Senyawa plumbum Pb merupakan senyawa logam berat yangterdapat dialam yang sifatnya berbahaya bagi kesehatan manusia apabila terkonsumsi. Hal ini terjadi
dikarenakan logam berat dalam tubuh bersifat akumulatif bioakumulatif. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pemberian larutan Pb asetat dapat
meningkatkan kadar Pb dalam darah hewan uji P1 perlakuan dengan pemberian Pb asetat sebesar 10mg0,5 mL aquades. Pemberian plumbum dapat menyebabkan
tingginya kadar plumbu dalam darah, karena plumbum merupakan kelompok logam toksik yang dapat membentuk ligan kompleks dalam tubuh yang dapat mengganggu
aktivitas enzim dan dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. Salah satu jalur metabolisme yang sangat dipengaruhi adalah system hemopoitik. Toksisistas timbale
disebabkan adanya interaksi antara Pb dengan senyawa ligand yaitu gugus enzim –SH dari –ALAD dan enzim hemesintase. Sehingga terjadi hambatan sintesis hemoglobin.
Plumbum juga dapat menghambat enzim feroketalase yang menyebabkan ion Fe tidak dapat berikatan dengan cincin protoporpirin, oleh karena terjadi kompetisi antara timbale
dengan Fe. Proses ini menyebabkan penurunan kadar hemoglobin Sugiharto, 2004 Kelompok perlakuan P2-P4 yang diberikan dengan perlakuan plumbum asetat
dan kitosan dengan konsentrasi yang berbeda-beda memperlihatkan terjadinya penurunan kadar plumbum dalam darah. Hal ini dikarenakan kitosan sebagai pengkhelat absorben
untuk logam berat. Menurut Inoue et al., 1993 gugus hidroksil pada kitosan menyebabkan kitosan menjadi bersifat hidrofilik dan gugus amina pada rantai kitosan
merupakan tempat pengkhelat untuk ion logam. Maka dari sifat-sifat inilah kitosan mempunyai kemampuan untuk mengikat plumbum. Hal ini didukung oleh pernyataan
Suharsih 2008 bahwa kemampuan kitosan dalam mengkhelat plumbum dalam darah dapat dilihat dari kecenderungan penurunan kadar Pb darah yang terjadi. Dengan
demikian terlihat bahwa pemberian kitosan juga meemberikan pengaruh yang positif terhadap efek plumbum yang terjadi.
4.2 Jumlah Sel Darah Merah Eritrosit Tikus
Pemberian Pb berpengaruh nyata terhadap jumlah eritrosit p0,05. Dosis pemberian Pb yaitu 40kgBBhari menghasilkan jumlah eritrosit yang secara statistik menurun jika
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan kontrol p0,05. Pemberian kitosan mengurangi dampak buruk Pb p0,05
Kelompok perlakuan P1-P4 berpengaruh nyata dengan kontrol p0,05. Hal ini dikarenakan pemberian jumlah plumbum yang diberikan secara terus menerus
mengakibatkan berkurangnya jumlah eritrosit. Kelompok perlakuan P4 pemberian plumbum asetat dan kitosan 75 berbeda nyata terhadap kelompok P1 pemberian
plumbum asetat dikarenakan adanya pemberian kitosan dengan konsentrasi yang lebiih tinggi yaitu 1. Kelompok P5-P6 tidak berbeda nyata terhadap kadar plumbumdarah
dibandingkan dengan control K. hal ini dikarenakan pada perlakuan tidak dipapar oleh plumbum asetat sehingga hasil jumlah eritrosit yang diperiksa normal. Pengaruh
pemberian Pb asetat dan kitosan terhadap jumlah eritrosit dapat dilikat jelas pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata jumlah Eritrosit dalam Darah Tikus Putih
K = Kontrol tanpa perlakuan; P1= Pb asetat; P2= Pb asetat + kitosan 0,5; P3= Pb asetat + kitosan 0,75; P4= Pb asetat + kitosan 1; P5=
kitosan 1; P6= pelarut asam asetat 1
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar terlihat bahwa rata-rata jumlah eritrosit pada darah tikus putih pada kontrol K1 memiliki jumlah rata-rata yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan
perlakuan yang lainnya yaitu 8,26 jutamm
3
sedangkan untuk perlakuan plumbum 1 memiliki jumlah rata-rata yang paling rendah jika dibandingkan dengan rata-rata
perlakuan yang lain yaitu P2 Pb asetat + kitosan 0,5, P3 Pb asetat + kitosan 0,75, P4 Pb asetat + kitosan 1;, P5 kitosan 1, dan P6 pelarut asam asetat 1.
Sedangkan untuk jumlah kisaran normal seekor tikus putihdewasa adalah 7,2-9,6 jutamm
3
Schalm, 1971. Dengan demikian pemberian Pb disini mengakibatkan jumlah eritrosit yang tidak normal pada tikus P1 plumbum asetat 10 mg= 5,30 jutamm
3
Plumbum yang masuk kedalam sirkulasi darah menuju ke eritrosit, ada juga yang ke albumin darah, α-globulin dan protein lain Bartik, 1981. Plumbum mempengaruhi
system peredaran darah dengan berbagai cara, yaitu dengan memperlambat pematangan normal sel darah merah eritrositdalam sumsum tulang, hal ini menyebabkan terjadinya
anemia serta mempengaruhi kelangsungan hidup sel darah merah. Sel darah merah yang diberi perlakuan plumbum dengan plumbum, memperlihatkan peningkatan tekanan
osmosis dan kelemahan pergerakan. Selain it juga memperlihatkan penghambatan Na-K- ATP ase yang meningkatkan kehilangan kalium intraseluler. Pengaruh ini menjelaskan
bahwa kejadian anemia pada peristiwa keracunan plumbum disertai oleh penyusutan waktu hidup sel darah merah. Peristiwa tersebut juga mengakibatkan berkurangnya
jumlah eritrosit darah. .
Plumbum menyebabkan defisiensi enzim G-6DP dan penghambatan enzim pirimidin-5-nukleotisida pada pematangan eritrosit sehingga terjadi akumulasi degradasi
RNA pirimidyn nucleotides serta ribosom. Hal ini menyebabkan turunnya masa hidup eritrosit dan meningkatnya kerapuhan membrane eritrosit, sehingga terjadi penurunan
jumalah eritrosit Ganiswara et al. 1995 dalam Nelma, 2008 hal ini didukung oleh pernyataan Kurniawati 1996 menyebutkan bahwa larutan plumbum dapat menyebabkan
kerusakan eritrosit. Hal ini juga didukung oleh penelitian Wahyuni 2000 yang menyatakan bahwa pemberian larutan plumbum juga dapat menurunkan jumlah eritrosit.
Kelompok perlakuan P1-P3 tidak berbeda secara nyata tetapi dapat dilihat bahwa kelompok P1 perlakuan plumbum asetat memiliki nilai rata-rata jumlah eritrosit berbeda
dengan kelompok P2-P5 perlakuan kombinasi plumbum asetat dan kitosan. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh pemberian kitosan pada konsentrasi yang berbeda sehingga
Universitas Sumatera Utara
semakin tinggi konsentrasi kitosan yang diberikan maka semakin banyak pula gugus amino NH
2
Hal ini didukung oleh pernyataan Meriatna 2008 bahwa kitosan berkemampuan mengikat logam dengan cara pengkhelat. Pengkhelat dalam hal ini adalah kitosan yang
memiliki kadar nitrogen yang tinggi pada rantai polimernya. Persentase kitosan yang baik digunakan untuk menjaga eritrosit normal adalah kitosan dengan persentase 1
dikarenakan pada kondisi ini jumlah eritrosit sangat meningkat dibandingkan dengan kelompok yang memiliki persentase kitosan 0,50 dan 0,75.
didalam mengikat mengkhelat plumbum asetat yang masuk kedalam tubuh. Ini sesuai dengan pernyataan Wiyarsih dan Priyambodo 2011 bahwa kitosan
dapat digunakan sebagai adsorbenpenyerap yang daoat menyerap logam-logam berat seperti Zn, Cd, Pb Mg dan Fe.
4.3 Jumlah Sel Darah Putih Leukosit Tikus Putih