Langkah-langkah Manajeman berbasis sekolah MBS

sekolahmadrasah kita dalam hal mutu pada saat ini? Mengapa sekolah kita tidakbelum bermutu. Kegiatan ini bertujuan: a Mengetahui kondisi sekolah saat ini dalam segala aspeknya seluruh komponen sekolah, kemajuan yang telah dicapai, maupun masalah-masalah yang dihadapi ataupun kelemahan yang dialami. b Refleksi atau Mawas diri, untuk membangkitkan kesadaran atau keperhatinan akan penting dan perlunya pendidikan yang bermutu, sehingga timbul komitmen bersama untuk meningkatkan mutu sense of quality. c Merumuskan titik tolak point of departure bagi sekolahmadrasah yang ingin atau akan mengembangkan diri terutama dalam hal mutu. Titik awal ini penting karena sekolah yang sudah berjalan untuk memperbaiki mutu, mereka tidak berangkat dari nol, melainkan dari kondisi yang dimiliki. 2 Perumusan Visi, Misi, dan tujuan Bagi sekolah yang baru berdiri atau baru didirikan, perumusan visi dan misi serta tujuan merupakan langkah awal yang harus dilakukan arah pendidikan yang ingin dituju oleh para pendiripenyelenggara pendidikan. Kondisi yang diharapkan, diinginkan, dan diimpikan dalam jangka panjang itu, kalau dirumuskan secara singkat dan menyeluruh disebut visi. Adalah suatu inovasi di dalam dunia manajeman modern, teutama manajeman strategi. 33 33 Sudarman Danim, Visi Baru, M anajeman Sekolah, Unit birokrasi ke lembaga Akademik, Bumi Aksara, 2007, hal 72 29 Sedangkan misi, merupakan jabaran dan visi atau merupakan komponen-komponen pokok yang harus direalisasikan untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, misi merupakan tugas-tugas pokok yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi. 34 Tujuan merupakan tahapan antara atau tonggak penting antara titik berangkat kondisi awal dan titik tiba tujuan akhir yang rumusannya tertuang dalam bentuk visi-misi. Tujuan-tujuan antara ini sebagai tujuan jangka menengah kalau tiba saatnya berakhir tahun yang ditetapkan akan disusul dengan tujuan berikuutnya, sedangkan visi dan misi relativepada umumnya masih tetap. 3 Perencanaan Perencanaan pada tingkat sekolah adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjawab : apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukanya untuk mewujudkan tujuan tujuan-tujuan yang telah ditetapkandisepakati pada sekolah yang bersangkutan, termasuk anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan yang direncanakan. Dengan kata lain perencanaan adalah kegiatan menetapkan lebih dulu tentang apa-apa yang harus dilakukan prosedurnya serta metode pelaksanaanya untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau satuan organisasi. 4 Pelaksanaan Apabilah kita bertitik tolak dari fungsi-fungsi manajeman yang umumnya kata kenal sebagai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan pengerakkan atau pemimpin, dan kontrolpengawasan serta evaluasi, maka langkah pertama sampai dengan ketiga dapat digabungkan fungsi perencanaan yang secara keseluruhan untuk sekolah sudah dibahas. Di dalam pelaksanaan tentu masih ada 34 Husaini Usman, M anajemen, Teori, prakt ek, dan riset Pendidikan, Bumi Aksara, h.500 30 kegiatan perencanaan-perencanaan yang lebih mikro kecil baik yang terkait dengan waktu bulan, semesteran, bahkan mingguan, atau yang terkait erat dengan kegiatan khusus, misalnya menghadapi lomba bidang studi, atau kegiatan lainnya. Tahap pelaksanaan, dalam hal ini pada dasarnya menjawab bagaimana semua fungsi manajeman sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan lembaga yang telah ditetapkan melalui kerjasama dengan orang lain dan dengan sumber daya yang ada dapat berjalan sebagaimana mestinya efektif dan efisien. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan merealisasikan apa-apa yang telah direncanakan. Peran masing-masing itulah yang perlu disoroti di dalam manajeman mutu berbasis sekolah. a. Peran Kepala SekolahMadrasah Dengan kedudukan sebagai manajer kepala sekolahmadrasah bertanggung jawab atas terlaksananya fungsi- fungsi manajeman. Sebagai perencana kepala sekolah mengidentifikasi dan merumuskan hasil kerja yang ingin dicapai oleh sekolah dan mengidentifikasikan serta merumuskan cara-cara metode untuk mencapai hasil yang diharapkan. Peran dalam fungsi ini mencakup: penetapan tujuan, standar penentuan aturan, prosedur kerja di sekolahmadrasah, dan pembuatan rencana, serta peramalan apa yang terjadi untuk masa yang akan dating. b. Peran Guru dan Staf Sekolah Peran guru staf pengajar sebenarnya tidak jauh berbeda dengan peran kepala sekolah, hanya lingkupnya yang berbeda. Dalam lingkup yang lebih kecil mikro yaitu mengelola proses pembelajaran sesuai kelompok belajar atau bidang studi yang 31 dipegangganya, setiap guru memahami visi dan misi sekolah, merencanakan proses pembelajaran, mengorganisasikan bahan siswa, mensinergikan dengan metode dan sumber belajar yang tepat yang ia kuasai, menerapkan kepemimpinan yang demokratis dan memberdayakan siswa dengan mengambil keputusan sesuai kewenangan yang ia miliki dan menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan guru lain, dengan siswa, dengan kepala sekolah, dan orang tua. Ia juga memonitor kemajuan siswa, serta melakukan evaluasi perkembangan setiap anak sebagai masukan bagi perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran secara terus menerus. Guru juga member penghargaan bagi siswa yang menunjukan kemajuan dalam belajar berprestasi serta memberikan semangatdorongan motivasi serta membantu siswa yang berprestasinya kurangbelum memuaskan. c. Peran Orang Tua Siswa dan Masyarakat Peran orang tua dan masyarakat sudah lama dikenal sebagai pusat-pusat pendidikan yang penting di dalam mengembangkan anak menjadi pribadi mandiri dengan segala ketrampilan hidupnya bersama-sama dengn sekolah sebagai institusi formal yang terencana, terstruktur, dan teratur melaksanakan fungsi pendidikan. d. Peran Siswa Siswa atau murid merupakan subjek utama dan konsumen utama prime beneficiary dari segala upaya yang dilaksanakan oleh penyelenggara satuan pendidikan bersama manajeman yang terlibat didalamnya. Dalam posisinya yang menjadi subjek tujuan pendidikan itu, maka keinginan dan harapan mereka, motivasi mereka, serta komitmen keterlibatan mereka menjadi penting. Salah satu cara untuk mengkomodasi kepentingan mereka mendendengarkan suara mereka. 5 Evaluasi Evaluasi sebagai salah satu tahapan dalam manajeman berbasis sekolah MBS merupakan kegiatan yang penting untuk mengetahui kemajuan ataupun hasil yang dicapi oleh kepala sekolah di dalam melaksanakan fungsinya sesuai rencana yang telah dibuat sendiri oleh masing-masing sekolah. Evaluasi pada tahap ini adalah evaluasi menyeluruh, menyangkut pengelolaan semua bidang dalam satuan pendidikan yaitu bidang teknis edukatif pelaksanaan kurikulumproses pembelajaran dengan segala aspeknya, bidang ketenagaan, bidang keuangan, bidang sarana prasarana, dan administrasi ketatalaksanaan sekolah. Sungguhpun demikian, bidang teknis edukatif harus menjadi sorotan utama dengan focus pada capaian hasil prestasi belajar siswa. 6 Pelaporan Pelaporan disini diartikan sebagai pemberian atau penyampaian informasi tertulis dan resmi kepada berbagai pihak yang berkepentingan stakeholder mengenai aktifitas manajeman satuan pendidikan dan hasil yang dicapai dalam kurun waktu tertentu berdasarkan rencana dan aturan yang telah ditetapkan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi di dalam satuan pendidikan tersebut. Kegiatan pelaporan sebenarnya merupakan kelanjutan kegiatan evaluasi dalam bentuk mengkomunikasikan hasil evaluasi secara resmi kepada berbagai pihak sebagai pertanggung jawaban mengenai apa-apa yang telah dikerjakan oleh sekolah beserta hasil-hasilnya. Hanya perlu dicatat disini bahwa sesuai keperluan dan urgensinya tidak semua hasil evaluasi masuk dalam laporan pelaporan. Ada hasil evaluasi tertentu yang pemanfaatanya bersifat internal untuk kalangan dalam sekolah sendiri, ada yang untuk kepentingan ekternal pihak luar, bahkan masing-masing stakeholder mungkin memerlukan laporan yang berbeda fokus pada laporan tertentu. Di samping itu, sebagai dokumen terulis resmi yang menyangkut pertanggungjawaban serta reputasi lembaga pendidikan, sungguhpun isinya harus berdasarkan data dan informasi yang benar laporan memiliki tujuan tertentu sesuai dengan peran institusi yang dikirimi atau pembacanya. 34

B. Kerangka Berfikir

Manajeman berbasis sekolah MBS atau “School based management bukanlah sesuatu yang asli Indonesia, meskipun esensi tertentu sebenarnya sudah berada eksis di Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka yang terbukti dengan adanya berbagai lembaga pendidikan swasta swadaya masyarakat, bahkan sebagian besar berbentuk lembaga pendidikan “tradisional” baik yang berlandasan agama maupun budaya. Diperkenalkannya manajeman berbasis sekolah MBS di Indonesia cukup mendapat respontanggapan yang positif, meskipun disana-sini ada pro kontra baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam. Baik yang antusias menerima, mereka ingin segera memperoleh kepastian, ingin memperoleh pedoman, petunjuk dan sebagainy, bahkan menuntut adanya definisibatasan pengertian yang pasti. Manajeman berbasis sekolah MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah efektif, kualitasmutu, efisien, inovasi, relevansi, dan pemerataan serta akses pendidikan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini sangat memperhatinkan sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius. Terkait dengan desentralisasi, MBS dikembangkan untuk membangun sekolah yang efektif. Hanya saja, konsep desentralisasi model MBS mengacu kepada sekolah mandiri. Depdiknas merumuskan pengertian MBS sebagai model manajeman yang member otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipasi yang melibatkan warga sekolah. MBS ditawarkan sebagai salah satu alternative jawaban pemberi otonomi daerah di bidang pendidikan, mengigat prinsip dan kecenderungan yang mengembalikan pengelolaan manajeman sekolah kepada pihak-pihak yang dianggap paling mengetahui kebutuhan riel sekolah. Untuk menjawab penelitian ini, terutama yang terkait dengan optimalisasi manajemen berbasis sekolah, maka penelitian ini mengadopsi teori Nurcholis dalam buku ” Manajemen Berbasis Sekolah, Teori dan Praktek” tentang tujuan optimalisasi manajemen berbasis sekolah yang dirumuskan sebagai berikut: 35 Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya, kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, ketiga, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. Dengan demikian sekolah dapat menyusun strategi dan langkah-langkah dalam meningkatkan mutu sekolah, memperbaiki kelemahan dengan mengoptimalkan sumberdaya manusia yang tersedia. Dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelolah sekolahnya, sehingga sekolah itu lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang tertentu saja, lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Dengan fleksibilitas keluwesanya, sekolah akan lebih lincah dalam mengelolah dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal. Demikian juga dengan partisipasipelibatan warga sekolah dan masyarakat secara langsung dalam penyelenggaraan sekolah, maka rasa memiliki mereka terhadap sekolah dapat ditingkatkan. Peningkatan rasa tanggung jawab akan meningkatkan dedikasi warga sekolah dan masyarakat dalam pendidikan. Baik peningkatan otonomi sekolah, fleksibilitas pengelola sumberdaya sekolah maupun partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah tersebut kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 36 GAMBAR KERANGKA FIKIR kondisi Awal Kekurangan § Kurangnya partisipasi masyarakat § Rendahnya kompetensi kepala sekolah § kurangnya pengelolaan pendidikan dalam peningkatan mutu sekolah § Rendahnya profesionalisme guru § Kurangnya pemahaman terhadap konsep dan pelaksanaan MBS Belum optimalnya pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah MBS Strategi § Pelatihan pelaksanaan MBS § Melibatkan masyarakat melalui komite sekolah § Studi banding ke sekolah lain § Meningkatkan akuntabilitas kepada warga sekolah Hasil Penerapan MBS yang efektif atau optimal I N P U P R O S O U T P U F E E D B 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Yapenda Jakarta utara mulai bulan Mei 2010 mengenai Optimalisasi Pelaksanaan Manajeman Berbasis Sekolah di SMA Yapenda Jakarta utara. B. Pendekatan dan Metode Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode survei. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian lapangan Field research dimana penulis mengumpulkan dan menganalisa data-data yang berkaitan dengan manajerial kepala sekolah dan disiplin kerja guru, sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat di buktikan relevansinya C. Populasi dan Sample a. Populasi Populasi dalam penilitian ini adalah seluruh guru yang berjumlah 38 orang guru b. Sampel Sampel penelitian ini berjumlah 25 orang guru, hal ini disebabkan kesibukan dan ketidaksediaan sebagian guru untuk menjadi sampel dalam peneliatian. 38