Menurut Abdul Muis, bahwa definisi Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tersebut memberikan definisi asuransi yang lebih lengkap dibandingkan dengan Pasal 246
KUHD, dimana dari definisi di atas tercakup di dalamnya unsur-unsur yang lebih dikembangkan lagi seperti penegasan asuransi itu adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dan lebih
diuraikan tentang jenis-jenis kerugian serta ditegaskan adanya asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
24
Untuk memahami lebih lanjut, Abdulkadir Muhammad membuat perbandingan antara rumusan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dan Pasal 246 KUHD
25
1. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi asuransi kerugian dan
asuransi jiwa. Asuransi kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat “penggantian karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan”. Asuransi jiwa dibuktikan
oleh bagian kalimat “memberikan pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang”, Bagian ini tidak ada dalam Pasal 246 KUHD.
2. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 secara eksplisit meliputi juga asuransi
untuk kepentingan pihak ketiga, hal ini terdapat dalam bagian kalimat “tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga”, Bagian ini tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 KUHD.
3. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi objek asuransi berupa benda,
kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah uang dan jiwa manusia. Objek asuransi berupa jiwa manusia tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 KUHD.
4. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi evenement berupa peristiwa
yang menimbulkan kerugian pada benda objek asuransi dan peristiwa meninggalnya seseorang. Peristiwa meninggalnya seseorang tidak terdapat dalam Pasal 246 KUHD.
B. Jenis-jenis Asuransi
Menurut Abdul Muis ada dua 2 jenis asuransi yaitu asuransi sejumlah uang sommen verzekering dan asuransi ganti kerugian schade verzekering. Tetapi dengan perkembangan
usaha perasuransian muncul satu jenis asuransi lagi yaitu asuransi varia varia verzekering
26
Untuk mengetahui suatu pertanggungan termasuk bentuk yang mana dari kedua macam pertanggungan di atas terlebih dahulu harus dilihat dari bentuk prestasi yang dilakukan si
24
Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk-bentuk Perasuransian, Op.Cit., hal. 4.
25
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia.,Op.Cit., hal. 11-12
26
Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk-bentuk Perasuransian, Op.Cit.,hal. 11
Universitas Sumatera Utara
Penanggung terhadap si Tertanggung. Apabila prestasi tersebut dalam bentuk memberikan sejumlah uang tertentu yang telah ditentukan sebelumnya, maka dikatakan pertanggungan
sejumlah uang sommen verzekering, sedangkan jika prestasi dalam bentuk pengganti kerugian sepanjang ada kerugian maka dikatakan pertanggungan kerugian Schade Verzekering
KUHD Kitab Undang-undang Hukum dagang yang disahkan pada tahun 1938 dalam pasal 247 merinci asuransi dalam 5 lima jenis yaitu :
27
1. Asuransi terhadap kebakaran:
2. Asuransi yang mengancam hasil-hasil pertanian di sawah:
3. Asuransi jiwa:
4. Asuransi di lautan dan perbudakan:
5. Asuransi pengangkutan darat dan di sungai-sungai serta di perairan-perairan
pedalaman. Pasal 247 KUHD tersebut kalau dibandingkan dengan perkembangan pertanggungan itu
sendiri pada saat ini sudah kurang tepat karena sekarang sudah banyak dikenal jenis-jenis pertanggungan yang tidak disebutkan di dalam pasal itu dan juga melingkupi atau kriteria yang
dipakai pembuat undang-undang tidak sesuai seperti misalnya: 1.
Pertanggungan kebakaran dalam arti murni hanya dipandang menanggung kepentingan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak yang tidak dikirim atau diangkut, sedangkan
kerugian karena kebakaran yang menimpa kapal dan barang-barang yang dalam perjalanan untuk dikirimdiangkut menjadi digolongkan pada pertanggungan laut.
2. Mengenai pertanggungan sakit, dalam arti murni menurut sifatnya seseorang yang sedang
sakit itu tidak dapat bekerja untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya sehingga untuk kerugiannya itu akan dibayar oleh penanggung dan masih banyak kepentingan lain dari
tertanggung yang dapat dikaitkan dalam peristiwa sakit itu misalnya akibat sakitnya itu
27
Djoko Prakoso, et.al.,Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal. 56.
Universitas Sumatera Utara
menderita rugi karena harus membayar ongkos perawatan, pemondokan dan lain-lain, sehingga diperlukan pertanggungan biaya sakit Ziektekosten Verzekerinh.
Berdasarkan pasal 247 KUHD tersebut, Abdul Muis berpendapat bahwa jenis pertanggungan dalam pasal tersebut masih membuka pintu menerima jenis pertanggungan lain
yang diciptakan menurut perkembangan di dalam masyarakat, hal ini dimungkinkan karena pasal tersebut menunjuk jenis-jenis pertanggungan memakai kata “antara lain”.
28
Menurut Nurhaida Aroyad. Bahwa jenis-jenis asuransi adalah sebagai berikut:
29
1. Dilihat dari sudut pemerintah atau penguasa yang mengaturnya maka asuransi dapat
dikelompokkan kepada: a.
Asuransi wajib compulsory insurance b.
Asuransi sukarela Voluntary Insurance 2.
Dilihat dari sudut penentuan besarnya jumlah pertanggugan maka asuransi dapat dikelompkkan menjadi:
a. Asuransi sejumlah uang b. Asuransi kerugian.
3. Dilihat dari tujuan diadakannya asuransi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Asuransi jiwa b. Asuransi Sosial
c. Asuransi kerugian.
4. Dilihat dari pada sifatnya, asuransi dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Asuransi secara premi bersifat perusahaan b. Asuransi saling menjamin bersifat perkumpulan
Menurut Gunanto jenis-jenis asuransi menurut ditetapkan tidaknya terlebih dahulu jumlah yang harus dibayar, asuransi dapat dibagi menjadi :
30
Jika ditinjau dari unsur persesuaian kehendak asuransi dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Asuransi sejumlah uang yaitu untuk membayar suatu jumlah uang yang besarnya sudah
ditentukan sejak awal. Ini berlaku untuk asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan orang. 2. Asuransi kerugian yaitu untuk mengganti kerugian yang terjadi, yang jumlahnya tidak
ditetapkan sebelumnya.
31
28
Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, Medan: Fakultas Hukum USU, 2001, hal. 39.
29
Nurhaida Aroyad, Asuransi Kecelakaan di Indonesia, Medan: AKP Perbanas, 1993, hal. 7-8.
30
Abdul Muis Hukum Asuransi dan Bentuk-bentuk Perasuransian, Op.Cit., hal. 13-14
31
Ibid., hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
a. Asuransi sukarela voluntary insurance atau free voluntary insurance yaitu Para pihak
dalam jenis asuransi ini di dalam mengadakan perjanjian bebas atau tidak ada paksaan dari pihak luar atau pihak lawan. Penanggung secara sukarela dengan persetujuannya
sendiri mengikatkan diri untuk memikul risiko, sedang pihak tertanggung juga dengan sukarela membayar premi sebagai imbalan memperalihkan risikonya kepada pihak
penanggung.
b. Asuransi wajib compulsary insurance yaitu asuransi ini ada unsur paksaan bagi pihak
tertanggung karena diwajibkan oleh suatu peraturan, pihak yang mewajibkan ini biasanya ialah pihak pemerintah tetapi tidak selalu dimonopoli pemerintah sebab bisa saja
pemerintah menunjuk badan swasta sebagai penanggung. Tujuan pemerintah mewajibkan masuk asuransi ini adalah dengan pertimbangan melindungi golongan lemah dari bahaya-
bahaya yang bakal menimpanya atau dengan perkataan lain untuk memberikan jaminan sosial sebagai suatu sosial security, asuransi sosial ini disebut dengan social insurance
atau social government insurance.
Istilah perasuransian melingkupi kegiatan usaha yang bergerak dibidang, usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Pasal 2 huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang usaha perasuransian menyatakan bahwa “usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana dari masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi
memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup
atau meninggalnya seseorang.
32
Dalam Pasal 3 huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tersebut usaha asuransi dikelompokkan menjadi 3 tiga jenis yaitu:
33
a. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti
b. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan
dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. c.
Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam asuransi ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau perusahaan asuransi jiwa.
Dalam Pasal 3 huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, usaha penunjang usaha asuransi dikelompokkan menjadi 5 lima jenis yaitu:
32
Abdulkadir Muhammad. Hukum Asuransi Indonesia., Op.Cit, hal. 23.
33
Ibid., hal.23-24
Universitas Sumatera Utara
a. Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan
penanganan penyelesaian ganti kerugian asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung
b. Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi
dan penanganan penyelesaian ganti kerugian reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
c. Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaiaan terhadap kerugian pada
obyek asuransi yang dipertanggungkan. d.
Usaha konsultan aktuaria yang memberikan jasa konsultasi aktuaria. e.
Usaha agen asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
Pengelompokkan jenis usaha perasuransian dalam Pasal 3 tersebut didasarkan pada pengertian bahwa perusahaan yang melakukan usaha asuransi adalah perusahaan yang
menanggung risiko asuransi. Selain itu dibidang perasuransian terdapat pula perusahaan- perusahaan yang kegiatan usahanya tidak menanggung risiko asuransi yang kegiatannya
dikelompokkan sebagai usaha penunjang usaha asuransi. Walaupun demikian sebagai sesama penyedia jasa di bidang perasuransian, perusahaan di
bidang usaha asuransi dan penunjang usaha asuransi merupakan mitra usaha yang saling membutuhkan dan saling melengkapi yang secara bersama-sama perlu memberikan kontribusi
bagi kemajuan sektor asuransi Selain pengelompokkan menurut jenis usahanya, usaha asuransi dapat pula dibagi
berdasarkan sifat dari penyelenggaraan usahanya menjadi 2 dua kelompok, yaitu :
34
1. Pengaturan dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD a. Usaha asuransi sosial dalam rangka penyelenggaraan program asuransi sosial yang bersifat
wajib compulsory berdasarkan undang-undang dan memberikan perlindungan dasar untuk kepentingan masyarakat.
b. Usaha asuransi komersil dalam rangka penyelenggaraan program asuransi kerugian dan asuransi jiwa yang bersifat kesepakatan voluntary berdasarkan kontrak asuransi dengan
tujuan memperoleh keuntungan motif ekonomi.
C. Pengaturan Hukum Asuransi