Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

3. Osteoporosis Sekunder Dialami kurang dari 5 penderita osteoporosis. Yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal terutama tiroid dan paratiroid dan obat-obatan kortikosteroid,barbiturat, anti kejang dan hormon tiroid yang berlebihan. Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis. 4. Osteoporosis Juvelin Idiopatik Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya belum diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memilki kadar dan fungsi hormonal yang normal, kadar vitamin yang normal tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang Mulyaningsi, 2008.

D. Diagnosis Osteoporosis

Diagnosis penyakit osteoporosi kadang-kadang baru diketahui setelah terjadinya patah tulang punggung,tulang pinggul, tulang pergelangan tangan atau patah tulang lainnya pada lanjut usia,baik pria maupun wanita Lane, Nancy, 2001. Diagnosis osteoporosis dulunya ditentukan dengan sinar-X biasa. Namun dengan cara ini berkurangnya massa tulang baru terlihat setelah kehilangan 40 dari massa tulang. Setelah tahun 1980an dikembangkan metode baru yang lebih akurat untuk mengukur kepadatan tulang yang dikenal dengan “Bone Mineral Density ”BMD tes. Metode ini tidak menyebabkan rasa sakit dan noninvasif scan serta dosis radiasinya sangat rendah. Tes ini sebaiknya dilakukan bagi orang-orang yang mempunyai faktor risiko tinggi untuk menderita osteoporosis Sarpini, 2003. BMD atau tingkat densitas tulang merupakan prediktor paling kuat terhadap kejadian fraktur. Risiko fraktur pada orang dewasa dua kali rata-rata terhadap pengurangan SD standar deviasi pada variasi pengukuran tulang rusuk, pinggul dan pergelangan tangan. Maksudnya adalah risiko fraktur pada seorang individu dengan BMD dibawah 20 dari populasi adalah lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama Barker Blumsohn, 2005 WHO menentukan aturan terhadap pengukuran BMD sebagai diagnosis penyakit osteoporosis. i Normal : densitas tulang kurang dari 1 standar deviasi dibawah rata- rata dewasa muda T-1 ii Osteopenia : densitas tulang antara 1 standar deviasi dan 2,5 standar deviasi dibawah rata-rata dewasa muda normal -2,5 T -1 iii Osteoporosis : densitas tulang lebih dari 2,5 standar deviasi dibawah rata-rata dewasa muda normal - 2,5 WHO, 1994 Meskipun berbagai kriteria densitometrik digunakan untuk mendifinisikan osteoporosis, kriteria yang diajukan oleh WHO,2007 Yang berdasarkan pengukuran masa tulang, umumnya yang paling banyak diterima dan digunakan. Beberapa metode BMD tes yang saat ini sering dilakukan antara lain: 1. DXA Dual energy X-ray Absorptiometry Ada beberapa cara untuk mengukur massa tulang, namun yang paling sering digunakan adala DXA Dual energy X-ray Absorptiometry. Metode ini mengukur