Pengertian Narkoba Penyalahgunaan Narkoba 1. Pengertian Penyalahgunaan

yang mendalam, pecahnya pembuluh darah otak, pingsan akibat kelelahan. d. Cannabis atau Ganja. Cannabis atau Ganja adalah mengandung zat kimia delta-9-tetrahydrocannabino yang mempengaruhi perusahaan dan penglihatan serta pendengaran cimeng. Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Cannabis atau Ganja adalah: hilangnya konsentrasi, peningkatan denyut jantung, kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh, rasa gelisah dan panic, depresi, kebingungan atau halusinasi. Pengertian Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba diluar indikasi medik, tanpa petujuk atau resep dokter yang secara teratur atau secara berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan. 24

B. Remaja 1. Pengertian Remaja

Menurut Prof. DR. Zkiah Daradjat, remaja adalah masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawahnya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa. 25 24 Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, dkk, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2011, h. 13. 25 Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, Cet Ke-3, h. 35. Remaja suatu tingkat umur, dimana anak-anak tidak lagi anak, akan tetapi belum bisa dapat dipandangdikatakan dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antar umur anak-anak dan umur dewasa. 26 Dalam beberapa buku-buku psikologi perkembangan usia 15-18 tahun yang dikatagorikan sebagi “usia remaja” dimana masa ini merupakan masa teransisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada kehidupan remaja mempunyai urgensi yang sangat penting dan vital dalam pengembangannya. Terlihat banyak orang-orang berpendapat bahwa persoalan yang dihadapi remaja, merupakan beban berat pada umur kecil yang ditandai oleh kegoncangan, ketegangan, dan kesukaran. 27 Ini merupakan hal yang akan menjadikan pertentangan di antara keyakinan dan pengetahuan dengan praktek masyarakat yang terjadi dilingkungannya, sebagaimana telah dikatakan bahwa masa remaja merupakan fase perkembangan yang sangat mencolok baik secara fisik, psikologis, social, dan moralitas. Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja, menurut Yulia S.D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa 1991: a puberteit, puberty dan b adolescentia. Istilah puberty bahasa inggris berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat tandah-tandah kelaki-lakian. Santrock 1998, 1999 mendefinisikan puberitas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja. Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia, yang berarti masa muda yang terjadi 26 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, Cet Ke-2, h. 28. 27 Musthafa Fahmy, Penyesuaian Diri Lapangan Implementasi Dari Penyesuaian Diri, Jakarta: N.V. Bulan Bintang, 1983, Cet Ke-1, h. 82. antara 17 – 30 tahun. Yulia dan Singgih D. Gunarsa, ahirnya menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12 – 22 tahun. 28 Perkembangan pada masa remaja tersebut berkaitan erat dengan dua hal asasi bagi setiap manusia sebagai berikut: 29 a. Pertama adalah hal-hal yang bersifat jasmani atau fisik sebagai kebutuhan primer seperti makan, minum, seks dan lain sebagainya. b. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan yang bersifat rohani, yakni psikhis dan sosial. Kebutuhan pokok tersebut sedini mungkin sebagai modal utama bagi perkembangan remaja. Dengan demikian remaja akan merasa kebingungan bagaimana dengan setatus apa dia menempatkannya dilingkungan. Sehingga tidak terkendali dan memiliki emosi yang labil hal ini yang banyak menyebabakan problematika di masa-masa remaja. Karena masa remaja adalah masa bermasalah. Adapun yang dimaksud dengan problem remaja adalah bermacam-macam problem yang dihadapi oleh remaja akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya itu. Disamping kesukaran yang terjadi akibat perlakuan masyarakat terhadap remaja yang sedang mengalami perubahan. Disisi lain setiap segi perubahan itu, mempunyai problemanya sendiri dengan kesukaran tertentu. Maka perubahan jasmani cepat menyebabkan terjadinya berbagai perubahan yang menimbulkan bermaca- macam pengalaman yang belum pernah dilalui oleh individu sebelum itu. 28 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, Cet Ke-1, h. 13. 29 Sudarsono, Kenakalan Remaja “Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi” , Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, Cet Ke-4, h. 155. Menurut pandangan Gunarsa 1991 bahwa secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu bersifat dichotomy, yakni 1 Endogen 2 Exogen. 30 Factor Endogen nature, dalam pandanagan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya: postur tubuh tinggi badan, bakat-minat, kecerdasan, keperibadian, dan sebagainya. Sedangkan Factor Exsogen Nurture, menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa tersedianya sarana dan fasilitas, letak giografis, cuaca, iklim, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan social dimana seorang mengadakan relasi atau interaksi dengan individu atau sekelompok individu di dalamnya. Adapun Interaksi antara endogen dan exogen, dalam kenyataannya, masing-masing faktor tersebut tidak dapat dipisahkan. Kedua itu saling berpengaruh, sehingga terjadi interaksi antara faktor internal maupun eksternal, yang kemudian membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu. Dengan demikian, sebenarnya faktor yang ketiga ialah kombinasi dari dua faktor itu. Para ahli perkembangan sekarang Berk, 1993; Gunarsa, 1991; Papalia, Olds dan Faldman, 2001, dan santrock, 1999 menyakinkan bahwa kedua faktor internal endogen maupun eksternal exsogen tersebut mempunyai peran yang sama besarnya, bagi perkembangan dan pertumbuhan individu. 30 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, Cet Ke-1, h. 14-15.