analisa bivariat didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara menopause dengan kejadian osteoporosis. Proposi terjadi osteoporosis pada
responden yang telah mengalami menopause lebih tinggi dibanding responden yang belum mengalami menopause dengan p-value = 0,000. Penelitian sejalan
dengan penelitian Hien 2005 di kota Hanoi, yang menyatakan bahwa wanita yang sudah mengalami menopause memiliki risiko terkena osteoporosis tiga
kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang belum menopause. Penelitian Guhrie et al 1998 di Australia terdapat 224 wanita usia 45-59
tahun menyebutkan perempuan menopause memilki kepadatan mineral tulang yang lebih rendah dibandingkan wanita pra menopause.
Massa tulang pada perempuan berkurang lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan pada masa menopause, fungsi ovarium menurun
drastis yang berdampak pada berkurangnya produksi hormon estrogen dan progesteron. Saat hormon estrogen turun kadarnya karena usia yang lanjut
menopause terjadilah penurunan aktivitas sel osteoblas pembentukan tulang baru dan peningkatan kerja sel osteoklas penghancuran tulang Junaidi,
2007.
3. Gambaran karakteristik dan hubungan antara faktor Gaya Hidup
responden Kebiasaan Merokok Dan Aktivitas Fisik a.
Aktivitas Fisik
Hasil analisis univariat memperlihatkan bahwa responden yang berolaraga lebih sedikit 14 responden 27,5 dibandingkan responden yang jarang
berolaraga 37 responden 72,5. Kategori jarang berolaraga apabila seseorang responden berolaraga kurang dari 2 kaliminggu dan durasi kurang
dari 30 menit.Banyaknya responden yang jarang berolaraga memungkinkan untuk mengingkatkan risiko terjadinya osteoporosis di wilayah ini.hal ini dapat
disebabkan semakin bertambahnya usia maka akan semalin melemahnya kemampuan fisiologis seseorang, sehingga membuat kesulitan untuk
berolaraga. Usia responden yang berada pada rentang 40 tahun keatas akan meminimalisir kemungkinan mereka untuk melakukanaktivitas fisik termasuk
olaraga.
Thompson 2005 menyatakan bahwa memasuki usia 40 dan 50 an fisiologis seseorang dan komposisi tubuhnya akan berkembang semakin
lambat, hal ini berkaitan dengan menurunnya kinerja hormon juga karena menurunnya aktivitas fisik pada usia 40 dan 50-an ini.
Analisis bivariat dalam penelitian ini menyatakan adanya huibungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteoporosis dengan p-
value = 0,002. Hal ini sejalan dengan penelitian Hien2005 di kota Hanoi yang menyatakan responden yang melakukan aktivitas olahraga kurang dari 3
kali dalam seminggu, prevalensi osteoporosisnya tiga kali lebih rendah dibandingkan yang tidak melakuakn aktivitas fisik. Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Chandra,2008 yang menunjukkan