Pengaturan Hukum Asuransi TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI

a. Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti kerugian asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung b. Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti kerugian reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi. c. Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaiaan terhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan. d. Usaha konsultan aktuaria yang memberikan jasa konsultasi aktuaria. e. Usaha agen asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. Pengelompokkan jenis usaha perasuransian dalam Pasal 3 tersebut didasarkan pada pengertian bahwa perusahaan yang melakukan usaha asuransi adalah perusahaan yang menanggung risiko asuransi. Selain itu dibidang perasuransian terdapat pula perusahaan- perusahaan yang kegiatan usahanya tidak menanggung risiko asuransi yang kegiatannya dikelompokkan sebagai usaha penunjang usaha asuransi. Walaupun demikian sebagai sesama penyedia jasa di bidang perasuransian, perusahaan di bidang usaha asuransi dan penunjang usaha asuransi merupakan mitra usaha yang saling membutuhkan dan saling melengkapi yang secara bersama-sama perlu memberikan kontribusi bagi kemajuan sektor asuransi Selain pengelompokkan menurut jenis usahanya, usaha asuransi dapat pula dibagi berdasarkan sifat dari penyelenggaraan usahanya menjadi 2 dua kelompok, yaitu : 34 1. Pengaturan dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD a. Usaha asuransi sosial dalam rangka penyelenggaraan program asuransi sosial yang bersifat wajib compulsory berdasarkan undang-undang dan memberikan perlindungan dasar untuk kepentingan masyarakat. b. Usaha asuransi komersil dalam rangka penyelenggaraan program asuransi kerugian dan asuransi jiwa yang bersifat kesepakatan voluntary berdasarkan kontrak asuransi dengan tujuan memperoleh keuntungan motif ekonomi.

C. Pengaturan Hukum Asuransi

34 Ibid., hal. 25. Universitas Sumatera Utara Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD ada dua cara pengaturan hukum pertanggungan, yaitu pengaturan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku I, Bab IX sembilan dan pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab X sepuluh, Buku II Bab IX sembilan dan X sepuluh. Rincian isi bab-bab tersebut adalah sebagai berikut: 35 1. Bagian pertama : mengatur asuransi terhadap bahaya kebakaran diatur dalam pasal 287-298 KUHD: Buku I titel IX sembilan : mengatur tentang asuransi pada umumnya, Buku I titel X sepuluh ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu: 2. Bagian kedua : mengatur asuransi terhadap bahaya-bahaya yang mengancam hasil- hasil pertanian disawah diatur dalam pasal 299-301 KUHD 3. Bagian ketiga : mengatur asuransi jiwa diatur dalam pasal 302-308 KUHD. Buku II titel IX sembilan : mengatur asuransi terhadap bahaya-bahaya laut dan bahaya-bahaya perbudakan. Diatur dalam pasal 592-685 KUHD, Buku II titel IX sembilan ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu: 1. Bagian pertama : mengatur tentang bentuk dan isi asuransi: 2. Bagian kedua : mengatur tentang anggaran dari barang-barang yang diasuransikan: 3. Bagian ketiga : mengatur tentang awal dan akhir bahaya: 4. Bagian keempat : mengatur tentang hak dan kewajiban –kewajiban penanggung dan tertanggung: 5. Bagian kelima : mengatur tentang abandonnemen: 6. Bagian keenam : mengatur tentang kewajiban-kewajiban dan hak-hak makelar di dalam asuransi laut. 35 Djoko Prakoso., Op.Cit. hal 5-6 Universitas Sumatera Utara Buku II titel X sepuluh : mengatur tentang asuransi terhadap bahaya-bahaya pengangkutan di darat dan sungai-sungai serta perairan pedalaman diatur dalam pasal 689-695 KUHD. Buku I titel X sepuluh dan buku II titel X sepuluh pengaturannya bersifat secara ringkas saja, tidak seperti yang diatur dalam buku I titel IX sembilan dan buku II titel IX sembilan yang pengaturannya cukup luas. Pengaturan asuransi dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD mengutamakan segi keperdataan yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara bertimbal balik, sebagai perjanjian khusus asuransi dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi. Pengaturan asuransi dalam Kitab Undang-undang hukum dagang KUHD meliputi substansi sebagai berikut 36 2. Pengaturan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian a. Asas-asas asuransi: b. Perjanjian asuransi: c. Unsur-unsur asuransi d. Syarat-syarat klausula asuransi e. Jenis-jenis asuransi Jika KUHD mengutamakan pengaturan asuransi dari segi keperdataan maka Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian dalam Lembaran Negara Nomor 13 Tahun 1992 Tanggal 11 februari 1992, mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik administratif yang jika dilanggar mengakibatkan sangsi pidana dan administratif. 37 36 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Op.Cit., hal. 18. 37 Ibid., hal. 19. Universitas Sumatera Utara Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dari segi publik administratif artinya kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini dilanggar, maka pelanggaran tersebut diancam dengan sangsi pidana dan sangsi administratif menurut undang- undang perasuransian. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian dalam Lembaran Negara Nomor 120 Tahun 1992. 38 Pengaturan usaha perasuransian dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 terdiri dari 13 bab dan 28 pasal dengan rincian substansi sebagai berikut: 39 a. Usaha asuransi dan 1. Bidang usaha perasuransian meliputi kegiatan b. Usaha penunjang asuransi. 2. Jenis usaha perasuransian meliputi a. Usaha asuransi terdiri dari asuransi kerugian, asuransi jiwa dan reasuransi. b. Usaha penunjang asuransi terdiri dari : pialang asuransi, pialang reasuransi, penilai kerugian asuransi, konsultan akturia dan agen asuransi. 3. Perusahaan perasuransian meliputi a. Perusahaan asuransi kerugian b. Perusahaan asuransi jiwa c. Perusahaan reasuransi d. Perusahaan pialang asuransi e. Perusahaan pialang reasuransi f. Perusahaan penilai kerugian asuransi g. Perusahaan konsultan akturia h. Perusahaan agen asuransi. 4. Bentuk hukum usaha perasuransian terdiri dari: a. Perusahaan perseroan persero b. Koperasi c. Perseroan terbatas d. Usaha bersama mutual. 5. Kepemilikan perusahaan perasuransian oleh: a. Warga negara Indnesia dan atau badan hukum indonesia b. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum indonesia bersama dengan perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing. 38 Ibid., hal. 19. 39 Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994, hal. 19- 21. Universitas Sumatera Utara 6. Perizinan usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan. 7. Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan mengenai a. Kesehatan keuangan perusahaan asuransi melalui keputusan pengadilan negeri. b. Penyelenggaraan usaha perasuransian dan modal usaha. 8. Kepailitan dan likuidasi perusahaan asuransi melalui keputusan pengadilan negeri. 9. Ketentuan sangsi pidana dan sangsi administratif meliputi: a. Sangsi pidana karena kejahatan : menjalankan usaha perasuransian tanpa izin, menggelapkan premi asuransi, menggelapkan kekayaan perusahaan asuransi dan reasuransi menerima, menadah, membeli kekayaan perusahaan asuransi hasil penggelapan, pemalsuan dokumen perusahaan asuransi, reasuransi. b. Sanksi administratif berupa : ganti kerugian, denda admnistratif, peringatan, pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha perusahaan. c. Pengaturan dalam perundang-undangan Republik Indonesia Selain dari Kitab Undag-undang Hukum Dagang KUHD dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, Pemerintah Republik Indonesia telah mengundangkan beberapa perundang-undangan mengenai pertanggungan asuransi, Perundang-undangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Asuransi wajib kecelakaan Penumpang yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964. 2. Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964. 3. Asuransi Kredit yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1971. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 sebagai peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 sebagai peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang asuransi sosial tenaga kerja ASTEK, dengan berbagai peraturan pelaksanya. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1971 tentang penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan dalam bidang perasuransian kredit. Universitas Sumatera Utara 8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1963 tentang tabungan asuransi pegawai negeri PN. Taspen. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971 tentang asuransi angkatan bersenjata Republik Indonesia ASABRI. 10. Surat Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968 tentang asuransi kesehatan Askes untuk pegawai negeri dan pensiunan beserta keluarganya.

D. Pihak-pihak dalam Asuransi

Dokumen yang terkait

Peran dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

2 53 98

Analisa Kelayakan Besaran Dana Santunan Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37 /PMK .010 /2008

7 48 67

Peran Dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi Pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

8 76 98

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN.

0 0 17

KUALITAS PELAYANAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG JAWA TIMUR DALAM MEMBERIKAN SANTUNAN ASURANSI BAGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS.

0 1 111

Peran dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

0 1 11

Peran dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

0 0 8

Peran Dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi Pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

0 0 11

Peran Dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi Pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

0 0 8

KUALITAS PELAYANAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG JAWA TIMUR DALAM MEMBERIKAN SANTUNAN ASURANSI BAGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS

0 0 20