Dari struktur Pancasila, sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menempati posisi yang paling tinggi. Oleh karena itu, tak heran jika Bung Hatta
mengatakan sila Ketuhanan Yang Maha Esa “menjadi dasar yang memimpin sila-sila yang lain”.
89
Dengan demikian, sila pertama ini mempunyai hubungan organik dan tidak bisa dipisah-pisah dengan sila-sila lainnya.
G. Kemanusiaan
Kemanusiaan yang adil dan beradab, berasal dari kata manusia, yakni mahluk berbudi yang memiliki potensi berpikir, rasa, karsa dan cipta. Menurut Soekarno,
kemanusiaan itu sejak dulu sudah ada, walaupun dalam jumlah yang relatif sedikit. Terlepas dari pengaruh Islam, bahwa semua golongan berasal dari nenek moyang
yang sama, yakni Adam dan Hawa. Walaupun kemudian tumbuh dan berkembang sampai pada tingkat berbangsa-bangsa. Oleh karena itu, Soekarno menendaskan, satu
mahluk masyarakat dan manusia ialah satu homo socius atau dalam pengertian lain bangsa hanyalah dapat hidup didalam interaksi umat manusia, meskipun pada
mulanya tidak ada yang dinamakan bangsa. Sila Kemanusiaan masuk dalam butir kedua dalam Pancasila, yang juga
tercetus dari pidato Soekarno, antara lain ia mengatakan: “Kita bukan saja harus mendirikan Negara Indonesia Merdeka, tetapi kita
harus menuju pula kepada keluarga bangsa-bangsa. Justru inilah prinsip saya yang kedua, inilah pilosofisch principe yang nomor dua, yang saya usulkan
kepada tuan-tuan yang boleh saya namakan “internationlaisme”. Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme bukanlah saya bermaksud
89
Dikutif dari Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip- Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Priode Negara Madinah dan Masa
Kini, Jakarta: Prenanda Media, 2003, h. 198.
kosmopolitisme, yang tidak mau adanya bangsa, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, tidak ada
Amerika dan lain-lainnya. Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dibuminya nasionalisme”.
90
Sila kedua ini oleh Soekarno disebut internasionalisme. Tetapi internasional- isme itu sendiri perlu dibedakan dari kosmpolitanisme yang tidak mengakui lagi
adanya nasionalisme. Sebaliknya, menurut Soekarno, internasionalisme harus berakar di dalam bumi nasionalisme. Namun sila kedua ini oleh Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI disebut dengan kemanusiaan yang intinya ialah menunjukan pada persamaan derajat manusia diseluruh dunia,
sementara penambahan kata “adil” dan “beradab” adalah penegasan tentang kata kemanusiaan human dignity. Dengan kata lain, kemanusiaan manusia akan lahir
manakala manusia itu di bingkai oleh sifat adil dan beradab, karena sila kedua ini ingin menempatkan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk
Tuhan. Soekarno kemudian menghubungkan antara kemanusiaan dan prikemanusia-
an. Menurutnya, kemanusiaan adalah alam manusia de mensheid. Prikemanusiaan adalah jiwa yang merasa bahwa antara manusia dengan manusia dengan hubungan-
nya, yaitu yang hendak mengangkat membedakan jiwa manusia itu lebih tinggi dari pada jiwa bintang.
91
Lebih jauh Soekarno mengatakan, kemanusiaan adalah alam itu
90
Dikutif dari M. Abdul Karim, Menggali Pancasila dalam Perspektif Islam, Jokjakarta: Surya Raya bekerjasama dengan Sunan Kalijaga press, 2004, h. 55. lihat juga, George McTurnam
Kahin, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan Revolusi Indonesia, cet II, TK: UNS Press, h. 156.
91
Soekarno, Filsafat Pancasila, h. 194.
sendiri, sedangkan prikemanusiaan, merupakan sebuah proses pertumbuhan rohani, perkembangan kebudayaan. Dengan kata lain, perikemanusiaan adalah hasil dari
sebuah proses evolusi di dalam diri manusia itu sendiri. Berbeda dengan kemanusiaan sejak dulu sudah ada meskipun dalam jumlah yang masih terbatas. Mengenai peri
kemanusiaan, Soekarno menggambarkan masyarakat dulu hidup dalam alam yang masih tingkat rendah, baik dari sisi ekonomi maupun sisi keberadabaannya. Hidupya
belum berhukum, belum beraturan. Belum ada yang dinamakan perkawinan, hidup sebagai suami-isteri seperti sekarang ini. Sehingga, menurut Soekarno, laki-laki dan
perempuan ketika itu tak indahnya seperti binatang. Tetapi, seiring perputaran waktu tingkat pemikiran akal sudah matang, nilai-nilai kemanusiaan pun mulai terwujud.
Didalam sila kedua ini pula tercermin suatu sikap yang tegas bangsa Indonesia, yaitu anti penjajahan, karena penjajahan tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan. Oleh karena itu, sila ini di dalamnya terkandung nilai-nilai universal yang diakui oleh masyarakat internasional. Mereka sama-sama
memiliki martabat kemanusiaan yang tinggi. Mereka harus diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Seperti apa yang dimaksudkan Soekarno, bahwa sila
ke dua ini tersimpul cita-cita kemanusiaan yang memenuhi seluruh hakikat manusia. Dengan demikian, setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sederajat dan
sama terhadap undang-undang negara, mempunyai kewajiban dan hak yang sama. Maka dari itu, setiap warga negara dijamin haknya serta kebebasannya yang
menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan sesama warga negara, dengan negara,
dengan masyarakat dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan mencapai kehidupan yang layak.
H. Persatuan