janin dan selanjutnya setelah bayi lahir Pb akan dikeluarkan bersama ASI Air Susu Ibu. Meskipun jumlah Pb yang diserap tubuh hanya sedikit ternyata Pb ini
sangat berbahaya. Hal ini disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap berbagai macam fungsi organ tubuh Syarif et al., 2007..
Daya racun Pb dalam tubuh diantaranya disebabkan oleh penghambatan enzim oleh ion-ion Pb
2+
. Enzim yang diduga dihambat adalah yang diperlukan untuk pembentukan haemoglobin. Penghambatan tersebut disebabkan
terbentuknya ikatan yang kuat ikatan kovalen antara Pb
2+
dengan sulfur yang terdapat di dalam asam-asam amino misalnya sistein dari enzim tersebut Astuti,
2002.
2.3. Pengaruh Plumbum pada Sistem Perdaran Darah
Kira-kira 90 plumbum yang masuk ke dalam sirkulasi darah menuju ke eritrosit, ada juga yang ke albumin darah,
α-globulin dan protein lain Bartik, 1981. Plumbum mempengaruhi system peredaran darah dengan berbagai cara, yaitu
dengan memperlambat pematangan normal sel darah merah eritrosit dalam sum- sum tulang, hal ini menyebabkan terjadinya anemia serta mempengaruhi
kelangsungan hidup sel darah merah. Cara berikutnya adalah dengan menghambat gerkan sel darah. Sel darah merah yang diberi perlakuan dengan plumbum,
memperlihatkan peningkatan tekanan osmosis dan kelemahan pergerakan. Selain itu juga menghambat Na-K-ATPase yang meningkatkan kehilangan kalium
intraselular yang bermuara pada anemia yang disertai oleh penyusutan waktu hidup sel darah merah Delmann Brawn, 1992.
2.4 Darah dan Komponen-Komponennya 2.4.1. Darah
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada
banyaknya oksigen dan karbondioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada
Universitas Sumatera Utara
peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh Delmann Brawn, 1992.
Karakteristik fisik darah meliputi viskositas atau kekentalan darah 4,5-5, temperaturnya sekitar 38
o
C, pH 7,37 – 7,4, salinitas 0,9, berat 8 dari berat badan serta volume 5-6 liter. Darah selama beredar didalam tubuh oleh karena
adanya kontraksi dari pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh darah maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya akan
menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan atau sitras natrikus Delmann
Brawn, 1992.
2.4.2. Fungsi Darah
Menurut Junquiera 1995, fungsi darah adalah sebagai alat pengangkut, yaitu mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkat karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru- paru, mengambil zat- zat makanan dari usus
halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan atau alat tubuh, mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal. Kemudian sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi untuk
mempertahankan tubuh terhadap invasi mikroorganisme dan benda asing leukosit dan proses homeostatis trombosit. Dan juga sebagai pengatur regulasi
yaitu mempertahankan PH dan konsentrasi elektrolit pada cairan interstitial melalui pertukaranion-ion dan molekul pada cairan interstitial, darah mengatur
suhu tubuh melalui transport panas menuju kulit dan paru-paru.
2.4.3 Komposisi Darah
Darah terdiri atas plasma dan selsel darah. Plasma terdiri dari air, protein, dan bahan-
bahan non protein. Plasma protein terdiri dari albumin 55, globulin α, β, γ 38, fibrinogen 7. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan
Universitas Sumatera Utara
trombosit. Dimana leukosit terbagi 2 yaitugranulosit: netrofil, eosinofil, dan basofil. Serata agranulosit: limfosit dan monosit Junqueira et al., 1995.
a. Eritrosit sel darah merah
Eritrosit memiliki ciri-ciri, yaitu tidak berinti, mengandung Hb protein yang mengandung senyawa hemin dan globin yang mempunyai daya ikat terhadap
oksigen dan karbondioksida, bentuknya bikonkav, dibuat didalam sumsum merah tulang pipih sedang pada bayi di bentuk di hati. Setelah tua sel darah merah akan
dirombak oleh hati dan dijadikan zat warna empedu billirubin Junqueira et al., 1995. Untuk kisaran normal eritrosit seekor tikus putih dewasa adalah 7,2-9,6
jutamm3 Schalm, 1971. b.
Leukosit sel darah Putih Eritrosit memiliki ciri-ciri, yaitu mempunyai inti, setiap 1 mm
mengandung 6000-9000 sel darah putih, bergerak bebas secara amoeboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan reticulum
endothelium disumsum tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agrunulosit. Leukosit meliputi : Granulosit merpakan sel darah putih yang
bergranula yang terdiri dari neutrofil merupakan granula merah kebiruan dan bersifat fagosit, basofil merupakan granula biru dan bersifat fagosit serta
eosinofil yang bergranula merah dan bersifat fagosit. Sedangkan agranulosit merupakan sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula yang terdiri dari
monosit dengan cirri-ciri memiliki inti besar, bersifat fagosit dan dapat bergerak cepat serta limphosit yang memiliki inti sebuah, untuk imunitas, tidak dapat
bergerak Delmann Brawn, 1992 ; Junqueira et al., 1995. Kisaran normal leukosit tikus dewasa, yaitu 4000-10000mm3 Anonimus, 1991.
c. Trombosit
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah
selama 10 hari. Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright – Giemsa, trombosit tampak sebagai sel kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma berwarna
Universitas Sumatera Utara
biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-ungu yang tersebar merata. Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme faali tubuh
untuk melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah. Fungsi utama trombosit adalah melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan
endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Mereka membentuk sumbatan
dengan jalan adhesi perlekatan trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka dan agregasi perlekatan antar sel trombosit
Delmann Brawn, 1992 ; Junqueira et al.,1995. Orang-orang dengan kelainan trombosit, baik kualitatif maupun
kuantitatif, sering mengalami perdarahan-perdarahan kecil di kulit dan permukaan mukosa yang disebut ptechiae, dan tidak dapat mengehentikan perdarahan akibat
luka yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Agar dapat berfungsi dengan baik, trombosit harus memadai dalam kuantitas jumlah dan kualitasnya.
Pembentukan sumbat hemostatik akan berlangsung dengan normal jika jumlah trombosit memadai dan kemampuan trombosit untuk beradhesi dan beragregasi
juga bagus Delmann Brawn, 1992.
2.5 Hemoglobin
Hemoglobin adalah metaloprotein
protein yang mengandung zat besi di dalam
sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dari
paru-paru ke
seluruh tubuh, pada mamalia
dan hewan
lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida
kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh
. Molekul hemoglobin terdiri dari
globin ,
apoprotein , dan empat gugus
heme , suatu
molekul organik dengan satu atom besi Supariasa, 2002. Hemoglobin merupakan protein konjugasi globulin dan heme yaitu suatu
kompleks protoforpirin dengan besi. Biosintesis porfirin berasal dari derivate Ko- enzim A dari asam suksinat pada siklus Kerbs dalam mitokondria dan asam amino
glisin. Hasil reaksi kondensasi antara suksinil Ko-enzim A dan glisin adalah asam alfa amino beta ketoadipat yang dengan cepat dikarboksilasi menjadi asam delta-
aminolevulenat. Sintesis asam delta-aminolevulenat terjadi di mitokondria. Dalam
Universitas Sumatera Utara
sitoplasma 2 molekul delta-aminolevulenat dikatalisis oleh enzim delta- aminolevulenic acid dehydratase membentuk 2 molekul air dan 1 molekul
porfobilinogen. Dalam sitoplasma 4 unit porfobilinogen mengalami kondensasi
membentuk polimer siklik yaitu uroporfobilinogen. Ada 2 isomer uroporfobilinogen, yaitu isomer tipe I dan isomer tipe III. Heme berasal dari
isomer tipe III. Uroporfobilinogen III diubah menjadi koproporfirinogen III. Reaksi ini dikatalisis oleh uroporfobilinogen dekarboksilase. Kemudian
koproporfirinogen III memasuki mitokondria, selanjutnya diubah menjadi protoporfirinogen. Dari 15 kemungkinan isomer hanya satu yang dibentuk, yaitu
protoporfirinogen IX. Protoporfirinogen IX dioksidasi oleh protoporfirinogen oksidase menghasilkan protoporfirin IX. Oksidasi ini menghasilkan ikatan
rangkap terkonjugasi yang merupakan ciri porfirin. Tahap akhir pembentukan heme adalah pemasukan ion ferro ke dalam protoporfirin yang dikatalisis oleh
enzim ferrokatalase Murray et al., 2003. Untuk kadar hemoglobin normal seekor tikus dewasa adalah 15-16 g100 mm
3
Widjayakusuma dan Sikar, 1986.
2.6 Interaksi Plumbum Dengan Hemoglobin