BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang menggalakkan kegiatan industri. Industrialisi di Indonesia banyak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, salah satu diantaranya adalah pencemaran lingkungan. Logam berat plumbum Pb adalah salah satu bahan
pencemar lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan industri dan transportasi yang menimbulkan masalah serius dalam bidang kesehatan. Polusi Pb dilingkungan
hidup biasanya berasal dari sektor pertambangan, peleburan logam, industri yang menggunakan bahan baku Pb misalnya pabrik cat, kabel, enamel, gelas, baterai
dan pestisida, dan sektor transportasi Purwoningsih, 2008 Plumbum masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan,
pencernaan dan permukaan kulit Bartik, 1981. Plumbum merupakan jenis logam berat yang bersifat toksik bagi tubuh manusia. Organ-organ tubuh yang menjadi
sasaran dari keracunan plumbum adalah sistem peredaran darah, sistem saraf, sistem urinaria, sistem reproduksi, sistem endokrin dan jantung WHO, 1977.
Plumbum di udara yang terhirup manusia berasal dari penggunaan bahan bakar berplumbum yang dalam pembakarannya melepaskan plumbum oksida
yang berbentuk partikulat. Baku Mutu Udara untuk Plumbum adalah 0,06 µgm
3
Plumbum dapat mengakibatkan gangguan terhadap fungsi hati dan karakteristik seluler darah. Telah dilaporkan bahwa paparan Pb dapat
menyebabkan anemia Hariono, 2006 ; Soetopo, 2005, gangguan sintesis hemoglobin Shannon, 1998 ; Hariono, 2005, kerusakan organ hati Hariono,
. Plumbum dalam makanan berasal dari kontaminasi kaleng makanan dan
minuman, serta solder yang bertimbal. Plumbum dalam air minum dapat terkontaminasi dari pipa dan kran air. Kandungan plumbum dalam air sebesar 15
mgl dianggap sebagai konsentrasi yang aman untuk dikonsumsi Dharwiyanti, 2004; Nasution, 2004; Hariono, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2006 ; Gujawat, 2006 dan menyebabkan terjadinya sirosis pada hati Hariono, 2005; Sipos et al., 2003
Absorpsi Pb yang dihirup berbeda-beda tergantung dari bentuk uap atau partikel dan kadar Pb kira-kira 90 partikel di udara diabsorpsi melalui saluran
napas Syarif et al., 2007. Ekskresi Pb membutuhkan waktu yang relatif lama. Telah dilaporkan bahwa waktu paruh Pb di eritrosit, ginjal, hati, dan tubulus lebih
dari 30 hari. Ekskresi terutama pada sistem urinaria 76, gastrointestinal 16 sedangkan melalui rambut, kuku dan kelenjar sangat kecil 8 Klaassen et al.,
1986. Keracunan plumbum dapat diatasi dengan melakukan terapi dengan bahan
penghelat. Bahan penghelat dapat mengikat logam-logam transisi seperti plumbum dengan cara mengikat logam plumbum dan membentuk ikatan
kompleks dan bersifat hidrofilik sehingga dapat dikeluarkan bersama urin. Terkadang dikeluarkan dalam bentuk garam asam urat, asam hipourat dan keratin
Luckey dan Venugopel, 1977. Salah satu cara mempercepat ekskresi adalah dengan menggunakan senyawa penghelat Sanghi, 2000; Wan Ngah et al., 1998;
Fernandez-Kim, 2004. Kitosan alami juga mampu mengikat logam dan dapat dijadikan sebagai
bahan pembersih air. Interaksi logam dengan kitosan membentuk ikatan kompleks, dengan cara mengikat molekul, pertukaran ion, dan khelasi Sanghi,
2000. Kitosan merupakan turunan biopolimer karbohidrat alami yang diperoleh dari destilasi kitin. Kitin dapat diperoleh dari invertebrata laut, serangga, jamur
dan ragi Guibal, 2004. Elektron dari nitrogen yang terdapat pada gugus amina dapat mengakibatkan ikatan kovalen dative dengan ion-ion logam transisi, kitosan
sebagai donor elektron pada ion-ion logam transisi Guibal, 2004. Jenis crustaceae mengandung 20-30 kitin pada bagian eksoskletonnya. Sedangkan
untuk dosis harian kitosan yang dianjurkan untuk pengobatan adalah 1-3 gram Anonimus, 1999.
Kitosan adalah salah satu bahan alami yang sudah dilaporkan memiliki kemampuan mengikat logam berat seperti plumbum yang baik didunia industri
Ketty, 1942. Sejauh ini belum diketahui, bagaimana pengaruh kitosan sebagai
Universitas Sumatera Utara
penghelat logam berat secara in vivo. Dengan demikian, akan dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kitosan dengan konsentrasi yang berbeda terhadap
jumlah dan karakteristik seluler darah, kadar hemoglobin serta gambaran jumlah enzim hati tikus putih yang dipapar plumbum asetat.
1.2 Perumusan Masalah