalami kejatuhan luar biasa. Tingkat kejatuhan pasar modal global mencapai kisaran 60-80. Krisis tersebut menghapus sebagian besar kekayaan para investor kakap yang telah berinvestasi selama satu dekade. Dari rakyat biasa hingga para analis keuangan, ekonom sampai dengan petinggi negara membicarakan krisis ekonomi disertai bumbu 73 politik, anti-kapitalisme, neo-liberalisme, dan berbagai penyedap lainnya sesuai dengan motif masing-masing kelompok. Perekonomian dan pasar finansial berada pada kondisi yang rentan dan penuh ketidak-pastian tanpa gairah pada saat itu, plus kerawanan isu sosial politi jelang pemilu pada paruh pertama 2009. Setiap krisis akan menciptakan berbagai peluang bisnis dan investasi. Ketika pasar modal BEI terjungkal hebat hingga level 1.100 an per Januari 2009, dunia seolah terbalik dimana investor kaya menjadi “miskin” dan terbuka peluang besar bagi para investor baru “newbie” untuk menjadi kaya. Investor baru dapat masuk pada saat harga-harga saham terdiskon sangat rendah akibat krisis ekonomi dan panic selling yang berlebihan. Ini jelas peluang langka. Untuk mendapatkan peluang investasi sebaik ini mungkin harus menunggu selama kurun 10 tahun lagi. Situasi saat itu dapat disebut maximum investment opportunity. Namun, peluang berharga tersebut kurang dimanfaatkan akibat rasa takut dan dampak psikologis yang dalam akibat kejatuhan pasar finansial dunia. Hal tersebut dapat dimaklumi, Lehman Brothers, AIG, Citigroup, JP Morgan dan sederet manajer investasi kelas dunia saja terkapar tak berdaya dihantam badai subprime mortgage tersebut. Namun kita harus memahami, bahwa fenomena tersebut hanyalah sebuah siklus yang terus berputar dari masa ke masa. Setelah mengalami krisis, kembali pasar finansial mengalami booming, kemudian kembali didera krisis dan seterusnya. Pertumbuhan yang cukup baik dimulai 2006,hingga 2007 dan paruh pertama 2008. Setelah naik 55,3 pada tahun 2006, dan naik lagi 52,1 pada tahun 2007, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG menurun 50,7 selama tahun 2008. Memasuki kuartal III 2008, pasar finansial global mulai limbung dan hancur pada 74 kuartal terakhir 2008. Sampai paruh pertama 2008, BEI mencetak rekor dalam sejarah hingga level 2830. Kejatuhan BEI disebabkan terutama keluarnya hot money besar-besaran terutama pada kuartal terkahir 2008. Pada paruh pertama 2009 indikator ekonomi makro Indonesia yang cukup kuat dari terpaan krisis global dengan PDB sekitar 4,3 tersebut membuat pasar kembali memasuki wilayah optimis sekalipun senantiasa dibayangi berbagai kecemasan akan pemulihan ekonomi global yang belum jelas. Akhirnya jelang kuartal kedua 2009, IHSG kembali menujukkan kekuataannya dan berhasil up trend luar biasa hingga 50,1 pada akhir semster 2 tahun 2009. Serta merta peguatan IHSG diikuti oleh menguatnya nilai tukar IDR terhadap USD menjadi sekitar Rp. 10.200USD pada akhir Juni 2009 setelah sempat terpuruk hingga Rp. 12.000USD pada Desember 2008. Pemulihan tersebut juga didorong oleh penurunan tingkat suku bunga BI BI rate dari 9,5 hingga 6,5 saja secara periodik. Penguatan IHSG terus berlanjut pada kuartal 3, bahkan berhasil menembus level psikologis 2000 dengan mulus disertai penguatan IDRUSD pada kisaran Rp. 9500-10.000USD. Memasuki kuartal terkhir 2009, para investor semakin percaya diri bahkan cenderung over confidence terhadap prospek investasinya. Hal tersebut, membuat IHSG kembali terbang tinggi menembus level wajarnya di 2250. Bahkan pada November dan Desember 2009, IHSG berkali-kali menembus level keramat 2500. Namun, para investor nampaknya belum berani melangkah terlalu jauh sehingga pada kuartal terkhir 2009 IHSG berfluktuasi pada kisaran 2400-2500 an. Bayangkan, pada 31 Desember 2009, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG telah bertengger di atas level 2.500 atau 75 tumbuh sekitar 85,86. Ini berarti IHSG sudah dipredikasi kembali normal hanya dalam satu tahun saja. Namun hal yang mencemaskan adalah kenaikan harga crude oil dunia yang mencapai di atas level USD 80barrel per 51110. Kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut lebih disebabkan aktivitas spekulasi dari pada proses supply-demand. www.ekonomi.kompasiana.com 2009.

C. Statistik Deskriptif