Dengan kata lain, adanya nasionalisme berawal dari rasa ingin bersatu, karena persamaan-persamaan nasib, yang pada akhirnya menimbulkan suatu kepercayaan
diri untuk mempertahankan dan memperjuangkan bangsa yang mengalahkan. Selain itu, adanya penjajahan memungkinkan seluruh masyarakat sama-sama tertekan dan
tertindas.
I. Kerakyatan dan Demokrasi
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarat- anperwakilan. Prinsip ini yang diistilahkan oleh Soekarno dengan istilah perwakilan
atau permusyawaratan, yang dapat diartikan suatu tata cara khas keperibadian bangsa Indonesia, yakni kerjasama, persamaan, musyawarah dan kekeluargaan atau dalam
istilah Soekarno, “gotong-royong”, untuk merumuskan atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak bersama. Begitupun kata kerakyatan yang disebut juga
kedaulatan rakyat atau demokrasi. Untuk perumusan sebuah negara Soekarno berdalih, bahwa syarat yang harus dimiliki untuk kuatnya negara Indonesia ialah
permusyawaratan, perwakilan. Prinsip ini menurut ia, sesungguhnya sudah terkandung oleh rakyat Indonesia jauh berabad-abad lamanya. Dengan kata lain,
tradisi musyawarah dan mupakat sudah bagian dalam kehidupan bangsa ini. Oleh karena itu, menurutnya tidak mungkin membentuk negara hanya untuk kepentingan
satu orang atau satu golongan, melainkan “semua untuk semua, satu untuk semua, semua untuk satu”.
98
Dengan adanya perwakilan, maka masing-masing politisi, masyarakat atau golongan keagamaan dituntut untuk berjuang dan bekerja sehebat-sehebatnya agar
badan perwakilan rakyat dapat didominasi, maka dengan demikian apa yang menjadi cita-cita masing-masing golongan dapat tercapai. Begitupun ketika bangsa yang
sedang diselimuti awan konflik tentang dasar negara, seperti golongan Islam yang menghendaki agar negara Indonesia berdasarkan suatu negara Islam, undang-undang
Islam. Menjelaskan semua itu, Soekarno mengatakan: “Badan perwakilan, inilah tempat kita untuk mengemukakan tuntutan-tuntutan
Islam. Disinilah kita usulkan kepada pemimpin-pemimpin rakyat, apa-apa yang dirasakan perlu bagi perbaikan. Jikalau kita memang rakyat Islam, mari
kita bekerja sehebat-hebatnya, agar supaya sebagian yang terbesar dari kursi- kursi Badan Perwakilan Rakyat yang kita adakan, diduduki oleh utusan-
utusan Islam. Jikalau memang rakyat Indonesia rakyat yang bagian besarnya rakyat Islam dan jikalau memang Islam disini agama yang hidup berkobar-
kobar didalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakan segenap rakyat itu,… Dengan sendirinya hukum-hukum yang
keluar dari Badan Perwakilan Rakyat itu, hukum Islam pula”.
99
Demokrasi yang menurut asal kata berart “rakyat berkuasa” atau government or rule the people”. kata Yunani demos berarti rakyat, kratoskratien berarti
kekuasaan berkuasa”.
100
Walaupun demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi Pancasila, masih dalam tarap perkembangan, tetapi yang tidak dapat
98
Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, cet VII Jakarta: Ketut Masagung Corporation, 2001, h. 310.
99
Risalah BPUPKI – PPKI 28 Mei 1945—22 Agustus 1945, cet II Jakarta: Sekretarian Negara RI, 1993, h. 77.
100
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, cet.
XlX
Jakarta: PT Gramedia, 1998, h. 50.
disangkal lagi ialah apa yang tersirat di dalam UUD 1945, yakni “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Menurut
Hazairin, demokrasi Pancasila pada dasarnya adalah “demokrasi sebagaimana yang telah dipraktekan oleh pihak-pihak bangsa Indonesia semenjak dahulu kala dan masih
dijumpai sekarang ini dalam praktek hidup masyarakat-masyarakat hukum adat, seperti desa, kuria, marga, negari dan wanua…”.
101
Pandangan Soekarno tentang demokrasi yang ada di Indonesia mengandung tiga unsur pokok, seperti yang ditulis oleh R Soekarjoto, Soekarno dalam
pernyataannya mengatakan: “Bagi kami bangsa Indonesia, Demokrasi mengandung tiga unsur yang
pokok, yaitu: Demokrasi mengandung pertama-tama, prinsip yang kami sebut “mufakat”, yaitu: kebulatan pendapat. Kedua, demokrasi mengandung prinsip
perwakilan. Akhirnya, demokrasi bagi kami mengandung prinsip musyawarah. Jadi demokrasi Indonesia mengandung prinsip: mupakat,
perwakilan dan musyawarah antar wakil-wakil…”.
102
Kebulatan pendapat mengandung makna kesepakatan bersama dengan segala
konsekwensinya. Prinsip mupakat, perwakilan dan musyawarah merupakan prinsip yang sangat penting. Akan tetapi, prinsip-prinsip itu harus di tunjang oleh prinsip-
prinsip lainnya, semisal keadilan, persamaan dan kebebasan. Karena ada hubungan erat diantara prinsip-prinsip tersebut, maka implementasinya dapat dilihat secara
konstitusional dalam kehidupan bernegara. Akan tetapi, Bung Hatta dalam risalahnya, Demokrasi Kita, pernah memperingatkan: “kebebasan tanpa batas hanya akan
101
Azhary, Negara Hukum, h. 201.
102
R. Soemarjoto, Bung Karno seorang Pujangga Besar, Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001, h. 129.
mengandung lawannya, yaitu penindasan”,
103
sebab, dalam situasi kacau akan menjadi landasan pembenaran bagi tampilnya orang kuat rezim.
Sejalan dengan itu, perkembangan demokrasi yang dianut oleh Indonesia telah mengalami pasang-surut. Sejak berdirinya Republik Indonesia, masalah pokok yang
dihadapi ialah bagaimana membangun masyarakat yang beranekaragam pola budaya, ideologi dan social ekonomi dapat membina suatu kehidupan sosial politik yang
demokratis. Perkembangan selanjutnya, dalam sejarah Indonesia, demokrasi oleh Miriam Budiardjo dibagi menjadi tiga masa,
104
yaitu: a.
Masa 1945-1959, peny Republik I, yaitu masa demokrasi konstitusionil yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai dan yang karena itu dapat
dinamakan demokrasi parlemen. b.
Masa 1959-1965, peny Republik II, yaitu masa demokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusionil yang secara
formil merupakan landasannya dan menunjukan beberapa aspek demokrasi rakyat.
c. Masa 1965-, peny Republik III, yaitu masa demokrasi Pancasila yang
merupakan demokrasi konstitusionil yang menonjolkan sistem presidensiil.
J. Keadilan