mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai serta langka. MVA mencerminkan besarnya nilai tambah yang berhasil dikapitalisasi. Dan memperbesar nilai capital
yang digunakan suatu perusahaan. MVA mencerminkan seberapa besar manajemen mampu menciptakan atau menambah kekayaan bagi para pemilik capital atau
pemegang saham sehingga MVA adalah hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupaun yang diantisipasi
akan dilakukan, yang memperlihatkan panilaian pasar modal. Masuk dalam sepuluh besar BUMN pencetak laba terbesar pada tahun 2008
dan masuk dalam kategori saham perusahaan LQ 45, kedua BUMN tersebut tentunya menunjukkan bahwa manajemen dapat menambahkan nilai value yang sebesar-
besarnya kepada pemegang saham shareholder dimana hal ini dapat diukur melalui metode EVA dan MVA. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan kedua BUMN tersebut tahun 2005 s.d 2008.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan pokok masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut “ Bagaimana kinerja keuangan dengan menggunakan analisis Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA pada PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk”.
C. Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
1. Economic Value Added EVA
S. David Young dan Stefen F O’Byrne 2001:17 mendefinisikan EVA sebagai berikut: “ EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis residual
income yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal”. EVA dapat dinyatakan sebagai
perhitungan profitabilitas suatu operasi perusahaan yang tidak hanya mengurangkan biaya operasi dari pendapatan yang ada namun juga mengurangkan biaya modal yang
terkait dengan operasi tersebut terhadap total pendapatan. S. David Young dan Stefen F O’Byrne 2001 bahwa EVA dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut: EVA = RONA – WACC x Invested Capital
Dimana: RONA : Return on Net Asset Pengembalian pada aktiva bersih
WACC : Weighted Average Cost of Capital Biaya modal rata-rata tertimbang
Persamaan- persamaan EVA di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa EVA akan memberikan peningkatan nilai atau terciptanya nilai jika:
a. Terjadi peningkatan laba operasi setelah pajak yang lebih besar daripada biaya
modal. b.
Pengembalian atas aktiva bersih lebih besar dari biaya modal rata- rata tertimbang dan modal yang diinvestasikan tetap.
Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Jika EVA 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan. Jika EVA 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan. Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan untuk
membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.
2. Market Value Added MVA
Young O’Byrne 2001 menyatakan bahwa Market Value Added MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan termasuk ekuitas dan utang dan
modal keseleuruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Definisi lain tentang MVA dinyatakan oleh Etty M. Nasser adalah hasil kumulatif dari kinerja perusahaan
yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun yang diantisipasi akan dilakukan, yang memperlihatkan penilaian pasar modal.
Meneurut Etty Nasser 2003 bahwa untuk menghitung nilai MVA dengan rumus :
MVA = Nilai pasar saham biasa perusahaan – Nilai nominal saham biasa perusahaan x Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar.
Persamaan MVA di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa MVA akan memberikan peningkatan nilai atau terciptanya nilai jika peningkatan nilai pasar lebih
besar dari modal yang di investasikan. Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil adalah jika MVA positif, nilai tersebut menujukkan bahwa
manajemen perusahaan berhasil dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan. MVA negatif, nilai tersebut menunjukkan kinerja yang buruk dari
Universitas Sumatera Utara
manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan tidak berhasil dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan.
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual untuk EVA dan MVA
Sumber: Young Byrn 2001
Return On Net Asset RONA
Weight Avarege Cost Of Capital WACC
Modal Yang di Investasikan
Penciptaan nilai tambah Ekonomis perusahaan
EVA •
Peningkatan return
atas modal yang ada
•
Peningkatan RONA yang lebih besar dari WACC
Jumlah Saham yang Beredar
Nilai Pasar Saham
Nilai Nominal
Penciptaan nilai tambah Ekonomis perusahaan
MVA •
Nilai pasar yang lebih besar daripada modal yang
diinvestasikan
Universitas Sumatera Utara
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah memperkenalkan lebih jauh mengenai analisis Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA
sebagai alat ukur kinerja dan keuangan perusahaan serta cara untuk mengukur EVA dan MVA tersebut
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan mengenai
analisis Economic Value Added, Market Value Added, dan pengaplikasiannya. b.
Bagi pihak lain, memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan. c.
Bagi para investor, memberikan suatu informasi di dalam mempertimbangkan keputusan investasi pada perusahaan yang go public.
E. Metode penelitian 1. Batasan Operasional
Penelitian agar dilakukan lebih terarah dan tidak menyimpang dari masalah yang sedang dianalisis maka batasan operasional penelitian ini adalah melakukan
analisis terhadap kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan menggunakan metode analisis Economic Value Added
dan Market Value Added dengan data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahan tersebut pada tahun 2005 sd 2008.
Universitas Sumatera Utara
2. Definisi Operasional A. Economic Value Added
Young O’Byrne 2001:39 menyatakan bahwa Economic Value Added adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun
yang bersangkutan dan sangat berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah seluruh biaya modal termasuk biaya ekuitas telah
dikurangkan. Jadi, dalam konsep EVA dilandasi oleh gagasan laba ekonomis.
B. Market Value Added
Menurut Nasser 2003, Market Value Added adalah selisih antara nilai pasar saham biasa perusahaan dengan nilai nominal saham biasa perusahaan dikalikan
dengan jumlah saham saham biasa perusahaan yang beredar.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan melalui internet yaitu pada www.idx.com dan penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April 2009 sampai selesai.
4. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data sekunder yang digunakan tersebut bersumber dari
internet yaitu dari situs resmi PT TLKM Tbk dan PT BBRI Tbk berupa laporan keuangan tahun 2005 sd 2008 dan data yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5. Tenik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan teknik dokumentasi, dimana data-data yang dibutuhkan telah tersedia. Data-
data tersebut diperoleh dari buku-buku dan internet.
6. Metode Analisis Data
Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif . Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana
data-data yang ada dikumpulkan, diklasifikasi, dan kemudian dilakukan analisis dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Napitupulu 2008, “Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA pada Tiga
Emiten Terbaik 2006”. Rumusan masalah adalah apakah ketiga emiten terbaik 2006 yakni PT ASTRA INTERNASONAL Tbk., PT ANEKA TAMBANG Tbk., dan PT
PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk., telah mampu untuk menciptakan nilai tambah value added yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Kesimpulan dari penelitian itu
adalah bahwa nilai EVA dan MVA dari ke tiga emiten terbaik 2006 selalu bernilai postif yang mengindikasikan bahwa pihak manajemen perusahaan selalu dapat
membuat investasi para shareholder menjadi lebih bernilai dan memiliki prospek yang menguntungkan dimasa yang akan datang.
Tobing 2007, “Peranan Analisis Economic Value Added dalam Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT UNITED TRACTORS Tbk”. Rumusan
masalah adalah bagaimana penerapan pengukuran kinerja keuangan pada PT. United Tractors, Tbk dengan menggunakan penerapan Economic Value Added untuk periode
2004, 2005 dan 2006. Kesimpulan dari penelitian itu adalah bahwa hasil analisis terhadap EVA PT United Tractors Tbk bernilai positif EVA0 mampu dihasilkan
pada tahun 2004 dan 2005 menunjukkan manajer dapat menciptakan nilai tambah ekonomis bagi pemegang sahamnya. Tetapi pada tahun 2006 bernilai negative
EVA0 ini menunjukkan penurunan kinerja manajer yang kurang dapat
Universitas Sumatera Utara
meminimalkan biaya modal dan memilih investasi yang memaksimalkan nilai sehingga gagal dalam menciptakan EVA.
Lucky Bani Wibowo 2005, “Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham”. Rumusan masalah
adalah apakah EVA dan profitabilitas perusahaan mempengaruhi return pemegang saham. Kesimpulan dari penelitian itu adalah bahwa EVA dan profitabilitas
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham. Hal ini secara otomatis menguatkan dugaan bahwa profitabilitas perusahaan yang diwakili
oleh rasio – rasio ROA Return on Asset, ROE Return on Equity, serta EVA Economic Value Added memiliki pengaruh secara serentak terhadap return
pemegang saham.
B. Pengertian Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA 1. Pengertian Economic Value Added EVA
Menurut David Young dan O’Byrne 2001: “ EVA sebagai laba operasi sesudah pajak, dikurangi biaya modal”. Salah satu kekuatan besar EVA adalah
menjadi penghubung antara pengukuran kinerja dan penilaian pasar modal, membantu memastikan bahwa kinerja manajemen dinilai dan diberikan imbalan
dengan cara yang konsisten dengan teori keuangan yang dapat dipercaya. EVA tidak hanya memberikan kontribusi terhadap perilaku yang menciptakan nilai pada proses
awal alokasi modal tetapi juga meningkatkan penciptaan nilai dalam implementasi dan tahap pemantauan. EVA merupakan langkah yang besar kedepan karena EVA
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan praktik-praktik yang dapat menghantarkan hasil keuangan yang unggul.
Menurut Brigham dan Houston 2001:” EVA adalah perbedaaan laba operasi setelah pajak dengan total biaya modal, termasuk biaya modal ekuitas”. EVA
merupakan suatu estimasi nilai yang dihasilkan manajemen selama tahun berjalan, dan sangat berbeda dengan laba akuntansi karena tidak membebankan untuk
penggunaan modal ekuitas yang tercermin dalam laba akuntansi. EVA merupakan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah
kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang
konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Salah satu kekuatan terbesar EVA adalah kaitan langsungnya dengan harga saham. EVA membuat manajer
bertindak seperti pemegang saham. Menurut Rudianto dalam Tobing 2007:18: “EVA adalah suatu system
manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu
memenuhi semua biaya operasi operating cost dan biaya modal cost of capital”. EVA merupakan sebuah pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai yang
merefleksikan jumlah absolut nilai kekayaan pemegang saham yang dihasilkan, baik bertambah atau berkurang tiap tahunnya. EVA merupakan alat yang berguna untuk
memilih investasi keuangan yang paling cocok untuk mengendalikan operasional perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
1. Pengertian Market Value Added MVA
Menurut David Young dan O’ Byrne 2001: “ MVA adalah perbedaan antara nilai pasar termasuk ekuitas dan utang dan modal keseluruhan yang diinvestasikan
dalam perusahaan”. Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan
kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar. Semakin besar MVA, semakin baik. MVA negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang
dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal. Menurut Brigham dan Houston 2001: “MVA adalah perbedaan antara nilai
pasar saham dan jumlah ekuitas yang telah ditanamkan investor”. MVA juga dapat didefenisikan sebagai total modal yang diberikan, termasuk hutang dan ekuitas.
Tetapi defenisi yang diberikan disini lebih memfokuskan pada modal ekuitas yang lebih mudah digunakan dan pada umumnya konsisten dengan defenisi yang lebih
luas.
C. Metodologi perhitungan Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA
A. Perhitungan EVA
David Young dan O’Byrne 2001 bahwa EVA dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
EVA = RONA – WACC x Invested Capital Menurut David Young dan O’Byrne 2001: “EVA sama dengan NOPAT,
dikurangi biaya modal”. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak.
Universitas Sumatera Utara
Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan rata- rata tertimbang dari biaya modal WACC. WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap
komponen modal, utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham, ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan
pada nilai pasar. Modal yang di investasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga,
utang, dan kewajiban jangka panjang lainnya.
1. RONA Return On Net Asset Pengembalian Pada Aktiva Bersih
Menurut S. David Young dan Stefen F O’Byrne 2001 bahwa RONA dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
RONA = NOPAT : Net Asset RONA merupakan pengembalian atas aktiva bersih. Risiko terhadap
perusahaan yang menggunakan RONA tanpa EVA adalah manajer divisi mungkin melewati proyek yang menciptakan nilai karena yang akan mengurangi RONA, atau
mungkin menjalankan proyek yang memusnakan nilai karena manajer akan meningkatkan RONA dengan perkataan lain ketergantungan pada RONA semata
dapat mengarah pada perilaku yang kurang optimal. Menurut Sartono dalam Napitupulu 2008 menyatakan bahwa NOPAT atau laba bersih sesudah pajak
sehingga dapat di rumuskan yaitu : NOPAT = EBIT 1- Tax. NOPAT merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika
perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. Menurut Karnadi dalam Julianti Jarief defenisi NOPAT adalah hasil operasi perusahaan yang
diperoleh dari usaha normal perusahaan. NOPAT adalah hasil penjumlahan dari laba
Universitas Sumatera Utara
usaha penghasilan dari bunga, beban pajak penghasilan, tax shield atas beban bunga, bagian laba rugi bersih anak perusahaan, laba rugi kurs dan laba rugi lainnya.
Operating Income ditambahkan dengan Non-Operating Income Expenses akan menghasilkan suatu angka yang dikenal sebagai EBIT EarningsBefore Interestand
Tax.
2. WACC Weighted Average Cost of CapitalBiaya Modal Rata-rata Tertimbang
Bentuk pembiayaan yang berbeda membawa risiko yang berbeda bagi investor, mereka harus membawa biaya berbeda untuk perusahaan yang menjadi
pokok. Investor membutuhkan pengembalian lebih tinggi untuk pembelian saham dalam suatu perusahaan tertentu daripada ketika memberikan pinjaman karena lebih
beresiko. Oleh karenanya biaya modal suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada biaya hutang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-
masing itu dimiliki dalam stuktur modal Brigham Houston: 2006 Young O’Byrne 2001 berpendapat hubungan antara biaya modal dan
biaya hutang serta pembiayaan ekuitas dapat digabungkan dalam biaya modal rata- rata tertimbang weighted average of capital dari suatu perusahaan sebagai berikut:
WACC = utang pembiayaan total biaya utang 1 – T + ekuitas pembiyaan total biaya ekuitas
Sehingga untuk menghitung WACC suatu perusahaan perlu mengetahui yang berikut ini:
• Jumlah utang dalam struktur modal
• Jumlah ekuitas dalam struktur modal
Universitas Sumatera Utara
• Biaya utang
• Tingkat pajak
• Biaya ekuitas
Biaya utang adalah tingkat sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada pemberi pinjaman. Biaya hutang cost of debt= kd merupakan tingkat keuntungan
yang dinikmati oleh pemegang pembeli obligasi. Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang obligasi.
Biaya hutang merupakan rate yang harus dibayar perusahaan di dalam pasar pada saat ini untuk mendapatkan hutang jangka panjang baru. Perusahaan memiliki beberapa
paket surat hutang dengan beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang Weight. Adanya pembayaran bunga oleh perusahaan akan
mengurangi besarnya pendapatan kena pajak maka Kd harus dikoreksi dengan faktor tersebut 1-t dengan t = tingkat pajak yang dikenakan. Biaya hutang berasal dari
biaya hutang setelah pajak, Kd 1-t. Biaya hutang ini merupakan biaya yang relevan dari hutang baru, mengingat
pajak yang digunakan untuk menghitung biaya modal rata- rata tertimbang WACC. Perhitungan ini sama dengan Kd dikalikan dengan 1-t, dimana t merupakan factor
pajak marjinal perusahaan, t dapat dihitung dengan biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Sehingga rumus untuk pembiayaan total biaya hutang adalah:
K
dt
= K
d
1- t Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya
modal rata- rata tertimbang adalah sebagai berikut, nilai saham perusahaan yang ingin
Universitas Sumatera Utara
kita maksimalkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga mengahasilakn penghematan pajak yang
mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang setelah pajak lebih kecil dari biaya hutang sebelum pajak. Biaya hutang adalah suku bunga atas hutang
baru, bukan atas hutang yang masih beredar, dengan kata lain biaya yang kita perlukan adalah biaya hutang marjinal.
Biaya Ekuitas cost of equity = Ke mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor bahwa cost of capital
adalah opportunity cost dari dana yang ditanamkan investor pada suata perusahaan menurut Keown Dalam Iramani 2005. Sedangkan dari sudut perusahaan cost of
capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan. Bila para investor menyerahkan dananya berupa equity
kepada perusahaan mereka berhak untuk mendapatkan pembagian deviden dimasa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial dari perusahaan tersebut.
Besarnya deviden tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tentu tergantung kinerja perusahaan tersebut dimasa dating. Hal
ini berbeda dengan modal hutang karena sudah ada kepastian tingkat bunga yang disetujui.
Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku. Menurut Brigham dan Houston 2006 ada tiga metode
pendekatan untuk menentukan nilai Ke antara lain:
a. CAPM Capital Asset Pricing Model
Universitas Sumatera Utara
b. Diccounted Cash Flow Model DCF
c. Bond Yield Risk Premium Approach.
Dari ketiga pendekatan tersebut yang dipilih oleh penulis adalah pendekatan dengan CAPM karena Model CAPM adalah yang popular.
Metode tersebut dapat dirumuskan: Ke = risk free rate + risk premium
K
e
= Krf + ß [Krm – Krf] Model ini melihat tingkat hasil yang diharapkan investor dengan rumus Krf =
tingkat hasil pengembalian bebas risiko risk free rate, Krm = tingkat hasil pengembalian yang diharapkan pasar, dan ß = koefisien Beta saham yang merupakan
Indeks resiko saham perusahaan. Risk Free rate = Krf adalah tingkat bunga bebas resiko. Dimana penanaman modal pada instrument bisnis yang mempunyai tahun
bunga bebas resiko. Ini akan dapat dipastikan memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan. Sebagai ukuran dipakai tingkat suku bunga obligasi dalam hal ini
Serifikat bank Indonesia. Data ini diperoleh dari jurnal statistic keuangan dan pasar modal. Market return = Krm adalah tingkat keuantungan portofolio pasar atau nilai
keseluruhan pasar. Sebagai pengukur dipakai tingkat keuantungan rata- rata seluruh kesempatan investasi yang tersedia di indeks pasar. Indeks pasar yang dipakai adalah
Indek Harga Saham Gabungan IHSG. Data diperoleh dari Capital Market Direktory CMD.
Cara memperolehnya adalah dengan mengumpulkan nilai IHSG bulanan. Kemudian dihitung sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Return Pasar Krm
1 1
− −
− =
i i
i
bulan Indeks
bulan Indeks
bulan Indeks
Menurut Widoatmodjo 2009 bahwa angka ß adalah ukuran mengenai sensitivitas suatu saham terhadap pasar. Angka ß ini mulai dari negative tidak
terbatas samapai positif tidak terbatas. Angka negative suatu saham memiliki ß negative berarti memiliki sifat berlawanan dengan gerakan pasar. Jika mayoritas
harga saham naik, saham yang memiliki ß negative ini justru menurun. Sedangkan jika suatu saham memliki ß positif , maka akan mengikuti gerakan harga pasar.
Diantara ß yang tidak terhingga itu, ada ß yang spesifik pengaruhnya, yaitu 1 dan 0. Jika suatu saham memiliki ß = 1, maka gerakan harga saham tersebut persis sama
dengan harga pasar. Sedangkan saham yang memiliki ß = 0, dapat dikatakan tidak bereaksi sama sekali terhadap harga pasar.
Rumus untuk menghitung Beta ß adalah sebagai berikut Sharpe:1997 Beta =
2 2
. Rm
Rm n
Ri Rm
Ri Rm
n ∑
− ∑
∑ ∑
− ∑
Keterangan: n
= jumlah observasi Rm
= tingkat pengembalian pasar Ri
= tingkat keuntungan individu saham Rumus untuk menghitung tingkat keuntungan saham individu adalah sebagai
berikut Jogi Yanto :2003 R
i
=
1 1
− −
−
t t
t
Pi Pi
Pi
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: Pi
t
= Harga saham penutupan pada periode t Pt
t-1
= Harga penutupan saham pada periode t-
1
Premi resiko pasar Market risk premium merupakan selisih antara return pasar bebas resiko yang artinya investor akan memiliki tambahan sebesar risk
premium atau dengan kata lain market risk sebagai tambahan resiko perusahaan. Young and O’Byerne mengasumsikan nilai premi resiko sebesar 6 untuk setiap
perusahaan yang di teliti.
3. Modal yang di investasikan Invested Capital
Menurut Widjaya dalam Tobing: 2007 bahwa modal yang diinvestasikan invested capital adalah keseluruhan jumlah ekuitas dengan jumlah total kewajiban
perusahaann. Modal yang diinvestasikan adalah aktiva yang diinvestasikan dalam aktivitas operasi yang berkelanjutan. Modal yang diinvestasikan terdiri dari jumlah
hutang jangka pendek, pinjaman banksewaguna usahaobligasi jangka panjang, kewajiban yang ditangguhkan, kewajiban jangka panjang lainnya, hak minoritas atas
aktiva bersih anak perusahaan dan ekuitas. Menurut Sjarief dan Wirjolukito 2003 bahwa invested capital merupakan
hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditor dan pemodal juga untuk melihat seberapa besar capital yang
diinvestasi dalam aktivitas operasional dan non-operasional lainnya.
Universitas Sumatera Utara
B. Perhitungan MVA
Young O’Byrne 2001 menyatakan bahwa Market Value Added MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan termasuk ekuitas dan utang dan
modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA adalah selisih antara nilai pasar saham biasa perusahaan dengan nilai nominal saham biasa perusahaan
dikalikan dengan jumlah saham saham biasa perusahaan yang beredar. MVA = Nilai pasar saham biasa perusahaan – Nilai nominal saham biasa
perusahaan x Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar.
D. Kelebihan – Kelemahan EVA dan MVA 1. Kelebihan dan kelemahan EVA
Adapun kelebihan dan kelemahan EVA menurut Amirullah dalam Naser, 2003:27 adalah:
A. Kelebihan EVA
1. EVA merupakan ukuran kinerja operasional bias berdiri sendiri tanpa
ukuranangka yang lain. 2.
EVA fokus penilaian kerja perusahaan pada penciptaan nilai yaitu memaksimumkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham,
sehingga para manejer berpikir serta bertindak sebagai pemegang saham. Manejer memilih investasi yang memeksimumkan tingkat pengendalian dan
meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
Universitas Sumatera Utara
3. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan
struktur modalnya. Secara eksplisit memperhitungkan biaya modal dimana biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat biaya modal atas
hutang karena faktor resiko yang tinggi sehingga dana ekuitas tidak lagi dipandang sebagai dana murah.
4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan
pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut
dapat menciptakan nilai perusahaan.
B. Kelemahan EVA