Upaya Partisipasi Warga Sekolah dalam Mengoptimalkal MBS

jawabkan hasil kerja kepada publik. Selain itu, tujuan akuntabilitas adalah untuk menilai kinerja sekolah dan kepuasan publik terhadap pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah, untuk mengikutsertakan publik dalm pengawasan pelayanan pendidikan, dan untuk mempertanggung jawabkan komitmen pelayanan pendidikan kepada publik. Untuk mengukur kinerja mereka secara obyektif perlu adanya indikatir yang jelas. Sistem pengawasan perlu di perkuatdan hasil evaluasi harus dipublikasikan dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi. Sekolah dikatakan memiliki akuntabilitas tinggi jika proses dan hasil kinerja sekolah dianggap benar dan sesuai tinggi jika proses dan hasil kinerja sekolah dianggap benar dan sesuai dengan rencana yangtelah di tetapkan sebelumnya. Keberhasilan akuntabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator berikut: a meningkatkan kepercayaan dan kepuasan publik terhadap sekolah, b tumbuhnya kesadaran publik tentang hak umtuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, c berkurangnya kasus-kasus KKN di sekolah, dan d meningkatnya kesesuian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.

7. Langkah-langkah Manajeman berbasis sekolah MBS

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajeman berbasis sekolah MBS akan berhasil melalui strategi-strategi berikut ini : Pertama, Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuaan dan ketrampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap yang berhasil Kedua, Adanya peran serta masyarakat secara aktif, dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum. Sekolah harus lebih bayak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat luas. 26 Ketiga, Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Kepala sekolah dalam manajeman berbasis sekolah MBS berperan sebagai designer, motivator, fasilitator. Bagaimanapun kepala sekolah adalah pimpinan yang memiliki kekuatan untuk itu, pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan dan bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan. Keempat, Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orang tuanya, masyarakat dan para guru. Kepala sekolah jangan selalu menegok ke atas sehingga hanya menyenangkan pimpinannya namun mengorbankan masyarakat pendidikan yang utama. Kelima, Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara bersungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada sosialisasi terhadap konsep manajeman berbasis sekolah MBS itu sendiri. Siapa kebagian peran apa dan melakukan apa sampai batas-batas nyata perlu dijelaskan secara nyata . Keenam, Adanya guidelines dari departeman pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efesien dan efektif. Guidelines itu jangan sampai berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan membelenggu sekolah. Artinya tidak perlu lagi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan manajeman berbasis sekolah MBS, yang diperlukan adalah rambu-rambu yang membimbing. Ketujuh, Sekolah harus memiliki transparasi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggung jawabanya setiap tahunya. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu sekolah harus dijalankan secara