kandung dari pasien LLA mempunyai resiko empat kali lebih besar untuk berkembang menjadi LLA sedangkan kembar monozigot dari pasien LLA
mempunyai resiko 20 untuk berkembang menjadi LLA.
30
b. Virus
Virus yang terbukti berperan dalam leukemogenesis pada manusia adalah Retrovirus Human T-Cell Lymphotropic Virus HTLV-1 yang bisa diisolasikan dari
orang dewasa yang menderita leukemia sel-Tlimfoma. HTLV-1 tidak membawa suatu onkogen dan tidak secara selektif melekat dekat proto onkogen. Virus ini
mungkin memproduksi suatu protein pengatur yang mempengaruhi aktivitas gen-gen selular. Jenis leukemia yang jarang ini bersifat endemik disuatu daerah yang
terlokalisir di Jepang tetapi telah ditemukan ditempat lain, terutama dikalangan kulit hitam di Hindia Barat dan Amerika Serikat.
35
c. Sinar radioaktif
Radiasi diketahui dapat menyebabkan LMA. Ini diketahui dari penelitian tentang tingginya insiden kasus leukemia pada orang-orang yang selamat dari
serangan Bom Atom di Hirosima dan Nagasaki pada tahun 1945. Efek leukomogenik dari paparan ion radiasi tersebut mulai tampak sejak 1,5 tahun sesudah pengeboman
dan mencapai puncaknya enam atau tujuh tahun.
d. Zat Kimia
Penelitian-penelitian epidemiologis memberikan bukti-bukti bahwa produk- produk yang berasal dari minyak bumi, cat, dan pestisida berperan sebagai faktor
Universitas Sumatera Utara
determinan leukemia. Selain itu, benzene yang bersifat mielotoksik, leukemogenik biasanya mendahului timbulnya leukemia.
35
2.7. Gejala Klinis 2.7.1. Leukemia Limfositik Akut
Gejala yang khas pada LLA adalah pucat, panas dan perdarahan disertai splenomegali dan kadang-kadang hepatomegalia serta limfadenopatia. Penderita yang
menunjukkan gejala lengkap diatas dapat didiagnosis leukemia. Pucat dapat terjadi mendadak, perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi,
dan sebagainya.
36
2.7.2. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah adanya rasa lelah, perdarahan, dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Perdarahan biasanya terjadi
dalam bentuk purpura atau petekia. Pada pasien dengan angka leukosit yang sangat tinggi 100.000mm
3
sering terjadi leukostatis, yaitu terjadi gumpalan leukosit yang menyumbat aliran pembuluh darah vena maupun arteri. Gejala leukostatis yang sering
dijumpai adalah gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri dada, priapismus, gangguan metabolisme berupa hiperurisemia dan hipoglikemia.
31
2.8. Diagnosis
2.8.1. Leukemia Limfositik Akut
Diagnosis LLA sering didasarkan pada pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang. Pada pemeriksaan darah tepi, hasil yang didapatkan
Universitas Sumatera Utara
adalah jumlah leukosit dapat normal, meningkat atau rendah pada saat didiagnosis. Pada umumnya terjadi anemia dan trombositopenia. Proporsi sel blas pada hitung
leukosit bervariasi dari 0-100. Kira-kira sepertiga pasien mempunyai hitung trombosit kurang dari 25.000
mm
3
. Pemeriksaan apus sumsum tulang tampak hiperseluler dengan limfoblas yang sangat banyak, lebih dari 90 sel berinti pada
LLA dewasa.
30
Jika jumlah leukosit awal pasien pada saat didiagnosis 50.000 mm
3
dapat dinyatakan mempunyai prognosis yang buruk.
12
2.8.2. Leukemia Mielositik Akut
Diagnosis pada klien LMA adalah sel darah menunjukkan adanya penurunan baik eritrosit maupun trombosit, jumlah leukosit total bisa rendah, normal ataupun
tinggi.
25
Leukositosis terjadi pada sekitar 59 kasus LMA, 15 pasien mempunyai leukosit normal, dan 35 pasien mengalami neutropenia.
31
Pada pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan kelebihan sel blast yang immatur.
25
2.9. Pencegahan 2.9.1. Pencegahan Primer
37
Pencegahan tingkat pertama ini adalah upaya mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan terhadap
sinar radioaktif bisa ditujukan pada pasien dengan penatalaksanaan radiasi. Pencegahannya dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik serendah
mungkin. Menghindarkan anak-anak dari paparan langsung zat-zat kimia karsinogen. Pemeriksaan kesehatan pranikah, bertujuan agar kedua calon mengetahui status
Universitas Sumatera Utara
kesehatannya. Apabila mempunyai riwayat Sindrom Down sebaiknya dikonsultasikan ke dokter ahli untuk mencegah penyakit yang tidak diinginkan.
2.9.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan
komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan.
37
a. Kemoterapi
Pemberian terapi yang lebih efektif pada uji klinis terkontrol, serta perawatan suportif yang lebih baik, hasil pengobatan leukemia pada anak telah memperlihatkan
kemajuan yang pesat. Sekarang, lebih dari dua pertiga pasien yang diobati untuk LLA akan berada dalam kondisi remisi komplit selama 5 tahun atau lebih setelah
didiagnosis dan kebanyakan kasus akan sembuh.
33
a.1. Kemoterapi pada penderita LLA
1 Tahap 1 terapi induksi
Terapi induksi berlangsung 4-6 minggu dan kemungkinan hasil yang dapat dicapai remisi komplit, remisi parsial, atau gagal dengan cara membunuh sebagian
sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
12
2 Tahap 2 intensifikasi
Intensifikasi adalah kemoterapi intensif tambahan setelah remisi komplit dan untuk profilaksi leukemia pada susunan saraf pusat. Hasil yang diharapkan adalah
tercapainya perpanjangan remisi dan meningkatkan kesembuhan.
12
3 Tahap 3 profilaksis Sistem Saraf Pusat
Universitas Sumatera Utara
Profilaksis profilaksis Sistem Saraf Pusat SSP sangat penting dalam terapi LLA, sekitar 50-75 pasien LLA yang tidak mendapat terapi profilaksis akan
mengalami relaps pada SSP.
30
Terapi SSP diberikan melalui injeksi intratekal dengan obat, sering dikombinasikan dengan infuse berulang dosis yang lebih rendah.
12
4 Tahap 4 Rumatan
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
12
a.2. Kemoterapi pada penderita LMA