Riwayat Fraktur Gambaran karakteristik dan hubungan antara faktor status kesehatan
Hasil analisis univariat memperlihatkan bahwa responden yang berolaraga lebih sedikit 14 responden 27,5 dibandingkan responden yang jarang
berolaraga 37 responden 72,5. Kategori jarang berolaraga apabila seseorang responden berolaraga kurang dari 2 kaliminggu dan durasi kurang
dari 30 menit.Banyaknya responden yang jarang berolaraga memungkinkan untuk mengingkatkan risiko terjadinya osteoporosis di wilayah ini.hal ini dapat
disebabkan semakin bertambahnya usia maka akan semalin melemahnya kemampuan fisiologis seseorang, sehingga membuat kesulitan untuk
berolaraga. Usia responden yang berada pada rentang 40 tahun keatas akan meminimalisir kemungkinan mereka untuk melakukanaktivitas fisik termasuk
olaraga.
Thompson 2005 menyatakan bahwa memasuki usia 40 dan 50 an fisiologis seseorang dan komposisi tubuhnya akan berkembang semakin
lambat, hal ini berkaitan dengan menurunnya kinerja hormon juga karena menurunnya aktivitas fisik pada usia 40 dan 50-an ini.
Analisis bivariat dalam penelitian ini menyatakan adanya huibungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteoporosis dengan p-
value = 0,002. Hal ini sejalan dengan penelitian Hien2005 di kota Hanoi yang menyatakan responden yang melakukan aktivitas olahraga kurang dari 3
kali dalam seminggu, prevalensi osteoporosisnya tiga kali lebih rendah dibandingkan yang tidak melakuakn aktivitas fisik. Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Chandra,2008 yang menunjukkan
hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian osteoporosis dengan olahraga yang dilakukan secara teratur, maka kesehatanpun akan
menjadi lebih baik. Olahraga yang baik dilakukan, yaitu : jalan, aerobic, jogging, renang, dan bersepeda. Akan tetapi melakukan aktivitas fisik secara
berlebihan justru akan mengurangi massa tulang Nuhonni, 2000. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Baheiraei 2005 di Australia yang menyatakan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteoporosis. Hal ini dikarenakan kuesioner
yang digunakan hanya menggambarkan kondisi saat ini, sehingga frekuensi dan tipe aktivitas fisik tidak dapat di evaluasidikarenakan hanya sedikit dari
seluruh responden yang ternyata benar-benar melakukan aktivitas fisik secara teratur.