1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yang timbul adalah sebagai berikut : Bagaimana
peranan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah PAD ?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peranan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah PAD di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pajak hotel di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli daerah PAD Kota Medan.
1.4 Manfaat Peneltian
Manfaat penelitian yang diharapkan dengan adanya peneltian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi dalam
Universitas Sumatera Utara
lingkup pemerintahan daerah melalui penerepan teori-teori yang diperoleh selama masa kuliah.
2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Medan dalam hal pengelolaan keuangan daerah yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan prioritas dan
preferensi daerah. 3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Sumatera Utara, penelitian
ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap masalah
keuangan daerah. 4. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan khusunya mengenai
keuangan daerah.
1.5 Kerangka Teoritik 1.5.1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daeraer adalah salah satu dari sumber pendapatan..Yang dimaksud Pendapatan Asli Daerah PAD adalah penerimaan yang diperoleh dari
sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri. Pendapatan Asli Daerah tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Menurut Halim 2004: 67, ”Pendapatan Asli Daerah PAD ” adalah semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Menurut Kajatmiko2002 :77,”Pendapatan Asli Daerah PAD adalah penerimaan yang
Universitas Sumatera Utara
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Selanjutnya, menurut
Halim dan Nasir 2006:44, Pendapatan Asli Daerah adalah ”pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”. Dalam rangka melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Daerah, maka daerah harus melakukan maksimalisasi Pendapatan Asli Daerah. Maksimalisasi PAD dalam pengertian bahwa yang dimiliki oleh daerah dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan yang baru.
Peningkatan PAD dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1. Intensifikasi melalui upaya :
a. Pendataa dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah b. Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari
kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi. c. Mengintensifikasi penerimaan retribusi yang ada
d. Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang beluum memadai. 2. Penggalian sumber-sumber penerimaan yang baru ekstensifikasi. Penggalian
sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak menimbulkan ekonomi biaya yang tinggi. Sebab, pada dasarnya tujuan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian, upaya
ekstensifikasi lebih diarahkan pada upaya untuk mempertahankan potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
3. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat ini merupakan unsur penting mengingat bahwa paradigma yang
berkembang dalam masyarakat saat ini adalah bahwa pembayaran pajak dan retribusi merupakan hak daripada kewajiban masyarakat terhadap Negara, untuk
itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang dapat memberikan kepuasan dalam masyarakat.
1.5.2 Jenis- Jenis Pendapatan Asli Derah PAD
Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri 172006 adalah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasul kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut Halim 2004:67, Pendapatan Asli daerah dipisahkan menjadi empat pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan
hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah. Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh Halim sesuai dengan Kepmendagri 292002.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 P a j a k
Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah. Para ahli perpajakan memberikan pengertian atau definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun
demikian mempunyai arti atau tujuan yang sama. Diantaranya adalah sebagai berikut Munawir, 1998.
Menurut Rochmad Soemitro, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negaraperalihan kekayaan dari sektor peperintah berdasarkan Undang-undang
dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa imbalan yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Sementara itu menurut Soeparman Soemamidjaya, Pajak merupakan iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-
norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
S.I.Djajadiningrat mengatakan bahwa pajak sebagai dari pada kekayaan kepada negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari Negara
secara langsung untuk memlihara kesejahteraan umum. Selanjutnya Marihot P.Siagian 2004 :7, pajak daerah adalah pungutan dari
masyarakat oleh Negara pemerintah berdasarkan iuran yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat
prestasi kembali kontraprestasibalas jasa secara langsung yang hasilnya untuk
Universitas Sumatera Utara
membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.
Menurut PJA.Adriani, pajak adalah iuran pada Negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak dapat prestasi kembali langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
pemerintahan, Dari pengertian-pengertian pajak yang telah dijelaskan oleh para ahli di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pajak adalah : 1. Pajak dipungut oleh Negara berdasarkan kekuatan Undang-undang serta
aturan pelaksanaannya. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi
individual oleh Pemerintah. 3. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pembayaran pemerintah, bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk membiayai public investment , sehingga tujuan utama dari pemungutan pajak adalah sebagai sumber
keuangan Negara maupun daerah. 4. Pajak dipungut disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang. 5. Pajak merupakan kewajibaan masyarakat yang apabila diabaikan akan
terkena sanksi sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
1.5.4. Fungsi Pajak
Dari segi ekonomi, pemerintah mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menagatasi masalah inefisiensi dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi,
mendistribusikan penghasilan dan kekayaan kepada masyarakat sehingga tercapai masyarakat yang adil dan makmur. Selain itu, pemerintah juga berfungsi untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari fluktuasi perekonomian dan menjaga atau menjamin tersedianya lapangan kerja memperkecil tingkat
pengangguran serta menjaga stabilitas harga. Fungsi tersebut disebut sebagai Fiscal Function Musgrave dan Musgrave ,1989. Secara lebih rinci fungsi kebijakan yang
dijalankan oleh pemerintah adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Alokasi
Apabila semua penyediaan barang dan jasa diserahkan pada ekonomi pasar, penyediaan barang dan jasa dan besarnya harga akan ditentukan sepenuhnya oleh
preferensi konsumen dan tingkat penghasilannya, serta kepentingan produsen untuk meraup keuntungan. Jika hal ini terjadi, maka sudah dapat dipastikan akan ada
barang-barang atau jasa tertentu tidak tersedia di pasar. 2. Fungsi Distribusi
Selain masalah alokasi, pemerintah juga mempunyai tanggung jawab untuk mendistibusikan pendapatan dan kesejahteraan dalam masyarakat secara adil dan
merata, khususnya bagi golongan menengah ke bawah yang jumlahnya sangat besar berbading terbalik dengan golongan menegah ke atas. Ketidak sempurnaan pasardapat
menyebabkan penumpukan kekayaan pada salah satu golongan atau kelompok masyarakat saja. Apalagi jika pemupukan kekayaan ini juga terjadi karena adanya
Universitas Sumatera Utara
monopoli.Akibatnya, kesenjangan antar golongan akan semakin melebar. Konsep pemerataan hasil pembangunan merupakan dasar dari fungsi ini. Hal ini didasari
karena terdapatnya perbedaan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan antara satu orang dengan orang lain.
Melalui pemungutan pajak, Negara bisa menyediakan pelayanan kesehatan yang murah dan pendidikan yang terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat.
Negara juga bisa memberikan subsidi atas pengadaan rumah murah dan barang- barang kebutuhan pokok lainnya. Inilah yang disebut dengan fungsi distribusi.
3. Fungsi Stabilisasi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dari tujuan dari pembangunan
disamping pemerataan. Pemerintah akan selalu berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tertentu dari tahun ke tahun. Disamping itu, penyediaan
lapangan kerja yang cukup juga merupakan sisi lain dari pembangunan ekonomi. Masalah pengangguran, inflasi, pertumbuhan ekonomi, suplai dana, nilai tukar dan
masih banyak aspek makro ekonomi lainnya tidak bisa diselesaikan oleh pasar secara otomatis sehingga pemerintahlah yang harus menangani hal-hal tersebut. Ini
merupakan fungsi stabisasi pemerintah. 4. Fungsi Regulasi
Seringkali produsen tidak sepenuhnya menanggung biaya-biaya yang timbul akibat limbah pabrik yang berbahaya, yang merupakan ekses proses produksi suatu
barang. Dalam beberapa kasus masyarakat yang menanggung biaya atau efek sampingan tersebut. Jika hal tersebut terjadi, pemerintah juga yang harus bertanggung
jawab untuk menanggulangi hal tersebut. Dalam hal ini pasar tidak menangani
Universitas Sumatera Utara
masalah sekompleks itu dan pasar tidak mempunyai otoritas untuk membatasi dampak buruk tersebut dan menghukum setiap orang atau badan yang melakukannya. Hal ini
dikategorikan kegagalan pasar karena faktor eksternalitas. Dari uiraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pelaksanaan fungsi Negara atau Pemerintah, baik dalam fungsi alokasi, distribusi, stabilitas dan regulasi maupun kombinasi dari keempatnya.
1.5.5 Aza Pemungutan Pajak
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya. Sehingga terdapat keserasian
pemungutan pajak dengan tujuan dan asa yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan atas pajak tertentu. Adapun Asas-asas pemungutan pajak
hendaknya didasarkan : • Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar
pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil maksudnya bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk
pengeluaran pemerintah sebanding deng kepentingan dan manfaat yang diminta.
Universitas Sumatera Utara
• Certainty Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,
Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
• Convinience Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-
saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as you earn
• Economy Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban
pajak bagi wajib pajak diharapkan seminim mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.
Azas keadilan dalam prinsip perundang-undangan perpajakan maupun dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun keadailan itu sangat
relatif.
1.5.6. Pajak Daerah
Menurut Undang-undang No.34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang- undang No, 18 Tahun 1997 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah, pasal 1 ayat
6 adalah pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-uindangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan
pembangunan daerah.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah Perda, yang wewenang pemungutannya
dilaksanakan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan di daerah. Karena pemerintah daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah kabupatenkota, pajak
daerah di Indonesia dewasa ini juga dibagi menjadi dua, yaitu pajak Provinsi dan pajak Kabupatenkota.
Sesuai dengan Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah,
jenis-jenis pajak terdiri dari : a. Pajak Provinsi :
1. Pajak Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di atas Air 2. Bea balik Nama Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di atas Air
3. Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor 4. Pajak Pengambilan dan PemanfaatanAir Bawah tanah dan permukaan.
b. PajakKabupatenKota : 1. Pajak Hotel adalah pajak pelayanan hotel.
2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran 3. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan
4. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame
Universitas Sumatera Utara
5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan
jalan yang rekeningnya di bayar oleh pemerintah daerah. 6. Pajak Penggalian Bahan Galian Golongan C adalah pajak ats kegiatan
pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan per- Undang-undangan yang berlaku.
7. Pajak Perparkiran adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan tertentu,
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kenderaan bermotor dan garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran.
Relatif rendahnya kemampuan daerah dalam menggali kapasitas pajak daerah disebabkan karena rendahnya pendapatan per kapita, rendahnya
distribusi pendapatan, tingkat kepatuhan wajib pajak dan relatif lemahnya kebijakan perpajakan daerah.
1.5.7. Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atau pungutan atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel. Pengertian hotel disini termasuk juga
rumah penginanpan yang memungut bayaran. Pembahasan mengenai pajak hotel didasarkan pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah sebagaima telah diubah dengan Undang-undang
Universitas Sumatera Utara
Nomor 34 Tahun 2000; Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 Tentang Pajak daerah, khususnya pasal 38 – 42 dan Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 12 Tahun 2003. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel
disini termasuk juga rumah penginapan yang memungut bayaran. Pengenaan pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupatenkota yang ada di Indonesia
Marihot P.Siagian : 2005. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupatenkota untuk tidak mengenakan suatu jenis pajak
kabupatenkota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah tentang pajak hotel, peraturan akan menjadi alasan hukum operasional dan teknis pelaksanaan
pengenaan dan pemungutan pajak hotel di daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
1.5.8 Objek Pajak Hotel
Objek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel Marihot P,Siagian : 2005. Objek pajak sebagaimana dimaksud meliputi :
a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek, antara lain : gubuk pariwisata cottage, motel, wisma pariwisata, pesangrahan hostel,
losmen dan rumah penginapan termasuk rumah kost dengan jumlah kamar 15 atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.
b. Pelayanan penunjang antara lain, telepon, faxcimile, fotocopy, pelayanan cuci, setrika, dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau dikelola oleh hotel.
c. Fasilitas olahraga dan hiburan antara lain pusat kebugaran, kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik yang disediakan atau dikelola oleh hotel.
Universitas Sumatera Utara
d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel. e. Penjualan makanan dan minuman di tempat yang disertai dengan
fasilitas peyantapan. Pada Pajak Hotel, tidak semua pelayanan yang diberikan oleh penginapan
dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak yaitu : a. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan fasilitas tempat tinggal lainnya
yang tidak menyatu dengan hotel. b. Pelayan tinggal di asrama dan pondok pesanteren
c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan di hotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran.
d. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipakai oleh umum di hotel. e. Pelayan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat
dimanfaatkan oleh umum.
1.5.9 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel
Pada pajak hotel, yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel. Secara sederhana yang menjadi
subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha hotel. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak adalah
pengusaha hotel, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa
penginapan. Dengan demikina, Subjek pajak dan Wajib pajak pada hotel tidak sama.
Universitas Sumatera Utara
Konsumen yang menikmati pelayan hotel merupakan Subjek pajak yang menanggung pajak sedangkan pengusaha hotel bertindak sebagi Wajib pajak yang diberi
kewenanga memungut pajak dari konsumen subjek pajak dan melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya.
Namun dalam Peraturan Pemerintah N0.65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksud Wajib Pajak Hotel hanya pengusaha hotel. Pada hal secara logika
kedua-duanya merupakan Wajib Pajak . Bagi pembayar hotel merupakan Wajib Pajak WAPA langsung sedangkan bagi pengusaha hotel merupakan Wajib Pungut
WAPU langsung. Pengusaha Hotel ini langsung berkewajiban menyetorkan Pajak Hotel ini ke kas daerah.
Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya Wajib Pajak dapat mewakili oleh pihak tertentu yang diperkirakan oleh Undang-undang dan Peraturan Daerah
tentang pajak Hotel. Wakil Wajib Pajak bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara langsung atas pembayaran pajak terhutang. Selain itu, Wajib Pajak dapat
menunjuk seorang kuasa dan dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
Dasar pengenaan dan tarif pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.12 tahun 2003 tentang
Pajak maka tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10 sepuluh persen.
1.5.10 Retribusi Daerah
Menurut Yani 2002:55, Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan danatau diberikan oleh pemerintah ntuk kepentingan pribadi
Universitas Sumatera Utara
atau badan. Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, jenis pendapatan retribusi untuk kabupatenkota meliputi objek pendapatan berikut :
• Retribusi Pelayanan Kesehatan • Retribusi Pelayanan PersampahanKebersihan
• Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP • Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan Sipil
• Retribusi Pelayan Pemakaman • Retribusi Pengabuan Mayat
• Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi jalan Umum • Retribusi Pelayanan pasar
• Retribusi Pengujian Kenderaan Bermotor • Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
• Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta • Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
• Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah • Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir atau Pertokoan
• Retribusi Jasa Usaha Tempat pelelangan • Retribusi Jasa Usaha Terminal
• Retribusi Jasa Usaha Khusus Parkir • Retribusi Jasa Usaha Tempat PenginapanPesenggrahanVilla
• Retribusi Jasa Usaha Penyedotan Kakus • Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan
Universitas Sumatera Utara
• Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan Kapal • Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olah raga
• Retribusi Jasa Usaha Penyeberangan di Atas Air • Retribusi Jasa Usaha Pengolahan Limbah cair
• Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha daerah • Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
• Retribusi Izin Tempat penjualan Minuman Beralkohol • Retribusi Izin gangguan
• Retribusi Izin Trayek.
1.5.11. Hasil Perusahaah Milik Daerah Dan hasil Pengelolaan Milik Daerah Yang dipisahkan
Menurut Halim 2004 : 68, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut : • Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah
• Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank • Bagian Laba Keuangan Non-Bank
• Bagian Laba atas Penyertaan Modal Investasi Sumber penerimaan PAD yang lainnya yang menduduki peran penting
Universitas Sumatera Utara
setelah pajak dan retribusi daerah adalah bagian Pemerintah Daerah atas laba Badan Usaha Milik Daerah BUMD. Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, hasil
perusahaan Milik Daerah dan Hasil kekayaan Milik daerah yang dipisahkan atau bagian laba BUMD merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan
milik daerah dan pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan. BUMD merupakan badan usaha yang didirikan seluruhnya atau
sebagian dengan modal daerah. Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah. Selain
itu, BUMD juga merupakan cara yang lebih efisien dalam melayani masyarakat, dan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah. Bagian laba BUMD tersebut
digunakan untuk membiayai pembangunan daerah dan anggaran belanja daerah, setelah dikurangi dengan penyusutan, dan pengurangan lai yang wajar dalam BUMD.
BUMD sebenarnya juga merupakan salah satu potensi sumber keuangan bagi daerah yang perlu terus ditingkatkan guna mendukung pelaksanaan otonomi
daerah. Besarnya kontriobusi laba BUMD dalam Pendapatan Asli daerah dapat menjadi indikator dan lemahnya BUMD dalam suatu daerah.
Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut : • Bagian Laba Perusahaan Milik daerah
• Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank • Bagian Laba Keuangan Non Bak
• Bagian Laba atas Penyertaan ModalInvestasi
Universitas Sumatera Utara
1.5.12 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah
Menurut Halim 2004 :69, pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi
objek pendapatan berikut : 1 Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan,
2 Penerimaan jasa giro 3 Penerimaan bunga deposito
4 Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 5 Penerimaan ganti rugi atas kerugiankehilangan kekayaan daerah.
Menurut Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan daerah, lain-lainm pendapatan asli daerah yang sah
meliputi : • Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
• Jasa giro, • Pendapatan bunga,
• Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan • Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah.
Salah satu kelemahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan PAD adalah kelemahan dalam hal pengukuran penilaian atas pengutan daerah. Untuk mendukung
upaya peningkatan PAD perlu diadakan pengukuran atau penilaian sumber-sumber
Universitas Sumatera Utara
PAD agar dapat dipungut secara berkesinambungan. Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk menilai pajak daerah yaitu Devas, 1989 :
1. Hasil Yield Memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya dengan berbagai layanan
yang dibiayai, stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besarnya hasil itu, dan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk dan sebagainya, juga
perbandingan hasil pajak dengan biaya pungut. 2. Keadilan Equity
Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang- wenang, pajak harus adil secara horizontal, artinya beban pajak haruslah sama antara
berbagai kelompok, yang berada tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama, adil secara vertikal artinya beban pajak harus lebih banyak ditanggung oleh kelompok
yang memiliki sumberdaya yang lebih besar, dan pajak haruslah adil dari suatu daerah ke daerah lain kecuali memang suatu daerah mampu memberikan fasilitas
pelayanan sosial tinggi. 3. Daya Guna Ekonomi Economic Efficiency
Pajak hendaknya mendorong atau setidak-tidaknya tidak menghambat penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi,
mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan oilihan produsen salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung dan memperkecil ”beban”:lebih pajak.
4. Kemampuan Melaksanakan Ability to Implement
Universitas Sumatera Utara
Suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan baik dari sudut keamanan politik dan keamanan administratif.
5. Kecocokan sebagai Sumber Penerimaan Daerah Suitability as a Local Revenue Source.
Ini berarti haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus dibayarkan, dan tempat pemungutan pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban
pajak. Pajak tidak mudah dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah ke daerah lain, pajak daerah hendaknya tidak mempertajam perbedaan-
perbedaan antar daerah dari segi potensi ekonoi masing-masing, dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah.\
1.5.13 Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah PP
N0.105 Tahun 2000. Menurut Jaya 1999: 11 dalam Munir, dkk 2004:6, keuangan daerah adalah
seluruh tatanan , perangkat kelembagaan dan kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi pendapatan dan belanja daerah. Menurut Mmamesah 1995:16 keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan
Universitas Sumatera Utara
daerah sepanjang belum dimilikidikuasai oleh Negara atau daerah yang lebih tinggiiii, serta pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan berlaku.
Mardiasmo 2000: 3 dalam Munir,dkk 2004 : 6, mengatakan bahwa dalam pemeberdayaan pemerintah daerah ini, maka perspektif perubahan yang diinginkan
dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah adalah : 1. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan public
2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan anggaran daerah pada khususnya.
3 Disentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran pada partisipan yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan
perangkat daerah lainnya.
4. Kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar,
transparansi dan akuntabilitas. 5. Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH, dan PNS daerah ,
baik rasio maupun dasar pertimbangannya. 6. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan
anggaran multi-tahunan. 7. Prinsip pengadaan pengelolaan barang daerah yang lebih profesional.
Universitas Sumatera Utara
8. Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating
kinerja anggaran dan transparansi informasi anggaran kepada publik. 9. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan,
peran asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan. 10. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan
informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi.
Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk 1989 :
279-280 adalah sebagai berikut : 1. Tanggung jawab
Pemerintah Daerah harus mempertanggungjawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang berkepentingan sah, lembaga atau
orang itu adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum.
Universitas Sumatera Utara
2. Mampu memenhui kewajiban keuangan Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan.
3. Kejujuran Hal - hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya
harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya. 4. Hasil Guna dan Daya Guna
Merupakan tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan
tujuan pemerintah daerah dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-secepatnya.
5. Pengendalian Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD, dan petugas pengawasan
harus melakukan penegndaklian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai.
1.5.14 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial Singarimbun,1995 : 37. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memberikan batasa yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan, maka penulis mendefinisikan konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Pajak Hotel Iuran wajib yang diberikan pengusaha hotel kepada daerah tanpa balas jasa
secara langsung yang dapat dipaksakan betrdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku untuk membiayai penyelenggaraan pemerinta dan pembangunan
daerah serta besarnya tarif yang ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah. 2. Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan daerah yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri seperti pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, dan pendapatan
lain-lain yang sah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.5.15 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana Mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui
indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel - variabel tersebut Singarimbun, 1996,1995:46.
Variabel – variabel dalam penelitian ini adalah Pajak Hotel, dan Pendapatan Asli daerah. Untuk mengukur hubungan antar variabel, maka
penulis merinci indikator-indikator dari setiap variabel sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Pajak Hotel antara lain meliputi proses pembayaran pajak, proses penagihan paja dan pengawasa pajak yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota
Medan. 2. Pendapatan Asli Daerah ;
Kendala yuang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Asli daerah dan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli daerah PAD
serta kontribusi pajak hotel terhadap penerimaan pajak daerah.
1.5.16 Sistematika Penulisan BAB- I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari uraian tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Peneltian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep,
Definisi Opreasional, dan Sistematika Penelitian.
BAB - II METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang Bentuk peneltian, Lokasi Penelitian, Teknik Pengumpulan data, dan Teknik Analisas data yang diterapkan dalam
penelitia ini.
BAB – III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan gambaran umum dan karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat maupun keadaan wilayah kota Medan
Universitas Sumatera Utara
BAB – IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan penyajian data yang diperoleh selama penelitian dan menganalisanya berdasarkan metode yang penulis gunakan.
BAB – V ANALISA DATA
Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data yang disajikan pada Bab – IV.
BAB – VI PENUTUP
Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan sasaran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB – II METODE PENELTIAN
2.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode
penelitian deskriptif yang menggambarkan kenyataan yang penulis teliti.
Metode deskriptif memusatkan penelitian pada masalah-masalah atau fenomena- fenomena yang ada pada saat peneltian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual,
kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki serta diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dimana penelitian ini menjelaskan keadaan
dari objek penelitian dan mencoba menganalisis untuk memberitahu kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.
2.2. Lokasi Penelitian