A. Pengertian Asuransi
Dalam hukum asuransi kita mengenal berbagai macam istilah, ada yang mempergunakan istilah hukum pertanggungan, dalam bahasa Belanda disebut Verzekering Recht, dan dalam
istilah bahasa Inggris disebut Insurance Law, sedangkan dalam praktek sejak zaman Hindia Belanda sampai sekarang banyak dipakai orang istilah Assuransi Assurantie
19
Menurut Abbas Salim, asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian kecil sedikit yang sudah pasti sebagai pengganti substitusi kerugian-kerugian yang besar yang
belum pasti. .
Perjanjian asuransi melibatkan 2 dua pihak dimana yang satu sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak lain akan mendapat penggantian suatu kerugian, yang mungkin akan
diderita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi belum dapat ditentukan saat terjadinya. Pihak yang ditanggung itu diwajibkan membayar sejumlah uang
kepada pihak yang menanggung, uang tersebut akan tetap menjadi milik penanggung apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksud itu tidak terjadi.
20
Sedangkan menurut Muhammad Muslehuddin, istilah asuransi menurut pengertian riilnya adalah iuran bersama untuk meringankan beban individu kalau-kalau beban tersebut
menghancurkannya. Perasuransian adalah istilah hukum legal term yang dipakai dalam perundang-undangan
dan perusahaan perasuransian, istilah perasuransian berasal dari kata asuransi yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu obyek dari ancaman bahaya yang menimbulkan
kerugian. Apabila kata asuransi diberi imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum perasuransian, yang berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi.
21
19
Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian, Medan: Fakultas Hukum USU, 2005, Hal. 1.
20
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2000, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koophandel dijumpai suatu pengertian atau definisi resmi dari asuransi, pasal tersebut menyatakan bahwa
asuransi pada umumnya adalah suatu persetujuan dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena
kehilangan, kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diderita olehnya karena kejadian yang tidak pasti.
22
Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan unsur-unsur asuransi atau pertanggungan yaitu sebagai berikut :
23
Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat kepada benda dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian. Melalui objek asuransi tersebut ada
1. Pihak-Pihak Subjek asuransi adalah pihak-pihak dalam asuransi, yaitu penanggung dan tertanggung
yang mengadakan perjanjian asuransi, penanggung dan tertanggung adalah pendukung kewajiban dan hak. Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak
memperoleh pembayaran premi, sedangkan tertanggung wajib membayar premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya yang diasuransikan.
2. Status Pihak-Pihak Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum, dapat berbentuk Perseroan
Terbatas PT, Perusahaan Perseroan Persero atau koperasi. Sedangkan tertanggung dapat berstatus sebagai perseorangan, persekutuan atau badan hukum dan harus pihak yang
berkepentingan atas obyek yang diasuransikan. 3. Obyek Asuransi
21
Muhammad Muslehuddin, Menggugat Asuransi Modern, Jakarta: PT Lentera Basritama,1999, hal. 3.
22
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Op.Cit., hal. 8.
23
Ibid., hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
tujuan yang ingin dicapai oleh pihak-pihak. Penanggung bertujuan memperoleh pembayaran sejumlah premi sebagai imbalan pengalihan risiko, sedangkan tertanggung bertujuan bebas dari
risiko dan memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya. 4. Peristiwa Asuransi
Peristiwa asuransi adalah merupakan perbuatan hukum legal act berupa persetujuan atau kesepakatan bebas antara penanggung dengan tertangggung mengenai objek asuransi,
peristiwa tidak pasti evenement yang mengancam obyek asuransi, dan syarat-syarat yang berlaku dalam asuransi. Persetujuan atau kesepakatan bebas tersebut dibuat dalam bentuk
tertulis berupa akta yang disebut polis, polis ini merupakan satu-satunya alat bukti yang dipakai untuk membuktikan telah terjadi asuransi.
5. Hubungan Asuransi Hubungan asuransi yang terjadi antara penanggung dengan tertanggung adalah
keterikatan legally bound yang timbul karena adanya persetujuan atau kesepakatan bebas untuk memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing, apabila terjadi evenemen yang menimbulkan
kerugian atas benda asuransi, penanggung wajib membayar ganti kerugian sesuai dengan polis asuransi, sedangkan apabila tidak terjadi evenemen premi yang sudah dibayar oleh tertanggung
tetap menjadi milik penanggung. Apabila kita perhatikan bunyi Pasal 1774 kitab undang-undang hukum perdata atau
burgerlijk wetboek, maka perjanjian asuransi ini masuk dalam perjanjian untung-untungan kans overeenkomst. Menurut pasal itu selain perjanjian asuransi yang termasuk dalam perjajian
untung-untungan, juga adalah bunga cagak hidup liferente dan perjudian serta pertaruhan spel en weddingschap.
Universitas Sumatera Utara
Namun pengaturan yang memasukkan asuransi kedalam perjanjian untung-untungan rasanya kurang tepat, sebab dalam perjanjian untung-untungan pihak-pihak secara sadar dan
sengaja menjalani suatu kesempatan untung-untungan dimana prestasi timbal balik tidak seimbang, sedangkan dalam asuransi hal itu tidak ada. Walaupun demikian ada juga sarjana yang
mengatakan bahwa pengaturan demikian sudah tepat, hal ini disebabkan pembayaran uang asuransi selalu digantungkan kepada “peristiwa yang tidak pasti onzekker voorval”, dengan
terjadinya onzekker voorval itu maka dibayar uang asuransi. Hanya saja dengan perkembangan asuransi sekarang ini walaupun tidak terjadi onzekker
voorval peristiwa yang tidak pasti, pihak penanggung tetap membayar uang asuransi sesuai dengan kesepakatan mereka yang sudah dituangkan dalam perjanjian polis asuransi. Hal ini
dimungkinkan dengan adanya kebebasan berkontrak para pihak yang dianut dalam hukum perdata, jadi asuransi tersebut sudah mengandung unsur menabung saving dimana tertanggung
mendapatkan kembali premi yang telah dibayarnya sesuai dengan kesepakatan yang mereka lakukan baik sebagai penanggung maupun sebagai tertanggung.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dalam Pasal 1 angka 1 disebutkan “asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
Universitas Sumatera Utara
Menurut Abdul Muis, bahwa definisi Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tersebut memberikan definisi asuransi yang lebih lengkap dibandingkan dengan Pasal 246
KUHD, dimana dari definisi di atas tercakup di dalamnya unsur-unsur yang lebih dikembangkan lagi seperti penegasan asuransi itu adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dan lebih
diuraikan tentang jenis-jenis kerugian serta ditegaskan adanya asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
24
Untuk memahami lebih lanjut, Abdulkadir Muhammad membuat perbandingan antara rumusan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dan Pasal 246 KUHD
25
1. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi asuransi kerugian dan
asuransi jiwa. Asuransi kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat “penggantian karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan”. Asuransi jiwa dibuktikan
oleh bagian kalimat “memberikan pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang”, Bagian ini tidak ada dalam Pasal 246 KUHD.
2. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 secara eksplisit meliputi juga asuransi
untuk kepentingan pihak ketiga, hal ini terdapat dalam bagian kalimat “tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga”, Bagian ini tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 KUHD.
3. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi objek asuransi berupa benda,
kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah uang dan jiwa manusia. Objek asuransi berupa jiwa manusia tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 KUHD.
4. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi evenement berupa peristiwa
yang menimbulkan kerugian pada benda objek asuransi dan peristiwa meninggalnya seseorang. Peristiwa meninggalnya seseorang tidak terdapat dalam Pasal 246 KUHD.
B. Jenis-jenis Asuransi