Gejala Osteoporosis TINJAUAN PUSTAKA

yaitu dari kewarganegaraan Eropa Utara, Jepang dan Cina Asia dan Kaukasia dibandingkan dengan kewarganegaraan Afrika-Amerika. Hal ini dapat terjadi karena ras dari Afrika-Amerika memiliki masa tulang lebih besar. Dengan besarnya masa tulang dan otot maka tulang akan semakin besar dan tekanan akan meningkat dan akan memperlambat turunnya masa tulang Lane, 2003. Hal ini disebabkan karena di Asia lebih banyak mendapatkan sinar matahari Purwanti, 2008. b. Faktor Status Kesehatan 1 Riwayat Keluarga Besarnya puncak massa tulang sangat ditentukan oleh faktor genetik, terutama diturunkan dari pihak ibu kepada anak wanitanya. Wanita yang dalam sejarah kesehatan keluarga, nenek atau ibunya, pernah mengalami patah tulang belakang lebih berisiko mengalami pengurangan massa tulang Purwanti, 2008. Osteoporosis juga berhubungan dengan adanya riwayat keturunan. Jika memiliki riwayat keluarga yang menderita osteoporosis diperkirakan 60-80 salah satu anggota keluarganya akan mudah mengalami patah tulang belakang maka anak wanita akan lebih muda untuk mengalami penurunan masa tulang lebih cepat dan lebih berisiko mengalami osteoporosis Mangoenprasodjo, 2005. 2 Riwayat Fraktur Orang yang pernah mengalami riwayat fraktur akan berisiko terkena fraktur lagi karena mungkin tulangnya sudah keropos. Pada wanita yang pernah patah tulang belakang risiko mengalami patah tulang pergelangan tangan sebanyak 1-2 kali, tulang belakang 4-19 kali dan tulang panggul 2- 3 kali. Pada orang yang pernah mengalami patah tulang pergelangan tangan akan berisiko mengalami patah tulang pergelangan tangan 3-4kali, patah tulang belakang 2-7 kali dan patah tulang panggul 1-2 kali. Pada orang yang pernah patah tulang panggul akan berisiko mengalami patah tulang belakang 2-3 kali dan patah tulang panggul 1-2 kali Tandra, 2009. Beberapa penelitian sebelumnya telah menyebutkan bahwa, riwayat fraktur merupakan salah satu faktor risiko osteoporosis Tebe, 2011. 3 Indeks Masa Tubuh Berdasarkan penelitian yang adaindeks massa tubuh yang optimal untuk terhindar dari risiko fraktur atau osteoporosis adalah antara 21-24 kgm2 Heaney, 1996. Indeks massa tubuh yang rendahkurus 19 kgm2 menjadi salah satu faktor risiko akanterjadinya osteoporosis Sarpini, 2003. IMT dikelompokkan berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005, kekurangan berat tingkat berat IMT 17 kgm 2 , kekurangan badan tingkat ringan IMT 17-18,4 kgm 2 , normal IMT 18,4-24,9 kgm 2 , kelebihan berat badan tingkat ringan IMT 25-27 kgm 2 dan kelebihan berat badan tingkat berat IMT 27 kgm 2 Depkes, 2005. Beberapa penelitian telah menyatakan adanya hubungan antara ukuran tubuh dan berat tubuh dengan osteoporosis serta kemungkinan