4.2. Reaksi Flavoring
4.2.1. Hasil Penentuan Komposisi Prekursor Terbaik
Hasil uji sensori dan analisa proksimat kaldu nabati berflavor analog ayam setelah reaksi flavoring ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji Sensori dan Karakteristik Kaldu Nabati Berflavor Analog Ayam Hasil Reaksi Flavoring Selama 3 Jam pada Suhu 100°C.
Jenis Formula FAT FAC
Jenis Komponen
A
1
A
2
A
3
A
4
A
5
B
1
B
2
B
3
B
4
B
5
Padatan Kering
22,44 19,88 21,89 19,19 21,45 20,27 21,45 21,29 17,18 22,14 N-Amino
mgmL, Berat
Kering 2,40 6,32 3,08 4,30 2,59 2,98 7,74 3,17 5,29 2,75
Gula Pereduksi
mgmL 33,75 31,25 44,37 30,62 33,75 40,00 47,50 39,37 35,00 35,62
Protein Terlarut
mgmL 20,50 18,50 21,50 21,25 19,50 21,00 20,75 21,00 18,75 22,25
Protein Total
Protein Kering
19,09 29,64 13,41 25,64 24,66 23,29 23,88 22,80 28,18 20,63 Lemak
0,14 0,24 0,19 0,23 0,18 0,14 0,25 0,18 0,24 0,16 Garam
4,34 3,18 4,71 2,91 3,58 4,31 3,04 4,35 2,38 4,37 Deskripsi
Aroma Analog
Ayam - 1 2 3 - - 1 2 3 -
FAT : Flavor Analog dengan formula mengandung Taurin; FAC : Flavor Analog dengan formula mengandung Vitamin C
1 = Agak Kuat, 2 = Kuat, 3 = Sangat Kuat , 4 = Tajam
Berdasarkan hasil analisa sensori dan komposisi kimia diperoleh 2 jenis komposisi formulasi terbaik yaitu FAT formula A4 campuran sistein:taurin 0,75
: 0,25 , tiamin 1 , glukosa 0,5 dan FAC formula B4 campuran sistein:vitamin C 0,75 : 0,25 , tiamin 1 , glukosa 0,5 . Formula
35
terbaik diperoleh karena intensitas aroma analog daging ayam yang kuat serta kandungan N-amino, protein dan gula reduksi yang tinggi.
4.2.2. Hasil Analisa Variasi pH dan Waktu Kondisi Optimum Reaksi Untuk Formula A4 dan B4.
Analisa yang dilakukan pada setiap sampel autolisat formula A4 dan B4 hasil sampling meliputi analisa sensori, komposisi kimia dan analisa GC-MS.
Hasil analisa sensori ditunjukkan pada Lampiran 3.
4.2.2.1 Analisa Komposisi kimia
4.2.2.1.1. Pengaruh Jenis Formula, pH dan Waktu Proses terhadap Kadar
Padatan Kering.
Kadar padatan kering berhubungan erat dengan kadar air bahan. Padatan kering dihitung berdasarkan pengurangan berat sampel setelah dipanaskan dengan
kadar air. Semakin besar jumlah padatan kering maka kadar air menjadi lebih kecil sehingga dapat menambah keawetan produk pangan.
Dari uji statistik diperoleh F
hitung
F
tabel
pada taraf nyata 5 , maka Ho diterima ditunjukkan pada Tabel 32 Lampiran 4. Hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata dari pH B, waktu reaksi C serta interaksi antara pH dan waktu reaksi BC terhadap kadar padatan kering autolisat berflavor analog ayam.
Kadar padatan kering autolisat Flavor Analog Ayam FAA secara umum mengalami penurunan. Tabel 11 menunjukkan bahwa formula A4 mengalami
penurunan kadar padatan total secara umum pada kondisi pH 4 dan 5, sedangkan pada kondisi pH 4,5 kadar padatan total meningkat pada waktu proses 1 jam
kemudian mulai menurun pada waktu proses 2 dan 3 jam. Sedangkan kadar padatan kering formula B4 mengalami penurunan pada semua kondisi pH mulai
dari 0, 1, 2 dan 3 jam. Penurunan ini juga diduga karena adanya penambahan
36
padatan yang berasal dari prekursor flavor yaitu sekitar 4 gram sehingga menyebabkan kadar air menjadi berkurang.
Tabel 11. Kadar Padatan Kering Autolisat Berflavor Analog Ayam.
Kadar Padatan Kering Waktu Proses jam
Jenis Form.ula
pH 0 1 2 3
4 22,45 21,99 21,17 20,81
4,5 21,43 22,71 22,66 20,22
FAT A
4
5 21,74 21,65 20,11 19,19
4 21,43 21,63 21,11 21,24
4,5 22,18 22,49 21,63 20,82
FAC B
4
5 22,61 21,10 18,88 17,18
Jumlah rata-rata kadar padatan kering FAT formula A4 saat 3 jam reaksi flavoring lebih tinggi dibandingkan dengan FAC formula B4. Hal ini diduga
karena adanya perbedaan komposisi masing-masing formula, dimana pada formula A4 pengaruh penambahan taurin sebagai pendukung sistein
meningkatkan massa padatan karena adanya protein yang terdenaturasi atau mengendap akibat proses pemanasan.
4.2.2.1.2. Pengaruh Jenis Formula, pH dan Waktu Proses terhadap Kadar
N-Amino
Kandungan Nitrogen amino dalam autolisat Flavor Analog Ayam FAA merupakan hasil hidrolisis protein menjadi asam amino, sehingga berperan juga
sebagai pemberi cita rasa terhadap autolisat FAA. Dari uji statistik diperoleh F
hitung
F
tabel
pada taraf nyata 5 , maka Ho diterima ditunjukkan pada Tabel 33 Lampiran 5. Hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata dari pH B, waktu reaksi C serta interaksi antara pH dan waktu reaksi BC terhadap kadar N-amino autolisat berflavor analog ayam.
Kadar N-Amino pada autolisat berflavor analog ayam bersifat fluktuatif. Tabel 12 menunjukkan kadar N-amino autolisat FAA formula A4 pada pH 4
37
mengalami peningkatan pada waktu reaksi 1 jam dan 2 jam kemudian mengalami penurunan saat 3 jam. Pada pH 4,5 kadar N-amino mengalami penurunan pada
jam ke-1, tetapi kadarnya semakin meningkat pada jam ke-2 dan ke-3. Pada pH 5 kadar N-amino menurun saat waktu reaksi 1 jam lalu meningkat pada saat 2 jam
dan terjadi penurunan kembali saat 3 jam. Fluktuasi ini dapat disebabkan oleh lamanya pemanasan dan suhu proses flavoring. Peningkatan suhu dari 60-80°C
menyebabkan reaksi Maillard meningkat, dan pemanasan pada suhu yang lebih tinggi serta waktu pemanasan yang semakin lama tidak hanya meningkatkan
reaksi kimia tapi juga melepaskan asam-asam amino bebas. Pemecahan protein menjadi asam-asam amino dan senyawa-senyawa flavor pada terjadi pada jam ke-
1 dan ke-2, kemudian terjadi penurunan pada jam ke-3 karena asam-asam amino dan senyawa-senyawa flavor telah habis bereaksi Schieberle, 1992.
Tabel 12. Kadar N-Amino Autolisat Berflavor Analog Ayam.
Kadar N-Amino mgmL, Berat Kering Waktu Proses jam
Jenis Formula
pH 0 1 2 3
4 3,65 3,84 4,10 3,29
4,5 4,29 3,24 3,67 3,81
FAT A
4
5 10,33 7,06 8,73 4,30
4 3,29 4,35 3,94 3,96
4,5 3,52 3,08 4,02 4,18
FAC B
4
5 4,95 3,53 7,48 5,29
Tabel 12 menunjukkan kadar N-amino autolisat FAA formula B4 pada pH 4 mengalami peningkatan pada waktu proses 1 jam kemudian mengalami
penurunan saat 2 jam. Pada pH 4,5 kadar N-amino autolisat mengalami penurunan pada jam ke-1, tetapi kadarnya semakin meningkat pada jam ke-2 dan ke-3. Pada
pH 5 terjadi penurunan kadar N-amino saat 1 jam lalu terjadi peningkatan drastis pada saat 2 jam dan terjadi penurunan kembali saat 3 jam. Fluktuasi ini juga dapat
38
disebabkan oleh lamanya pemanasan dan suhu proses flavoring. Peningkatan suhu dari 60-80°C menyebabkan reaksi Maillard meningkat, dan pemanasan pada suhu
yang lebih tinggi serta waktu pemanasan yang semakin lama tidak hanya meningkatkan reaksi kimia tapi juga melepaskan asam-asam amino bebas.
Pemecahan protein menjadi asam-asam amino dan senyawa-senyawa flavor pada terjadi pada jam ke-1 dan ke-2, kemudian terjadi penurunan pada jam ke-3 karena
asam-asam amino dan senyawa-senyawa flavor telah habis bereaksi Schieberle, 1992.
Jumlah rata-rata kadar nitrogen amino FAT formula A4 saat 3 jam reaksi flavoring lebih rendah dibandingkan dengan FAC formula B4. Hal ini terjadi
karena kandungan protein pada formula A4 telah habis bereaksi sebelum mencapai waktu 3 jam, sehingga kadar nitrogen amino yang terukur saat 3 jam
lebih rendah Schieberle, 1992.
4.2.2.1.3. Pengaruh Jenis Formula, pH dan Waktu Proses terhadap Kadar
Gula Pereduksi
Gula pereduksi merupakan hasil kerja enzim amilase yang mereduksi karbohidrat. Gula pereduksi merupakan molekul gula yang memiliki gugus
karboksil bebas yang reaktif seperti glukosa dan fruktosa Winarno, 1989. Dari uji statistik diperoleh F
hitung
B F
tabel
B pada taraf nyata 5 , maka Ho ditolak ditunjukkan pada Tabel 34 Lampiran 6. Hal ini memperlihatkan
adanya perbedaan nyata dari variasi pH terhadap kadar gula pereduksi autolisat FAA. Setelah itu dilakukan uji Duncan untuk mengetahui pengaruh variasi pH B
yang ditunjukkan pada Tabel 35 Lampiran 6. Keseluruhan rata-rata pengaruh waktu dan pH reaksi flavoring terhadap kadar gula pereduksi autolisat FAA
ditunjukkan pada Tabel 13.
39
Tabel 13. Pengaruh Waktu dan pH Proses terhadap Kadar Gula Pereduksi Autolisat Berflavor Analog Ayam
Nilai Rata-rata Perlakuan Waktu Proses jam
pH 0 1
2 3
4 31,25
a
38,125
a
45
a
35,625
a
4,5 51,25
ab
85,625
f
66,875
d
54,375
b
5 75
e
76,25
e
65
c
65,625
c
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 Uji LSR.
Perlakuan pH 4 tidak memberikan perbedaan nyata pada kadar gula pereduksi autolisat FAA selama 0, 1, 2 dan 3 jam reaksi tetapi pH 4,5
memberikan perbedaan nyata pada kadar gula pereduksi selama waktu reaksi flavoring 0, 1, 2 dan 3 jam, sedangkan pada perlakuan pH 5 perbedaan nyata
ditunjukkan pada waktu proses 0-1 jam serta 2-3 jam. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh jenis formula yang ditambahkan ke dalam autolisat. Semakin
rendah pH dan semakin lama pemanasan menyebabkan senyawa-senyawa karbonil yang dihasilkan semakin banyak karena molekul glukosa semakin terurai
Acree, 1993. Tabel 14 menunjukkan kadar gula pereduksi autolisat FAA formula A4
mengalami fluktuasi. Kadar gula pereduksi pada pH 4 terus mengalami peningkatan saat reaksi flavoring hingga 2 jam, kemudian mengalami penurunan
setelah 3 jam. Sedangkan kadar gula pereduksi pada pH 4,5 mengalami peningkatan saat 1 jam pemanasan, lalu semakin menurun hingga jam ke-3. Pada
pH 5 terus mengalami penurunan sejak awal proses jam ke-1 hingga jam ke-3. Menurunnya kadar gula pereduksi saat 3 jam proses secara umum disebabkan oleh
telah habisnya gula yang terpakai dalam reaksi Maillard Acree, 1993.
40
Tabel 14. Kadar Gula Pereduksi Autolisat Berflavor Analog Ayam.
Kadar Gula Pereduksi mgmL Waktu Proses jam
Jenis Formula
pH 0 1 2 3
4 14,37 16,25 17,50 11,87
4,5 30,00 36,87 24,37 20,62
FAT A
4
5 36,87 35,62 30,00 30,62
4 16,87 21,87 27,50 23,75
4,5 21,25 48,75 42,50 33,75
FAC B
4
5 38,12 40,62 35,00 35,00
Tabel 14 menunjukkan adanya peningkatan kadar gula pereduksi autolisat FAA formula B4 pada pH 4 mengalami peningkatan 2 jam reaksi flavoring,
kemudian mengalami penurunan setelah 3 jam reaksi. Pada pH 4,5 kadar gula pereduksi mengalami peningkatan saat 1 jam pemanasan, lalu mengalami
penurunan sampai jam ke-3. Pada pH 5 kadar gula pereduksi mengalami peningkatan saat 1 jam reaksi, kemudian stabil pada saat 2 jam dan 3 jam reaksi.
Menurunnya kadar gula pereduksi saat 3 jam proses secara umum disebabkan oleh telah habisnya gula yang terpakai dalam reaksi Maillard Acree, 1993.
Jumlah rata-rata kadar gula pereduksi FAT formula A4 saat 3 jam reaksi flavoring lebih rendah dibandingkan dengan FAC formula B4. Hal ini diduga
karena adanya vitamin C pada formula B4 yang bekerja sebagai agen pereduksi sama seperti glukosa, sehingga kadar gula pereduksi yang terukur setelah reaksi
menjadi lebih besar dibandingkan kadar gula pereduksi pada formula A4 yang tidak ditambahkan vitamin C. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara
reversibel menjadi asam L-dehidroaskorbat. Seperti halnya gula pereduksi yang memiliki gugus karbonil, maka semakin lama waktu pemanasan akan
menyebabkan gugus-gugus karbonil hasil pemecahan dari glukosa dan vitamin C semakin banyak Fessenden, 1982.
41
4.2.2.1.4. Pengaruh Jenis Formula, pH dan Waktu Proses terhadap Kadar
Protein Terlarut
Kadar protein terlarut pada autolisat Flavor Analog Ayam FAA ditentukan dengan menggunakan metode Lowry. Protein terlarut merupakan
seluruh peptida yang terlarut dalam air dan menjadi indikasi terjadinya hidrolisis dimana pada proses pemanasan yang semakin lama memungkinkan terjadinya
denaturasi Reed, 1991. Dari uji statistik diperoleh F
hitung
B F
tabel
B pada taraf nyata 5 , maka Ho ditolak ditunjukkan pada Tabel 36 Lampiran 7. Hal ini memperlihatkan
adanya perbedaan nyata dari variasi pH terhadap kadar protein terlarut autolisat FAA. Setelah itu dilakukan uji Duncan untuk mengetahui pengaruh variasi pH B
yang ditunjukkan pada Tabel 37 Lampiran 7. Keseluruhan rata-rata pengaruh waktu dan pH reaksi flavoring terhadap kadar protein terlarut autolisat FAA
ditunjukkan pada Tabel 15.
Tabel 15. Pengaruh Waktu dan pH Proses terhadap Kadar Protein Terlarut Autolisat Berflavor Analog Ayam
Nilai Rata-rata Perlakuan Waktu Proses jam
pH 0 1
2 3
4 35,75
a
34,75
a
36
a
36,75
a
4,5 34,10
a
34,25
a
36,25
a
36,75
a
5 39,50
a
45
b
41,25
ab
40
b
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 Uji LSR.
Perlakuan pH 4 dan 4,5 serta 5 dengan waktu reaksi flavoring 0 jam tidak memberikan perbedaan nyata pada kadar protein terlarut, tetapi pada pH 5 dengan
waktu reaksi 1, 2 dan 3 jam memberikan perbedaan nyata pada kadar protein terlarut. Adanya kemungkinan bahwa kandungan protein pada pH 5 yang belum
sepenuhnya terurai menjadi senyawa-senyawa flavor menyebabkan jumlah
42
kandungan protein terlarut yang terukur saat analisa memberikan perbedaan yang signifikan.
Tabel 16 menunjukkan terjadinya penurunan kadar protein terlarut pada waktu reaksi flavoring 2 jam kemudian meningkat pada waktu proses 3 jam untuk
formula A4 pada kondisi pH 4. Peningkatan kadar protein terlarut terus menerus selama proses terjadi pada formula A4 dengan kondisi pH 4,5. Sedangkan
penurunan kadar protein terlarut hanya terjadi pada waktu proses 2 jam untuk formula A4 dengan kondisi pH 5. Autolisat FAA formula B4 mengalami kenaikan
kadar protein terlarut hanya terjadi pada waktu reaksi 2 jam dengan kondisi pH 4 dan 4,5. Sementara pada pH 5 hanya terjadi peningkatan kadar protein terlarut
pada waktu reaksi 1 jam. Perubahan ini dapat terjadi karena semakin lamanya waktu pemanasan dan semakin tingginya suhu pemanasan yang meningkatkan
jumlah asam amino, sehingga asam amino yang dapat larut didalam air akan mengalami reaksi lanjutan dengan gula pereduksi untuk membentuk senyawa
flavor Reed, 1991.
Tabel 16. Kadar Protein Terlarut Autolisat Berflavor Analog Ayam.
Kadar Protein Terlarut mgmL Waktu Proses jam
Jenis Formula
pH 0 1 2 3
4 18,25 17,75 17,50 18,25
4,5 15,60 16,75 17,75 19,50
FAT A
4
5 19,25 21,75 19,25 21,25
4 17,50 17,00 18,50 18,50
4,5 18,50 17,50 18,50 17,25
FAC B
4
5 20,25 23,25 22,00 18,75
Jumlah rata-rata kadar protein terlarut FAT formula A4 saat 3 jam reaksi flavoring lebih tinggi dibandingkan dengan FAC formula B4. Hal ini disebabkan
karena adanya kontribusi taurin pada formula A4 sehingga kadar protein terlarut
43
yang terukur setelah reaksi menjadi lebih besar dibandingkan kadar protein terlarut pada formula B4 yang tidak ditambahkan taurin.
4.2.2.1.5. Pengaruh Jenis Formula, pH dan Waktu Proses terhadap Kadar
Total Protein.
Dari uji statistik diperoleh F
hitung
F
tabel
pada taraf nyata 5 , maka Ho diterima ditunjukkan pada Tabel 38 Lampiran 8. Hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata dari pH B, waktu reaksi C serta interaksi antara pH dan waktu reaksi BC terhadap kadar total protein autolisat berflavor analog ayam.
Tabel 17 menunjukkan kadar total protein autolisat FAA formula A4
mengalami peningkatan pada pH 4 dari waktu reaksi 1 jam hingga 3 jam. Pada pH 4,5 hanya terjadi penurunan kadar total protein pada waktu proses 2 jam,
sedangkan pada kondisi pH 5 terjadi penurunan kadar total protein hanya pada waktu proses 3 jam. Peningkatan kadar total protein pada 1 jam proses disebabkan
karena terjadi pemecahan seluruh protein menjadi asam amino maupun senyawa- senyawa prekursor flavor akibat semakin lamanya pemanasan yang menyebabkan
protein terhidrolisis sehingga saat proses 3 jam kadar protein terlarut semakin lama semakin menurun karena telah habis bereaksi membentuk senyawa flavor
Reed, 1991.
Tabel 17. Kadar Total Protein Autolisat Berflavor Analog Ayam.
Kadar Total Protein Protein Kering Waktu Proses jam
Jenis Formula
pH 0 1 2 3
4 25,04 26,23 26,41 27,63
4,5 24,50 27,82 25,78 28,09
FAT A
4
5 17,85 26,69 27,96 25,64
4 23,18 27,18 26,81 27,35
4,5 25,92 26,12 24,43 23,43
FAC B
4
5 24,22 26,36 24,95 28,18
44
Tabel 17 menunjukkan kadar total protein autolisat FAA formula B4 terus mengalami penurunan selama reaksi flavoring pada kondisi pH 4,5, sedangkan
pada kondisi pH 4 dan 5 penurunan kadar total protein hanya pada waktu proses 2 jam. Fluktuasi ini juga dapat disebabkan oleh pemecahan seluruh protein menjadi
asam amino maupun senyawa-senyawa prekursor flavor akibat semakin lamanya pemanasan yang menyebabkan protein terhidrolisis sehingga kadar protein terlarut
semakin lama semakin menurun karena telah habis bereaksi membentuk senyawa flavor Reed, 1991.
Jumlah rata-rata kadar total protein FAT formula A4 saat 3 jam reaksi flavoring lebih tinggi dibandingkan dengan FAC formula B4. Hal ini diduga
karena adanya kontribusi taurin pada formula A4 sehingga kadar total protein yang terukur setelah reaksi menjadi lebih besar dibandingkan kadar total protein
pada formula B4 yang tidak ditambahkan taurin.
4.2.2.1.6. Pengaruh Jenis Formula, pH dan Waktu Proses terhadap Kadar
Lemak.
Lemak atau lipid merupakan suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Fungsi lemak
adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asal lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, pemberi rasa lezat terutama
gurih dan memelihara suhu tubuh Lehninger, 1982. Salah satu metode penentuan kadar lemak adalah ekstraksi Soxhlet. Cara
ini sering digunakan untuk menganalisa kadar lemak dari suatu sampel karena cukup efisien dimana pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali.
Dari uji statistik diperoleh F
hitung
F
tabel
pada taraf nyata 5 maka Ho diterima ditunjukkan pada Tabel 39 Lampiran 9. Hal ini menunjukkan tidak ada
45
perbedaan nyata dari pH B, waktu reaksi C serta interaksi antara pH dan waktu reaksi BC terhadap kadar lemak autolisat berflavor analog ayam.
Tabel 18 menunjukkan kadar lemak autolisat berflavor analog ayam bervariasi. Kadar lemak autolisat FAA formula A4 dengan pH 4 tidak mengalami
perubahan yang signifikan selama reaksi flavoring , sedangkan pada kondisi pH 4,5 dan 5 kadar lemak cenderung menurun pada waktu proses 1 atau 2 jam.
Tabel 18. Kadar Lemak Autolisat Berflavor Analog Ayam.
Kadar Lemak Waktu Proses jam
Jenis Formula
pH 0 1 2 3
4 0,06 0,07 0,07 0,08
4,5 0,06 0,06 0,08 0,09
FAT A
4
5 0,24 0,22 0,16 0,23
4 0,06 0,06 0,02 0,02
4,5 0,12 0,11 0,21 0,17
FAC B
4
5 0,26 0,26 0,25 0,24
Tabel 18 menunjukkan bahwa autolisat FAA formula B4 dengan kondisi pH 4 dan 5 kadar lemaknya cenderung terus menurun, sedangkan peningkatan
terjadi pada pH 4,5 saat reaksi flavoring 2 jam. Penurunan kadar lemak yang terjadi pada FAA formula A4 dan B4 dapat disebabkan oleh teroksidasinya lemak
menjadi asam lemak maupun ester asam lemak yang berperan sebagai flavor gurih pada autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam Sugita, 2002.
Jumlah rata-rata kadar lemak FAT formula A4 saat 3 jam reaksi flavoring tidak jauh berbeda dengan FAC formula B4, karena pada umumnya kadar lemak
tidak dipengaruhi oleh penambahan komponen-komponen prekursor.
4.2.2.1.7. Pengaruh Jenis Formula, pH dan Waktu Proses terhadap Kadar
Garam.
Kadar garam yang terdapat pada autolisat berflavor analog ayam FAA berasal dari proses fermentasi garam moromi. Garam yang digunakan selain
46
berfungsi sebagai pemberi rasa gurih tetapi juga berfungsi untuk meminimalkan jumlah mikroba tidak tahan garam maupun mikroba patogen yang dapat
mengkontaminasi kaldu kasar selama proses fermentasi berlangsung. Dari uji statistik diperoleh F
hitung
F
tabel
pada taraf nyata 5 maka Ho diterima ditunjukkan pada Tabel 40 Lampiran 10. Hal ini menunjukkan tidak
ada perbedaan nyata dari pH B, waktu reaksi C serta interaksi antara pH dan waktu reaksi BC terhadap kadar garam autolisat berflavor analog ayam.
Kadar garam cenderung sangat bervariasi untuk kedua jenis formula dengan berbagai kondisi pH serta di setiap waktu sampling seperti yang
ditunjukkan olah Tabel 19. Kadar garam autolisat FAA formula A4 mengalami penurunan saat reaksi flavoring 2 jam pada pH 4 dan pH 5, sedangkan kadar
garam mengalami peningkatan saat reaksi flavoring 2 jam pada pH 4,5.
Tabel 19. Kadar Garam Autolisat Berflavor Analog Ayam.
Kadar Garam NaCl Waktu Proses jam
Jenis Formula
pH 0 1 2 3
4 3,05 3,31 3,18 3,31
4,5 3,18 3,05 3,44 3,31
FAT A
4
5 3,05 3,18 2,78 2,91
4 2,65 3,18 3,44 3,44
4,5 2,91 2,65 2,78 2,65
FAC B
4
5 2,55 3,44 2,65 2,38
Tabel 19 menunjukkan kadar garam autolisat FAA formula B4 mengalami peningkatan saat 2 jam reaksi flavoring pada pH 4 dan 4,5, sedangkan kadar
garam mengalami penurunan saat 2 jam reaksi flavoring pada pH 5. Fluktuasi yang terjadi pada kedua jenis formula diduga karena pengaruh kadar air autolisat
yang juga dapat mempengaruhi rasa kaldu berflavor analog ayam. Selain itu diduga berasal dari penambahan NaOH saat pengaturan pH dan penggunaan
47
tiamin-HCl, sehingga terjadi reaksi asam-basa antara Na
+
dan Cl
-
menghasilkan garam NaCl Heinze, 1978.
Na
+
OH
-
+ H
+
Cl
-
→ NaCl + H
2
O 4.2.2.2.
Analisa Senyawa Volatil dengan GC-MS
Analisa ekstrak metanol dari autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam menggunakan GC-MS dilakukan untuk mengetahui senyawa volatil apa saja yang
terkandung di dalam autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam. Pemilihan sampel yang akan diinjeksikan ke dalam GC-MS didasarkan atas analisa
deskriptif, kadar N-amino dan gula reduksi. Sampel yang dipilih adalah yang memiliki intensitas flavor analog ayam sangat kuat, hal ini bertujuan untuk
meminimalkan kemungkinan berkurang ataupun hilangnya flavor jika autolisat kaldu nabati
berflavor analog ayam mengalami proses lanjutan seperti pengeringan maupun pembuatan pasta. Sedangkan pemilihan sampel yang
didasarkan atas kadar N-amino dan gula pereduksi dilakukan untuk mengindikasikan senyawa-senyawa flavor apa saja yang dihasilkan akibat reaksi
Maillard antara asam amino dengan gula pereduksi selama proses flavoring berlangsung. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, kemudian ditetapkan dua
sampel yang diinjeksikan ke dalam GC-MS yaitu formula A4 sistein 0,75 : taurin 0,25, tiamin 1, glukosa 0,5 dengan kondisi pH 4 serta waktu proses 3
jam dan formula B4 sistein 0,75 : vitamin C 0,25, tiamin 1, glukosa 0,5 dengan kondisi pH 4,5 serta waktu proses 3 jam.
Konsentrasi maupun jenis prekursor sangat berpengaruh terhadap intensitas dan kualitas flavor yang terbentuk, namun ada pula faktor fisik dan
kimia lainnya yang berpengaruh terhadap intensitas dan kualitas flavor akhir yaitu
48
pH dan temperatur. pH proses flavoring yang semakin rendah akan meningkatkan jumlah senyawa karbonil, selain itu akan meningkatkan jumlah senyawa yang
mengandung sulfur dan nitrogen. Peningkatan temperatur bukan hanya mempengaruhi intensitas flavor tetapi juga keseimbangan senyawa flavor. Selain
meningkatkan laju reaksi tetapi juga menguraikan asam amino bebas dan prekursor lainnya. Efek antioksidatif produk reaksi Maillard mulai menghambat
reaksi oksidasi lemak pada suhu diatas 77° C Farmer, 1999. Dari hasil analisa formula A4 sistein 0,75 : taurin 0,25, tiamin 1,
glukosa 0,5 dengan kondisi pH 4 pada waktu proses 3 jam dengan GC-MS, diperoleh 46 senyawa yang ditunjukkan oleh 46 puncak pada kromatogram GC-
MS. Kromatogram formula A4 ditunjukkan oleh Gambar 8.
Gambar 8. Kromatogram Hasil Analisa Senyawa Volatil dengan GC-MS Formula A4 sistein 0,75 : taurin 0,25, tiamin 1, glukosa 0,5 dengan kondisi pH 4
dan waktu proses 3 jam.
Senyawa volatil yang terdapat pada autolisat formula A4 sistein 0,75 : taurin 0,25, tiamin 1, glukosa 0,5, pH 4 dan waktu proses 3 jam terdiri dari
beberapa jenis senyawa diantaranya senyawa yang mengandung sulfur 4 senyawa Tabel 20. Senyawa flavor yang mengandung sulfur dihasilkan dari
49
reaksi termal antara sistein, tiamin dan taurin dengan senyawa-senyawa dikarbonil hasil reaksi Maillard. Senyawa ini berperan sebagai penyumbang aroma “daging”
pada autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam Farmer, 1999. Senyawa yang termasuk asam-asam organik dan ester 18 senyawa Tabel
20, senyawa-senyawa ini dihasilkan dari oksidasi lipid dan gula pereduksi. Senyawa yang mengandung nitrogen 7 senyawa Tabel 20. Senyawa-senyawa
ini dihasilkan dari reaksi termal antara sistein, tiamin dan taurin dengan senyawa- senyawa dikarbonil hasil reaksi Maillard. Selain senyawa yang mengandung
sulfur, senyawa-senyawa ini juga berperan sebagai penyumbang aroma “daging” pada autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam Farmer, 1999.
Senyawa aldehid dan keton 7 senyawa Tabel 20. Senyawa ini terutama dihasilkan dari oksidasi lipid. Produk oksidasi lipid dipengaruhi pH dalam
pembentukan aldehid tak jenuh, selain itu juga berperan sebagai penyumbang aroma “gurih” pada autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam Farmer, 1999.
Senyawa alkohol 7 senyawa Tabel 20 yang berasal dari oksidasi lipid dimana terjadi pemecahan triasilgliserol menjadi gliserol maupun berasal dari gula
pereduksi Lehninger, 1982. Selain itu diduga berasal dari masa fermentasi kacang hijau yang terlalu lama. Senyawa piran 1 senyawa dan senyawa furan 1
senyawa Tabel 21 yang dihasilkan dari reaksi termal gula pereduksi, vitamin C maupun asam amino Schieberle, 1992.
Tabel 20. Komponen Senyawa Volatil pada Autolisat Kaldu Nabati Flavor Analog Ayam Formula A4, pH 4 pemanasan 3 jam.
Jenis Senyawa
Jumlah Nomor
Puncak Waktu
Retensi Nama Senyawa
Rumus Molekul
BM m.k
Senyawa Sulfur
31,99 12
13 17
12,878 13,450
14,875 - 5-2-kloroetil-4-metil
tiazol - 4-metil-5-2-hidroksietil
tiazol - 5-metil-4-tiazol etanol
C
6
H8ClNS C
6
H
9
NOS C
8
H
11
NO
2
S 161
143 185
0,12 31,64
0,11
50
39 23,052
asetat - 2-hidroksimetil-5-
tionorbornan C
8
H
14
OS 158
0,12 Asam-
asam Organik
dan Ester 11,72
6 15
16 23
26 28
29 34
35 36
37 38
40
41 42
43 44
46 8,418
14,457 14,700
17,194 18,567
19,217 19,446
21,184 21,502
21,851 22,824
22,915 23,224
23,311 23,611
23,696 24,058
27,295 - Asam 2-oksopentandioat
- 3-alliloksi-1,1-dimetilbutil ester
- Asam dekanoat - Asam laurat
- Lauril asetat - Asam 8-feniloktanoat
- Asam miristat - Metil pentadekanoat
- Asam palmitat - Etil palmitat
- 9-dodesinil dikloroasetat - Metil-trans9-oktadekenoat
- Asam 9,12-
oktadekadienoat - Asam oleat
- Asam oktadekanoat - Asam E-11-heksadekenoat
- Etil stearat - Dioktil ptalat
C
5
H
6
O
5
C
11
H
20
O
3
C
10
H
20
O
2
C
12
H
24
O
2
C
14
H
28
O
2
C
14
H
20
O
2
C
14
H
28
O
2
C
16
H
32
O
2
C
16
H
32
O
2
C
18
H
36
O
2
C
14
H
22
Cl
2
O
2
C
19
H
36
O
2
C
19
H
34
O
2
C
16
H
30
O
2
C
18
H
36
O
2
C
18
H
34
O
2
C
20
H
40
O
2
C
24
H
38
O
4
146 200
172 200
228 220
228 256
256 284
292 296
294
254 284
282 312
390 0,25
0,11 0,10
0,67 0,19
0,10 0,36
0,21 2,18
0,16 0,06
0,12 2,22
1,52 3,17
0,12 0,06
0,12
Senyawa Nitrogen
4,8 8
18 20
22 30
32 33
45 10,806
15,203 15,883
16,222 19,567
20,585 20,818
24,669 - Asam siano-asetat 4-
benziloksi-3-metoksi- benziliden-hidrazid
- 2-3-metilbutil-3, 5- dimetilpirazin
- 2-furfurildehidrazino2- okso-n-propilasetamid
- 1,3,5-triaza adamantan - Pirolo[1,2-a]pirazin-1,4-
dion, heksahidro-3-2- metilpropil-
- 3-isobutilheksahidropirolo [1,2-a] pirazin
- 5,10-dietoksy-2,3,7,8- tetrahidro-1H, 6H-dipirolo
[1,2-a;1’,2’-d] pirazin - 1-etil-3-metil-4-
pirazilmetanamina C
18
H
17
N
3
O
3
C
11
H
18
N
2
C
8
H
8
N
2
O
4
C
7
H
13
N
3
C
11
H
18
N
2
O
2
C
11
H
18
N
2
O
2
C
14
H
22
N
2
O
2
C
7
H
13
N
3
323 178
223 139
210
210 250
139 0,14
1,40 0,05
2,00 0,05
0,20 0,10
0,86 Aldehid
dan Keton
3,13 2
4 5
11 24
25 31
2,176 7,170
7,548 12,063
18,200 18,345
19,616 - Dietil asetal
- 2-metilsiklopentanon - 4-sec-butoksi-2-butanon
- 4-1-hidroksi-etil gamma
butanolakton - 4-metil sikloheksanon,
semi karbazon - Heptanal
- 4- vinilbisiklo[3,3,1]nonane-
2, 7-dion C
6
H
14
O
2
C
5
H
6
O
2
C
8
H
16
O
2
S C
6
H
10
O
3
C
8
H
15
N
3
O C
12
H
24
C
11
H
14
O
2
118 98
14 130
169 114
178 1,99
0,20 0,48
0,15
0,05 0,17
0,09
Alkohol 47,13
1 3
7 14
19 2,068
4,185 10,391
13,982 15,389
- 2-hidroksimetil-3-metil oksiran
- 2,3-butanediol - Gliserol
- 1,2,3,4-butanetetrol - 4-hidroksi-benzen etanol
C
4
H
8
O
2
C
4
H
10
O
2
C
3
H
8
O
3
C
4
H
10
O
4
C
8
H
10
O
2
88 90
92 122
138 0,54
0,44 43,42
2,32 0,16
51
21 27
15,959 18,975
- 2-metil-2-[2-metil-2- propeniloksi]-1-propanol
- 2-O-nonil- L-treitol, C
8
H
16
O
2
C
13
H
28
O
4
147 248
0,05 0,20
Piran 1,20
9 11,309 - 2,3-dihidro-3,5-dihidroksi-
6-metil-4H-piran-4-on C
6
H
8
O
4
144 1,20 Furan
0,03 10 12,025
- 2,4-dihidroksi-2,5-dimetil- 32H-furanon
C
6
H
8
O
4
144 0,03
Dari hasil analisa formula B4 sistein 0,75 : vitamin C 0,25, tiamin 1, glukosa 0,5 dengan kondisi pH 4,5 pada waktu proses 3 jam dengan GC-
MS, diperoleh 49 senyawa yang ditunjukkan oleh 49 puncak pada kromatogram GC-MS. Kromatogram formula B4 ditunjukkan oleh Gambar 9.
Gambar 9. Kromatogram Hasil Analisa Senyawa Volatil dengan GC-MS Formula B4 sistein 0,75 : taurin 0,25, tiamin 1, glukosa 0,5 dengan kondisi pH
4,5 dan waktu proses 3 jam.
Kandungan senyawa volatil yang terdapat pada autolisat formula B4 sistein 0,75 : vitamin C 0,25, tiamin 1, glukosa 0,5, pH 4,5 dan waktu
proses 3 jam terdiri dari beberapa jenis senyawa diantaranya senyawa yang mengandung sulfur 6 senyawa Tabel 21. Senyawa flavor yang mengandung
sulfur dihasilkan dari reaksi termal antara sistein, tiamin dan taurin dengan senyawa-senyawa dikarbonil hasil reaksi Maillard. Senyawa ini berperan sebagai
52
penyumbang aroma “daging” pada autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam Farmer, 1999.
Senyawa yang termasuk asam-asam organik dan ester 15 senyawa Tabel 21 yang dihasilkan dari oksidasi lipid dan gula pereduksi. Senyawa yang
mengandung nitrogen 10 senyawa Tabel 21 yang dihasilkan dari reaksi termal antara sistein, tiamin dan taurin dengan senyawa-senyawa dikarbonil hasil reaksi
Maillard. Selain senyawa yang mengandung sulfur, senyawa-senyawa ini juga berperan sebagai penyumbang aroma “daging” pada autolisat kaldu nabati
berflavor analog ayam Farmer, 1999. Senyawa aldehid dan keton 8 senyawa Tabel 21 yang dihasilkan dari
oksidasi lipid. Produk oksidasi lipid dipengaruhi pH dalam pembentukan aldehid tak jenuh, selain itu juga berperan sebagai penyumbang aroma “gurih” pada
autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam Farmer, 1999. Senyawa alkohol 4 senyawa Tabel 21 yang timbul dari hasil
pemecahan makromolekul menjadi mikromolekul selama proses fermentasi kacang hijau oleh kapang Rhizopus-C
1
, selain itu juga merupakan hasil oksidasi lipid dimana terjadi pemecahan triasilgliserol menjadi gliserol maupun berasal
dari gula pereduksi maupun gula pereduksi saat reaksi flavoring Lehninger, 1982. Senyawa piran 2 senyawa dan senyawa furan 3 senyawa Tabel 21.
Senyawa piran dan furan terutama dihasilkan dari reaksi termal gula pereduksi, vitamin C maupun asam amino Schieberle, 1992.
53
Tabel 21. Komponen Senyawa Volatil pada Autolisat Kaldu Nabati Flavor Analog Ayam Formula B4, pH 4,5 pemanasan 3 jam.
Jenis Senyawa
Jumlah Nomor
Puncak Waktu
Retensi Nama Senyawa
Rumus Molekul
BM m.k
Senyawa Sulfur
63,94 6
18 19
20 24
32 44
7,538 12,889
13,493 13,788
14,878 17,592
23,060 - 3-merkaptoheksil asetat
- 5-2-kloroetil-4-metil- thiazol
- 4-metil-5-hidroksietil tiazol
- 4-metil-5-viniltiazol - 5-metil-4-tiazol etanol
asetat - 2-5-metil-1,3-tiazol-4-
il etil asetat - 2-hidroksimetil-5-
tionorbornan C
8
H
16
O
2
S C
6
H
8
ClNS C
6
H
9
NOS C
6
H
7
NS C
8
H
11
NO
2
S C
8
H
11
NO
2
S C
8
H
14
OS 176
161 143
125 185
185 158
0,57 0,24
61,85 0,47
0,62 0,10
0,09 Asam-
asam Organik
dan Ester 16,22
7 14
22 23
28
29 31
33 37
41 43
45 46
47 48
7,892 11,925
14,449 14,703
16,372
16,568 17,204
17,725 19,448
21,505 22,476
23,216 23,305
23,359 23,615
- Asam 2- oksopentandioat
- Asam heptanoat - 2-heksil asetat
- Asam decanoat - Etil 2-hidroksi
siklopentan karboksilat - Etil 2-formil-4-metil
pentanoat - Asam Laurat
- Etil kaprilat - Asam miristat
- Asam palmitat - Asam heptadekanoat
- Asam linoleat - Asam 9-heksadekenoat
- Asam oleat - Asam stearat
C
5
H
6
O
5
C
7
H
14
O
2
C
9
H
20
O C
10
H
20
O
2
C
8
H
14
O
3
C
9
H
16
O
3
C
12
H
24
O
2
C
10
H
20
O
2
C
14
H
28
O
2
C
16
H
32
O
2
C
17
H
34
O
2
C
18
H
32
O
2
C
16
H
30
O
2
C
22
H
42
O
2
C
18
H
36
O
2
146 130
144 172
158
172 200
172 228
256 270
280 254
338 284
0,69 0,10
0,16 0,21
0,08
0,11 2,53
0,21 0,91
3,52 0,13
0,55 0,48
1,15 5,39
Senyawa Nitrogen
6,48 10
25 27
30 34
38 39
40
42 49
10,517 15,244
16,226 17,067
18,208 19,620
20,586 20,818
21,697 24,675
- 5-amino-6-nitroso- 2,41H,3H-
pirimidindion - 2,3,5-trimetil pirazin
- Piperidin-4-on, 1,2,5- trimetil-tiosemikarbazon
- 2-allil-3,5-dimetilpirazin - Metil 2-sikloheksanon
semikarbazon - 4-amino-5, 6-
dimetiltiofeno [2,3-d] pirimidin
- Heksahidro-3-2- metilpropil-pirolo [1,2-
a] pirazin-1, 4-dion - 5,10-dietoksi-2,3,7,8-
tetrahidro-1H, 6H- dipirolo [1,2-A;1’,2’-D]
pirazin - 5-dimetilaminopirimidin
- 1-etil-3-metil-4- pirazolilmetanamina
C
4
H
4
N
4
O
3
C
7
H
10
N
2
C
9
H
18
N
4
S C
9
H
12
N
2
C
8
H
15
N
3
O C
8
H
9
N
3
S C
11
H
18
N
2
O
2
C
14
H
22
N
2
O
2
C
6
H
9
N
3
C
7
H
13
N
3
156 122
214 148
169 179
210 250
123 139
0,39 1,27
2,48 0,31
0,17 0,24
0,38 0,10
0,17 0,97
54
Aldehid dan
Keton 2,06
1 2
5 16
17 26
35 36
2,181 2,287
7,252 12,078
12,408 15,958
18,357 18,546
- Dietil asetal - 3-hidroksi-2-butanon
- 2-metilsiklopentanon - 4-1-hidroksi-etil
gamma butanolakton - 5-hidroksimetilfurfural
- 1,3-dioksolan-4-on, 2- 1,1-dimetiletil-5-1-
metiletil-, 2s-cis- - Heptanal
- 2-2-bromo-4, 4- diklorobutil
sikloheksanon C
6
H
14
O
2
C
4
H
8
O
2
C
5
H
6
O
2
C
6
H
10
O
3
C
6
H
6
O
3
C
10
H
18
O
3
C
7
H
14
O C
10
H
15
BrCl
2
O 118
88 98
130 126
186
114 300
0,20 0,11
0,28 0,24
0,20 0,35
0,30 0,38
Alkohol 8,74
3 8
11 21
4,395 8,457
10,610 14,050
- 2,3-butanediol - 2,4-dimetil-1, 3-dioksan
- Gliserol - 1,2,3,4-butanetetrol
C
4
H
10
O
2
C
6
H
12
O
2
C
3
H
8
O
3
C
4
H
10
O
4
90 116
92 122
0,95 0,47
5,73 1,59
Piran 1,89
9 13
8,610 11,234
- 2H-piran-2, 63H-dion - 2,3-dihidro-3,5-
dihidroksi-6-metil-4H- piran-4-on
C
5
H
4
O
3
C
6
H
8
O
4
112 144
0,13 1,76
Furan 0,68
4 12
15 5,950
11,234 12,033
- 2-furanmetanol - Tetrahidro-3, 4-furandiol
- 4-aminodihidro-23H- furanon
C
5
H
6
O
2
C
4
H
8
O
3
C
7
H
12
O
2
98 104
128 0,43
0,19 0,06
Dari kedua hasil analisa dengan GC-MS, ada 3 kelompok senyawa utama penyumbang aroma analog ayam pada autolisat FAA yaitu senyawa yang
mengandung sulfur, nitrogen, serta aldehid dan keton. Hal ini ditunjukkan melalui kromatogram melalui besarnya persentase senyawa-senyawa tersebut dalam
sampel autolisat yang diinjeksikan ke dalam GC-MS. Jika dibandingkan antara FAA formula A4 dengan B4, variasi dan jumlah senyawa lebih banyak ditemukan
pada FAA formula B4. Hal ini disebabkan adanya vitamin C yang digunakan berperan sebagai gula pereduksi dalam reaksi Strecker dan Maillard sehingga
senyawa flavor yang dihasilkan semakin banyak dan bervariasi Schieberle, 1992. Tingginya kandungan senyawa-senyawa flavor ini dapat menjadi
pertimbangan digunakannya jenis prekursor sistein, tiamin, taurin, vitamin C dan glukosa dalam proses lanjutan seperti pembuatan pasta maupun bubuk kaldu
nab ati berflavor analog ayam.
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN