1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib kecelakaan
penumpang, peraturan pelaksananya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965. 2
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang dana kecelakaan lalu-lintas jalan b. Asuransi sosial tenaga kerja Astek:
1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja Jamsostek.
2 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1990 tentang penyelenggaraan asuransi sosial tenaga
kerja Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1977. 3
Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 tentang asuransi sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ASABRI
4 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang asuransi sosial Pegawai Negeri Sipil
ASPNS c. Asuransi sosial pemeliharaan kesehatan ASKES
1 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang pemeliharaan kesehatan Pegawai
Negeri Sipil PNS, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan beserta keluarganya. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
dan perundang-undangan asuransi sosial di samping ketentuan asuransi dalam KUHD, maka dianggap cukup memadai aturan hukum yang mengatur tentang usaha perasuransian, baik dari
segi keperdataan maupun dari segi publik administratif
62
Menurut Prof. Abdulkadir Muhammad, SH. Bahwa Jenis-jenis asuransi sosial dapat dibedakan sebagai berikut:
B. Asuransi Sosial kecelakaan Penumpang
63
1. asuransi sosial kecelakaan penumpang ASKEP
2. Asuransi sosial kecelakaan lalu lintas jalan ASKEL
3. Asuransu sosial tenaga kerja ASTEK
4. Asuransi sosial pegawai negeri sipil ASPENS
5. Asuransi sosial Angkatan bersenjata RI ASABRI
6. Asuransi sosial kesehatan ASKES
Asuransi sosial kecelakaan penumpang ASKEP diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang, Lembaran Negara
62
Ibid., hal. 22.
63
Ibid., hal.177.
Universitas Sumatera Utara
Nomor 137 Tahun 1964 yang mulai berlaku Tanggal 31 desember 1964. Undang-undang ini dilakasanakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 yang mulai berlaku tanggal
10 april 1965, undang-undang ini beserta peraturan pelaksananya merupakan dasar berlakunya ASKEP.
Asuransi Sosial Kecelakaan penumpang ASKEP termasuk jenis asuransi wajib compulsory insurance dikatakan asuransi wajib karena
64
a. Berlakunya Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang ASKEP karena diwajibkan oleh
undang-undang, bukan karena perjanjian, undang-undangnya sendiri berjudul pertanggungan wajib kecelakaan penumpang.
b. Pihak penyelenggara asuransi ini adalah pemerintah yang dilegasikan kepada badan
usaha milik negara Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
c. Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang ASKEP bermotif perlindungan masyarakat
social security, yang dananya dihimpun dari masyarakat dan digunakan untuk kepentingan masyarakat yang diancam bahaya kecelakaan.
d. Dana yang sudah terkumpul dari masyarakat tetapi belum digunakan sebagai dana
kecelakaan, dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat melalui program investasi. Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964, bahwa hubungan
hukum pertanggungan wajib kecelakaan penumpang diciptakan antara pembayar iuran dan penguasa dana. Berdasarkan ketentuan ini dapat dipahami dari segi hukum asuransi bahwa
penguasa dana berkedudukan sebagai penanggung, sedangkan pembayar iuran berkedudukan sebagai tertanggung. Penguasa dana sebagai penangggung memikul risiko kecelakaan yang
mungkin dialami oleh pembayar iuran sebagai tertanggung. Penguasa dana sebagai penanggung ditentukan dalam Pasal 1 huruf e dan f Peraturan
Pemeritah Nomor 17 Tahun 1965, menurut ketentuan pasal tersebut pertanggungan adalah hubungan hukum antara penanggung dengan tertanggung, yaitu perusahaan negara yang
dimaksud dalam Pasal 8 dan penumpang alat angkutan penumpang umum yang sah.
64
Ibid., hal. 177-178.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan Negara yang dimaksud dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 adalah perusahaan negara menurut Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 yang
khusus ditunjuk oleh menteri keuangan untuk itu. Peusahaan negara yang ditunjuk itu adalah perusahaan negara asuransi kerugian Jasa Raharja yang didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965. Perusahaan negara ini sekarang berubah menjadi badan usaha milik negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan, yaitu PT asuransi kerugian Jasa
Raharaja persero. Pembayaran iuran sebagai tertanggung diatur dalam dalam Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 1964 yang menentukan setiap penumpang yang sah dari kendaraan bermotor umum, kereta api, pesawat terbang, perusahaan nasional dan kapal perusahaan
perkapalanpemilik perusahaan yang bersangkutan untuk menutup akibat keuangan disebabkan kecelakaan penumpang dalam perjalanan.
Tetapi penumpang kendaraan bermotor umum dalam kota dibebaskan dari pembayaran iuran wajib. Berdasarkan ketentuan ini, jelaslah bahwa yang berkedudukan sebagai Tertanggung
adalah setiap penumpang yang sah, yang wajib membayar iuran melalui perusahaan angkutan yang bersangkutan, kecuali penumpang angkutan dalam kota.
Dalam hukum asuransi, premi adalah sejumlah uang yang dibayar Tertanggung kepada Penanggung sebagai imbalan risiko yang ditanggungnya. Karena ASKEP adalah asuransi, maka
dalam ASKEP asuransi sosial kecelakaan penumpang dikenal juga premi. menurut ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 untuk menjamin pertanggungan kecelakaan
diri tiap penumpang kendaraan bermotor umum, kereta api, pesawat terbang, perusahaan nasional dan kapal perusahaan perkapalanpelayaran nasional untuk tiap perjalanan, wajib
membayar suatu iuran.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah iuran wajib yang dimaksud ditentukan oleh Menteri Keuangan menurut suatu tarif yang bersifat progresif. Dengan demikian premi ASKEP asuransi sosial kecelakaan
penumpang adalah iuran wajib yang dibayar oleh setiap penumpang yang jumlahnya ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Iuran sebagai premi ASKEP asuransi sosial kecelakaan penumpang harus dibayar bersama dengan pembayaran biaya angkutan penumpang kepada pengusaha alat angkutan
penumpang umum yang bersangkutan. Pengusahapemilik alat angkutan penumpang umum tersebut, wajib memberi pertanggung-jawaban seluruh hasil pungutan iuran wajib para
penumpangnya dan menyetorkannya kepada penanggung, yaitu perusahan PT asuransi kerugian Jasa Raharja persero setiap bulan, selambat-lambatnya pada tanggal 27 secara langsung atau
melalui bank atau badan usaha lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan menurut cara yang ditentukan oleh direksi Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965. Iuran wajib yang
dibayar oleh setiap penumpang digunakan untuk mengganti kerugian berhubung dengan kematian dan cacat tetapcedera akibat dari kecelakaan penumpang.
65
Menurut ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 jo Pasal 21 ayat 20 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965, perusahaan angkutan penumpang umum yang
melakukan tindakan sebagai incaso, bilamana kepada penumpang dan atau tidak menyetorkan hasil pendapatannya pada waktu yang ditentukan, dikenakan hukuman denda setinggi-tingginya
Rp. 1000.000,00 satu juta rupiah. Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 Pengusahapemilik alat angkutan penumpang umum dilarang menjual karcis atau tiket
penumpang umum, tanpa sekaligus memungut iuran wajib Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 dalam praktik sekarang kupon tanda bukti tersebut tidak diterbitkan tersendiri,
melainkan sudah tertulis pada karcis atau tiket penumpang.
65
Nurhaida Aroyad, Op.Cit., hal. 31.
Universitas Sumatera Utara
menambah lagi sanksi pencabutan izin usaha untuk paling lama 3 tiga bulan bagi pengusahapemilik alat angkutan penumpang umum yang bersangkutan.
Evenement adalah peristiwa tidak pasti yang menjadi beban penanggung. Dalam Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang ASKEP yang dimaksud dengan peristiwa yang tidak pasti
adalah kecelakaan penumpang alat angkutan penumpang umum yang mengancam keselamatan penumpang sebagai tertanggung. Apabila kecelakaan penumpang ini benar-benar terjadi, maka
mengakibatkan timbulnya kerugian karena kematian, cacat tetap atau luka yang dialami oleh penumpang sebagai tertanggung.
Kerugian penumpang inilah yang wajib diganti oleh PT asuransi kerugian Jasa Raharja persero sebagai penanggung. Dalam undang-undang tidak ada penjelasan mengenai definisi
dari kecelakaan penumpang alat angkutan penumpang umum, namum yang menjadi perhatian adalah akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan itu, yaitu kerugian karena kematian, cacat tetap
atau cedera yang diderita oleh penumpang sebagai tertanggung. Waktu saat mulai dan berakhirnya ancaman bahaya kecelakaan yang dijamin oleh
penanggung menurut ketentuan Pasal 10 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965, “setiap penumpang sah dari kendaran bermotor umum, kereta api, pesawat terbang perusahaan
penerbangan nasional dan kapal perusahaan perkapalanpelayaran nasional termasuk penumpang angkutan kota yang dibebaskan dari kewajiban membayar iuran diberi jaminan pertanggungan
kecelakan diri selama penumpang itu berada dalam alat angkutan yang disediakan oleh perusahaan angkutan, untuk jangka waktu antara saat penumpang naik alat angkutan yang
bersangkutan di tempat berangkat dan saat turun dari alat angkutan tersebut di tempat tujuan menurut karcistiket yang berlaku untuk perjalananpenerbangan yang bersangkutan.”
Universitas Sumatera Utara
Jaminan pertanggungan kecelakan diri yang dimaksud berupa pembayaran ganti kerugian, pertanggungan dalam hal-hal sebagai berikut:
66
1. Korban meninggal dunia karena akibat langsung dari kecelakaan, dalam waktu 365 hari
setelah terjadi kecelakaan yang bersangkutan. 2.
Korban mendapat cacat tetap karena akibat langsung dari kecelakaaan, dalam waktu 365 hari setelah terjadi kecelakaan yang bersangkutan. Yang diartikan dengan cacat tetap
adalah bila suatu anggota badan hilang atau tidak dapat dipergunakan sama sekali dan tidak dapat sembuhpulih untuk selama-lamanya.
3. Ada biaya-biaya perawatan dan pengobatan dokter yang diperlukan untuk korban karena
akibat langung dari kecelakaan, yang dikeluarkan dari hari pertama setelah terjadi kecelakaan, selama waktu paling lama 365 hari.
4. Korban meninggal dunia yang tidak mempunya ahli waris, kepada yang
menyelenggarakan penguburannya diberikan penggantian biaya pengburan Pasal 10 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965.
Menurut ketentuan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 pertanggungan yang dimaksud pada Pasal 10 di atas tidak menjamin hal-hal berikut:
67
1. Bunuh diri, percobaan bunuh diri, atau suatu kesengajaan lain pada pihak korban atau
ahli warisnya. 2.
Kecelakaan yang terjadi pada waktu korban dalam keadaan mabuk atau tidak sadar, melakukan perbuatan kejahatan diakibatkan oleh atau terjadi karena korban mempunyai
cacat badan atau kegoncangan jiwa: 3.
Kecelakaan yang tidak mempunyai hubungan dengan risiko lalu lintas modern atau tidak langsung disebabkan oleh penggunaan alat angkutan penumpang umum yang
bersangkutan dalam fungsinya misalnya karena turut perlombaan kecakapan dan kecepatan, huruhara, pemogokan buruh, kerusuhan atau kekacauan yang bersifat politik,
dipakai untuk tugas ABRI dan sebagainya.
Besarnya jumlah pembayaran ganti kerugian akibat kecelakaan yang dibayar oleh penanggung dalam hal-hal yang telah disebutkan dalam Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 1965 menentukan, besarnya pembayaran ganti kerugian pertanggungan dalam hal kematian, cacat tetap maksimum penggantian biaya-biaya perawatan dan pengobatan dokter
serta pengantian biaya penguburan, ditentukan oleh Menteri Keuangan.
66
Radiks Purba, Asuransi Angkutan Laut, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998, hal. 335.
67
Abdulkadir Muhammad Hukum Asuransi Indonesia, Op.Cit., hal. 182.
Universitas Sumatera Utara
Ganti kerugian pertanggungan tersebut dibayarkan yaitu apabila penumpang sebagai tertanggung tidak meninggal dunia, ganti kerugian pertanggungan diberikan kepada korban
sendiri. Tetapi apabila penumpang yang menjadi korban itu meninggal dunia, maka yang berhak menerima ganti kerugian pertanggungan adalah:
a. Jandadudanya yang sah, atau
b. Jika ini tidak ada, anak-anaknya yang sah atau
c. Jika ini tidak ada, orangtuanya yang sah.
Hak untuk mendapat ganti kerugian pertanggungan ini tidak boleh diserahkan kepada pihak lain, digadaikan atau dibuat tanggungan pinjaman dan tidak boleh disita untuk
menjalankan putusan hakim.
C. Sejarah PT Jasa Raharja