Undang. Nomor 33 Tahun 1964 dan Undang-Undang. Nomor 34 Tahun 1964, Jasa Raharja diberi tugas baru menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond. Kemudian sebagai
upaya pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya bagi mereka yang belum memperoleh perlindungan dalam lingkup Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 dan
Undang-Uundang Nomor 34 Tahun 1964, maka dikembangkan pula usaha Asuransi Aneka. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang ditangani oleh
Perum Jasa Raharja semakin bertambah luas, maka pada tahun 1980 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1980 tanggal 6 November 1980, status Jasa Raharja diubah lagi
menjadi Perusahaan Perseroan Persero dengan nama PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja persero, yang kemudian pendiriannya dikukuhkan dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH
No.49 tahun 1981 tanggal 28 Februari 1981, yang telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.59 tanggal 19 Maret 1998 berikut
perbaikannya dengan Akta No.63 tanggal 17 Juni 1998 dibuat dihadapan notaris yang sama. Pada tahun 1994, sejalan dengan diterbitkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian, yang antara lain mengharuskan bahwa Perusahaan Asuransi yang telah menyelenggarakan program asuransi sosial dilarang menjalankan asuransi lain selain
program asuransi sosial, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 Jasa Raharja melepaskan usaha non wajib dan surety bond dan kembali menjalankan program asuransi sosial yaitu
mengelola pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang dan Undang-Undang. Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dengan peraturan pelaksananya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1965.
D. Peranan PT Jasa Raharja terhadap Korban Kecelakaan Penumpang
Universitas Sumatera Utara
Dalam pengangkutan penumpang darat, laut, sungai, danau dan udara, ada dua macam tanggung jawab menurut hukum yang dipikul oleh pengangkut, yaitu sebagai berikut:
69
1. Tanggung jawab hukum terhadap penumpang, yaitu yang menyangkut kecelakaan
penumpang selama perjalanan yang disebabkan oleh alat pengangkut yang menyebabkan penumpang korban luka-luka, cacat dan meninggal,
2. Tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga bukan penumpang, yaitu yang menyangkut
kecelakaan pihak ketiga yang disebabkan oleh alat pengangkut yang bersangkutan, misalnya mobil menabrak orang di pinggir jalan, kapal terbang jatuh atau suatu benda jatuh dari kapal
terbang dan menimpa orang di darat atau di laut, dan kapal laut menyenggol atau menabrak perahu atau motorboat berpenumpang yang menyebabkan kecelakaan.
Bila menurut hukum pengangkut bartanggung jawab atas kecelakaan itu, maka pengangkut harus membayar ganti rugi kepada penumpang maupun non-penumpang yang
menderita kecelakaan. Dari segi kemanusiaan para penumpang maupun non-punumpang yang menjadi korban dari kecelakaan pengangkutan, perlu dibantu biaya pengobatannya luka-luka,
cacat dan santunan terhadap yang meninggal yang diberikan kepada keluargaahli warisnya. Berarti diperlukan adanya jaminan sosial social security, jaminan sosial ini mendapat
perhatian penuh dari pemerintah Indonesia sehingga dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 serta mendirikan suatu badan usaha
yang akan mengelola jaminan sosial itu, yaitu yang dikenal sekarang sebagai PT asuransi kerugian Jasa Raharja persero yang berkedudukan pusat di Jakarta dengan mendirikan
berbagai cabangperwakilan di berbagai kota di seluruh Indonesia. Misi pokok PT persero asuransi kerugian Jasa Raharja adalah mengelola dana-dana
yang dipungut dari para penumpang iuran dan sumbangan dari para pemilik kendaraan dalam mewujudkan pemberian jaminan sosial kepada masyarakat yang menjadi korban dari kecelakaan
69
Radiks Purba Asuransi Angkutan Laut, Op.Cit, hal. 330.
Universitas Sumatera Utara
lalu lintas, sebagai penumpang kendaraanalat angkutan umum maupun bukan sebagai penumpang korban lalu lintas jalan.
70
1. Untuk sewaktu-waktu dapat menutup akibat keuangan disebabkan kecelakaan
penumpang dalam perjalanan. Dengan perkataan lain untuk membayar ganti kerugiansantunan kepada korbanahli waris korban kecelakaan alat angkutan penumpang
umum: Dana untuk jaminan sosial dihimpun dari masyarakat dengan menerapkan sistem gotong-
royong yang merupakan unsur pokok dari falsafah hidup dan kepribadian bangsa Indonesia. Mempelajari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib
kecelakaan penumpang. Secara jelas dapat dikatakan bahwa maksud dan tujuan dari pengumpulan dana adalah
2. Tetap tersedianya investible found yang dapat dipergunakan oleh pemerintah untuk
tujuan produktif yang non inflatoir. Dengan kata lain tersedianya dana untuk investasi yang dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam rangka pembangunan nasional
PT Jasa Raharja sebagai perusahaan asuransi sosial mempunyai hak untuk menagih iuran wajib yang telah dipungut oleh pengusahapemilik alat angkutan umum, dengan diterimanya
iuran wajib tersebut, PT Jasa Raharja berkewajiban untuk membayar santunanganti kerugian kepada penumpang yang menjadi korban atas kecelakaan yang terjadi selama perjalanan.
Sehingga PT Jasa Raharja melakukan penyelesaian santunan danaklaim yaitu: 1.
Mengatur cara melaksanakan pembayaran ganti kerugian 2.
Menunjuk pihak-pihak yang bertindak sebagai badan pembantu dalam hal pelayanan tuntutan ganti kerugian
70
Company Profile, Jasa Raharja, dalam http:www.jasaraharja.co.idpage.CFM?id=1, diakses Tanggal 20 Agustus 2009
Universitas Sumatera Utara
3. Membayar ganti kerugian berdasarkan surat-surat bukti
4. Menolak pembayaran ganti kerugian pertanggungan
Sehingga PT Jasa Raharja mempunyai peranan penting untuk memberikan jaminan atas kemungkinan terjadinya kecelakaan kepada orang yang sedang melakukan perjalanan dengan
mengunakan alat angkutan penumpang umum. Jaminan mulai berlaku sejak penumpang naik alat angkutan penumpang umum dan berakhirnya saat turunnya penumpang ditempat tujuan sesuai
dengan ticket yang berlaku, mengenai saat mulai dan berakhirnya pertanggungan tercantum dalam Pasal 10 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965
Jaminan yang diberikan oleh PT Jasa Raharja adalah berupa ganti kerugian sebagai akibat langsung dari kecelakaan dalam hal:
71
1. Korban meninggal dunia dalam waktu 365 hari setelah terjadinya kecelakaan
2. Korban mengalami cacat tetap dalam waktu 365 hari setelah terjadinya kecelakaan
pengertian cacat tetap dmenurut ketentuan ini dapat dilihat dalam pasal 10 2 sub b Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 1965 “bila suatu anggota badan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 3 sub a pasal ini hilang atau tidak dapat dipergunakannya sama sekali dan tidak dapat sembuhpulih untuk selama-lamanya ”
3. Biaya perawatan dan pengobatan dokter yang diperlukan untuk penyembuhan korban selama
waktu paling lama 365 hari. Yang mendapat jaminan menurut ketentuan ini adalah
a. Semua biaya-biaya perawatan dan pengobatan dokter yang diperlukan untuk penyembuhan
korban. b.
Perawatan dan pengobatan dokter sebagai akibat langsung dari kecelakaan . c.
Biaya-biaya perawatan dan pengobatan tersebut meliputi : pertolongan pertama pada kecelakaan, honorarium dokter, alat-alat pembalut dan obat atas resep dokter serta perawatan
dalam rumah sakit dan photo rontgen pembedahan dan lain-lain yang menurut dokter diperlukan untuk penyembuhan korban. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membeli
anggota-anggota badan buatan seperti: kakitangan palsu, gigimata palsu dan lain sebagainya dikecualikan dari ketentuan ini.
E. Dasar Hukum Asuransi kecelakaan