Diagnosis Osteoporosis TINJAUAN PUSTAKA

E. Gejala Osteoporosis

Kepadatan tulang berkurang secara perlahan terutama pada penderita osteoporosis senilis, sehingga pada awal osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Namun, kemudian muncullah gejala-gejala seperti : 1. Nyeri terus-menerus yang tidak kunjung hilang Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulangbmenjadi menipis, timbulah nyeri tulang dan kelainan bentuk. Menipisnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa patah secara spontan atau terkena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu di punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, akan tetapi biasanya rasa sakit akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau bulan Junaidi, 2007 2. Tubuh memendek Ketika beberapa tulang belakang hancur, akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakangyang menyebabkan ketegangan otot dan timbul rasa sakit. Tulang lain bisa ikut patah, kerap kali disebabkan oleh tekanan ringan atau karena jatuh Junaidi, 2007 3. Mudah menderita patah tulang terutama tulang pinggul 4. Disertai gejala menopause: panas, banyak keringat, keputihan, dan susah tidur 5. Pascamenopause : pelupa, nyeri tulang belakang Junaidi, 2007

E. Patofisiologi Osteoporosis

Didalam kehidupan, tulang akan selalu mengalami proses perbaharuan. Tulang memilki 2 sel, yaitu osteoklas bekerja untuk menyerap dan menghancurkanmerusak tulang dan osteoblas sel yang bekerja untuk membentuk tulang Comptons, 2002. Tulang yang sudah tua dan pernah mengalami keretakan, akan dibentuk kembali. Tulang yang sudah rusak tersebut akan diidentifikasi oleh sel osteosit sel osteoblas menyatu dengan matriks tulang Cosman, 2009. Kemudian terjadi penyerapan kembali yang dilakukan oleh osteoklas dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan asam Tandra, 2009. Dengan demikian tulang yang sudah diserap osteoklas yang berasal dari prekusor di sumsum tulang belakang setelah sel osteoklas hilang Cosman, 2009. Menurut Ganong,2010 ternyata endokrin mengendalikan proses remodeling tersebut. Dan hormon yang mempengaruhi yaitu hormon paratiroid resopsi tulang menjadi lebih cepat dan estrogen resorpsi tulang akan menjadi lama. Sedangkan pada osteoporosis, terjadi gangguan pada osteoklas, sehingga timbul ketidakseimbangan antara kerja osteoklas dengan osteoblas. Aktivitas sel osteoklas lebih besar daripada osteoblas. Dan secara menyeluruh massa tulangpun akan menurun, dan akhirnya terjadilah pengeroposan tulang pada penderita osteoporosis. Ganong, 2008.

F. Faktor Risiko Osteoporosis

Faktor risiko osteoporosis pada lanjut usia yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup dan kepadatan tulang akibat proses penuaan.

1. Faktor Risiko yang tidak dapat Dimodifikasi

a. Faktor Demografi 1 Usia Usia adalah salah satu dari faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat direkayasa, Pada lanjut usia daya serap kalsium akan menurun seiring dengan bertambahnya usia Kemenkes, 2008. Setelah usia 40 tahun, akan terjadi peningkatan risiko fraktur hal ini berkaitan dengan osteoporosis pada laki-laki juga perempuan. Insiden fraktur distal radius meningkat setelah usia 40 tahun dan meningkat hingga usia 55 tahun pada laki-laki dan usia 65 tahun pada wanita. Rasio terjadinya fraktur distal radius antara wanita dan pria adalah 2:1 pada usia lebih dari 35 tahun sedangkan rasionya menjadi 8:1 setelah usia 80 tahun DawsonHughes, 2006. Menurut Ilyas 2006, Indonesia pada kurun waktu antara tahun 1990-2050 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia lansia diatas 50 tahun pada tahun 2015 kelak akan mencapai kurang lebih 24 juta orang kira-kira 10 dari jumlah total penduduk Indonesia yang ada. Pada tahun 2020 jumlah lansia akan meningkat lagi menjadi 29 juta orang atau menjadi 11,4 dari total penduduk Ilyas, 2006. Menurut Indonesia White Paper yang dikeluarkan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia Perosi pada tahun 2007 yaitu osteoporosis pada wanita yang berusia di atas 50 tahun mencapai 32,3 dan pada pria usia diatas 50 tahun mencapai 28,8 . Secara keseluruhan percepatan proses penyakit osteoporosis pada wanita Indonesia sebesar 80 dan pria 20 Junaidi, 2007. Prevalensi osteoporosis pada usia kurang dari55 tahun lebih tinggi pada laki-laki, tetapi setelah usia diatas 55 tahun ternyata prevalensi osteoporosis lebih tinggi pada perempuan Depkes RI, 2008. 2 Jenis Kelamin Diperkirakan selama hidup, wanita akan kehilangan massa tulang 30-50 sedangkan pria hanya 20-30, namun tidak berarti semua wanita yang telah mengalami menopause akan mengalami osteoporosis. Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis. Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis dari pada laki-laki. Pada osteoporosis primer, perbandingan antara wanita dan pria adalah 5 : 1. Pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis sekunder, yaitu sekitar 40-60 karena akibat dari hipogonadisme, konsumsi alkohol atau pemakaian kortikosteroid yang berlebihan Migliaccio, 2009 Secara keseluruhan perbandingan wanita dan pria adalah 4 : 1Foundation, 2011. 3 Ras Ras atau suku menjadi salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis. Biasanya ras atau suku yang rentan terkena osteoporosis yaitu dari kewarganegaraan Eropa Utara, Jepang dan Cina Asia dan Kaukasia dibandingkan dengan kewarganegaraan Afrika-Amerika. Hal ini dapat terjadi karena ras dari Afrika-Amerika memiliki masa tulang lebih besar. Dengan besarnya masa tulang dan otot maka tulang akan semakin besar dan tekanan akan meningkat dan akan memperlambat turunnya masa tulang Lane, 2003. Hal ini disebabkan karena di Asia lebih banyak mendapatkan sinar matahari Purwanti, 2008. b. Faktor Status Kesehatan 1 Riwayat Keluarga Besarnya puncak massa tulang sangat ditentukan oleh faktor genetik, terutama diturunkan dari pihak ibu kepada anak wanitanya. Wanita yang dalam sejarah kesehatan keluarga, nenek atau ibunya, pernah mengalami patah tulang belakang lebih berisiko mengalami pengurangan massa tulang Purwanti, 2008. Osteoporosis juga berhubungan dengan adanya riwayat keturunan. Jika memiliki riwayat keluarga yang menderita osteoporosis diperkirakan 60-80 salah satu anggota keluarganya akan mudah mengalami patah tulang belakang maka anak wanita akan lebih muda untuk mengalami penurunan masa tulang lebih cepat dan lebih berisiko mengalami osteoporosis Mangoenprasodjo, 2005. 2 Riwayat Fraktur Orang yang pernah mengalami riwayat fraktur akan berisiko terkena fraktur lagi karena mungkin tulangnya sudah keropos. Pada wanita yang