Faktor Risiko yang tidak dapat Dimodifikasi

fraktur. Berat badan yang rendah dapat menyebabkan risiko fraktur pinggul pada wanita. Berdasarkan pengukuran antropometri, Cumming, 1999 menemukan bahwa berat badan usia 25 tahun menjadi faktor pelindung yang paling penting sementara tinggi badan pada usia 25 tahun merupakan faktor risiko. Studi osteoporosis Mediteranian akan fraktur pinggul di Eropa menyatakan bahwa rendahnya berat badan dan rendahnya indeks massa tubuh menjadi faktor risiko akan terjadinya fraktur. Johnell, 1997 dalam Nurlita 2008 4 Menopause Menopause merupakan akhir dari masa reproduktif karena telah berhentinya masa haid, biasanya terjadi usia 50-51 tahun. Biasanya pada wanita yang merokok akan mengalami menopause 1 tahun lebih cepat dari wanita yang bukan perokok. Seorang yang mengalami menopause akan mengalami fase klimaksterium, yaitu terjadi peralihan dari reproduktif akhir ke masa menopause. Fase klimaksterium memiliki 3 masa yaitu, premenopause yang terjadi sekitar 4-5 tahun sebelum menopause, masa menopause dan pascamenopause yang terjadi sekitar 3-5 tahun setelah menopause Purwoastuti, 2008. Menurunnya hormon estrogen saat menopause berkontribusi pada peningkatan absorpsi kalsium dan metabolisme tulang yang berperandalam percepatan hilangnya otot-otot tulang rangka wanita menopause. Osteoporosis jarang terjadi pada laki- laki daripada perempuan karena sejumlah alasan. Laki-laki memiliki puncak massa tulang Preak bone mass lebih besar dan tidak mengalami percepatan hilangnya tulang pada wanitasaat menopause. Umumnya lanjut usia laki-laki kurang berisiko mengalami jatuh dibandingkan perempuan. Wanita juga memilki massa otot lebih rendah daripada pria Eleanor S, 2000. 5 Densitas Tulang Densitas masa tulang juga berhubungan dengan risiko terjadinya fraktur. Setiap penurunan 1 SD, berhubungan dengan risiko peningkatan fraktur sebesar 1,5-3,0 kali. Faktorusia juga menjadi pertimbangan dalam menentukan besarnya risiko menurut densitas tulangFatmah, 2008. 6 Kortikosteroid Kortikosteroid banyak digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit, terutama penyakit autoimun, namun kortikosteroid yang digunakan dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis sekunder dan fraktur osteoporotik. Kortikosteroid dapat menginduksi terjadinya osteoporosis bila dikonsumsi lebih dari 7,5 mg per hari selama lebih dari 3 bulan Jehle, 2003. Obat-obatan yang mengandung steroid bisa mempercepat kerapuhan tulang seperti prednison, prednisolon atau kortison, termasuk jamu atau obat tradisional yang biasanya mengandung steroid yang diberikan pada penyakit rematik, asma, radang usus atau beberapa penyakit kanker. Obat lambung bila dikonsumsi dalam jangka lama juga menyebabkan tulang keropos Tandra, 2009. 2. Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi a. Faktor Gaya Hidup 1 Merokok Kebiasaan merokok juga bisa merusak tulang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok bisa menurunkan estrogen dan mempercepat menopause. Suatu penelitian terhadap 300 wanita muda usia 20-29 tahun yang sehat tapi perokok ternyata BMD tulang relatif lebih rendah. Demikian juga wanita setelah menopause yang merokok lebih banyak mengalami patah tulang panggul daripada yang tidak merokok. Penyerapan kalsium di usus orang yang biasa merokok menjadi terganggupadahal kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang Tandra, 2009:46. Dengan berhenti merokok secara total, membuat estrogen dalam tubuh seseorang beraktifitas dan juga dapat mengeliminasi risiko kehilangan sel pembentuk tulang selama hidup yang mencakup 20-30 pada pria dan 40-50 pada wanita Kemenkes RI, 2008. Tembakau dapat meracuni tulang dan juga menurunkan kadar estrogen sehingga kadar estrogen pada orang yang merokok akan cenderung lebih rendah daripada yang tidak merokok. Wanita pasca menopause yang merokok dan mendapatkan tambahan estrogen masih akan kehilangan massa tulang. Berat badan perokok juga lebih ringan dan dapat mengalami menopause dini kira-kira 5 tahun lebih awal daripada non-perokok. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di Padang Pariaman dari 38 responden yang memiliki riwayat sebagai perokok, sebagian besarnya 86,8 berada pada tingkat risiko tinggi osteoporosis Kemenkes RI, 2008. Merokok berhubungan dengan rendahnya kepadatan mineral tulang, meningkatkan kehilangan massa tulang dan semakin tinggi risiko pada tulang pada pria. Namun belum diketahui apakah merokok mempengaruhi sirkulasi level endrogen atau memiliki efek langsung terhadap jaringan tulang Dawson Hughes, 2006. 2 Konsumsi Alkohol Kebiasaan mengkonsumsi alkohol jangka panjang bisa menurunkan massa tulang. Bila minum alkohol pada masa kanak dan remaja pertumbuhan tulang akan terhambat sehingga mengakibatkan tulang keropos di kemudian hari Tandra, 2009: 47. Minuman yang mengandung alkohol, kafein dan soda berpotensi mengurangi penyerapan kalsium ke dalam tubuh Kemenkes, RI, 2008. Konsumsi alkohol yang berlebihan selama bertahun-tahun mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kebiasaan meminum alkohol lebih dari 750 mL per minggu mempunyai peranan penting dalam penurunan densitas tulang Grubb, 1997. Alkohol dapat secara langsung meracuni jaringan tulang atau mengurangi massa tulang karena adanya nutrisi yang buruk. Hal ini disebabkan karena pada orang yang selalu menonsumsi alkohol biasanya tidak mengkonsumsi makanan yang sehat dan mendapatkan hampir seluruh kalori dari alkohol. Disamping akibat dari defisiensi nutrisi, kekurangan Larsen K, 2007. vitamin D juga disebabkan oleh terganggunya metabolisme di dalam hepar, karena pada konsumsi alkohol berlebih akan menyebabkan gangguan fungsi hepar Lane, 1999. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di Padang Pariaman sebanyak 5 orang lanjut usia yang memilki riwayat sebagai pecandu alkohol sebagian besarnya 80 berada pada tingkat risiko tinggi osteoporosis. 3 Aktifitas Fisik Orang yang tidak bergerak lama, tidak ada rangsangan gravitasi bumi atau tekanan mekanik lain, akan membuat banyak mineral tulang hilang dan menyebabkan tulang menjadi keropos Tandra,2009:143. Kurangnya olahraga dan latihan secara teratur, menimbulkan efek negatif yang menghambat proses pemadatan massa tulang dan kekuatan tulang. Namun olahraga yang sangat berlebih maraton, atlit pada usia muda, terutama anak perempuan yang telah haid akan menyebabkan haidnya terhenti karena kekurangan estrogen sehingga penyerapan kalsium berkurang dengan segala akibatnya Kemenkes RI, 2008. Kurang gerak badan akan mengurangi kepadatan tulang, kekuatan dan kebugaran juga akan membuatkalsium keluar semakin meningkat melalui urin yang akan menyebabkan tulang menjadi keropos. Pada usia lanjut, kurang gerak badan menyebabkan lemahnya otot dan meningkatkan risiko jatuh dan patah tulang. Hasil penelitian menyebutkan bahwa aktivitas fisik di masa lalu dapat mengurangi risiko terjadinya patah tulang pinggul sebesar 13 nya Boonyarataves et al, 2001:224 b. Faktor Metabolik 1 Penyakit Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis lebih mudah mengalami osteoporosis. Insulin merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang sehingga meningkatkan pembentukan kolagen. Kontrol gula yang buruk juga akan memperberat metabolisme vitamin D pada penyakit tiroid atau gondok. Kadar hormon tiroid tinggi atau berlebihan sehingga menyebabkan penurunan massa tulang, begitu pula pada hipotiroid yang diberi pengobatan hormon tiroksin. Beberapa penyakit seperti penyakit hati kronis, gagal ginjal kronis serta beberapa kanker tertentu dikaitkan dengan timbulnya kerapuhan tulang misalnya kanker sumsum tulang. Kemenkes RI, 2008

H. Kerangka Teori

Modifikasi Kemenkes, 2008 Tandra, et al., 2009 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi Demografi - Usia - Jenis kelamin - Ras Status kesehatan : - Riwayat keluarga - Riwayat fraktur - Menopause - IMT - Penggunaan steroid - Faktor risiko yang dapat dimodifikasi Gaya hidup - Kebiasaan merokok - Aktivitas fisik Osteoporosis Metabolik - Penyakit metabolik Gangguan pada osteoklas, timbul ketidakseimbangan antara kerja osteoklas dengan osteoblas. Aktivitas sel osteoklas lebih besar daripada osteoblas. Dan secara menyeluruh massa tulangpun akan menurun pengeroposan tulang Comptons, 2002.

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONALDAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan, maka variabel yang ingin diteliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian osteoporosis pada usia lebih dari 35 tahun adalah variabel terikat dependen yaitu kejadian osteoporosis. Sedangkan variabel bebas independen yang ingin diketahui meliputi faktor demografi usia, jenis kelamin, status kesehatan riwayat keluarga, riwayat fraktur,IMT, kortikosteroid dan gaya hidup merokok, aktivitas fisik , menopause. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Data Demografi :

-Usia -Jenis kelamin

2. Status Kesehatan :

-Riwayat keluarga -Riwayat fraktur - Menopause - Kortikosteroid -IMT

3. Gaya Hidup :

-Aktivitas fisik -Kebiasaan merokok Kejadian Osteoporosis

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena Hidayat, 2008 . Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala osteoporosis Suatu kondisi dimana Densitas Mineral Tulang DMT seseorang lebih rendah dari normalnya yang didiagnosis menggunakan alat denditometer dan dinyatakan dalam T-score Kaki kanan responden diletakkan di atas alat pengkur DMT, lalu tulang pada bagian tumit kakidi scan selama 1 menit Densitome ter dengan Achilles ExpressIn sight metode Quantitati ve Ultrasoun d 1. osteoporosis : T- score - 2,5 WHO, 1994 Nominal Usia Lamanya masa hidup responden secara tahun, Wawancara Kuisioner 1 50 tahun 2 50 tahun Ordinal dihitung sejak dilahirkan sampai dilakukan penelitian. Compston, 2002 Jenis kelamin Pengakuan responden berdasarkan jenis kelamin. Wawancara Kuisioner 1 Pria 2 Wanita Nominal Riwayat keluarga Adanya riwayat terjadinya osteoporosis pada keluarga. Wawancara Kuisioner 1 Ya 2 Tidak Nominal Riwayat fraktur Adanya riwayat terjadinyafraktur sebelumnya. Wawancara Kuisioner 1 Ya 2 Tidak Nominal IMT Indeks masa tubuh dihitung berdasarkan rumus : Berat badan kg Observasi Antropom etri dengan penimban gan berat badan dan 1. Kurus 17,0-18,5 2. Normal 18,5- 25,0 3. Gemuk 25- 27,0 Ordinal Tinggi Badanm kuadrat Nursyati, 2001 tinggi badan Depkes, 2003 Kebiasaan merokok Merokok secara aktif selama minimal 1 tahun. Wawancara Kuisioner 1 Ya 2 Tidak Nominal Kortikosteroid Penggunaan steroid jangka panjang adalah penggunaan kortikosteroid lebih dari 3 bulan dengan dosis lebih dari 7,5 mg per hari Oxford Journals, 2003. Wawancara Kuisioner 1 Ya 2 Tidak Nominal Menopause Saat seseorang wanita berhenti mendapatkan haid Wawancara Kuisioner 1 Sudah Menopause 2 Belum menopause Nominal