2. Kemoterapi pada penderita LMA Radioterapi Transplantasi Sumsum Tulang

Profilaksis profilaksis Sistem Saraf Pusat SSP sangat penting dalam terapi LLA, sekitar 50-75 pasien LLA yang tidak mendapat terapi profilaksis akan mengalami relaps pada SSP. 30 Terapi SSP diberikan melalui injeksi intratekal dengan obat, sering dikombinasikan dengan infuse berulang dosis yang lebih rendah. 12 4 Tahap 4 Rumatan Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. 12

a.2. Kemoterapi pada penderita LMA

1 Fase Induksi Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Meskipun terjadi remisi komplit tidak berarti sel-sel leukemik tereradikasi seluruhnya karena masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang. 30 2 Fase Konsolidasi Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi. Tujuan kemoterapi ini adalah untuk mengeradikasi sel-sel leukemik di dalam sumsum tulang dan tindakan ini juga akan mengeradikasi sisa-sisa sel hematopoesis normal yang ada dalam sumsum tulang sehingga pasien LMA akan Universitas Sumatera Utara mengalami periode aplasia pasca terapi induksi. Pada saat tersebut, pasien rentan terhadap infeksi, perdarahan dan dapat berakibat fatal. Sehingga terapi suportif sangat penting untuk keberhasilan terapai LMA. 30

b. Radioterapi

29 Radioterapi memegang peranan penting dalam pengobatan berbagai kanker. Radiasi pengion menginduksi kerusakan DNA, yang memicu apoptosis kematian sel terprogram. Radioterapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif dan bertujuan untuk menghancurkan jaringan kanker. Radiasi menghancurkan material genetik sel sehingga sel tidak dapat membelah dan tumbuh lagi.

c. Transplantasi Sumsum Tulang

12 Transplantasi sumsum tulang merupakan pilihan terapi lain setelah kemoterapi dosis tinggi dan radioterapi pada beberapa pasien LA. Transplantasi dapat bersifat autolog yaitu sumsum tulang diambil sebelum pasien menerima terapi dosis tinggi, disimpan, dan diinfusikan kembali. Selain itu dapat bersifat alogenik yaitu sumsum tulang berasal dari yang cocok HLA Human Lymphocytic Antigen-nya. Kemoterapi dengan dosis sangat tinggi akan membunuh sumsum tulang penderita dan tidak dapat pulih kembali. Sumsum tulang yang diinfusikan kembali akan mengembalikan fungsi sumsum tulang tersebut. Pasien yang menerima transplantasi alogenik memiliki resiko rekurensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima transplantasi autolog, karena sel tumor yang terinfusi kembali dapat menimbulkan relaps. Pada transplantasi alogenik, terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara sumsum yang ditransplantasikan akan berefek antitumor yang kuat karena limfosit T yang tertransplantasi.

d. Terapi Suportif