Kontribusi Organisasi Sosial Pelaksana Penelitian

22 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial serta memperkuat institusi sosial. Dengan demikian, proses pembangunan kesejahteran sosial pada hakekatnya adalah merubah suatu kondisi yang tidak baik menjadi suatu kondisi yang relatif baik; seperti peningkatan pendapatan masyarakat, pendidikan, kesehatan, tempat tinggal, perilaku, dan sebagainya. Berbagai cara untuk merubah kondisi seseorang warga masyarakat baik secara perorangan maupun secara kelompok di suatu tempat tertentu dilaksanakan dengan pelayanan sosial yang bentuknya berbagai macam sesuai dengan program yang ditentukan oleh masing- masing Orsos. Dalam kerangka realisasi kegiatan pembangunan untuk perubahan kondisi, pada dasarnya adalah tugas dan tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat. Peran pemerintah lebih bersifat memfasilitasi. Sedangkan pada tingkat masyarakat yang dibutuhkan adalah partisipasi. Artinya keberhasilan dari berbagai program yang ditujukan kepada masyarakat sangat ditentukan oleh keterlibatan masyarakat. Menurut Komisi Brundland dalam John Clark 1996, bahwa salah satu prasyarat utama terjadinya pembangunan berkelanjutan adalah menjamin efektifitas partisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini mnunjukkan, bahwa partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan yang telah diprogramkan, tetapi lebih bersifat menyeluruh mulai dari penentuanperencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pemanfaatan hasil suatu kegiatan. Pengertian partisipasi dalam Davis Keith 1967 dikemukakan: participation is defined as mental and emotional involvement of a person in a group situation which encourages him to contribute to group goals and share responcibility in them. Dalam pengertian ini terdapat tiga unsur yang dapat dijadikan untuk melihat partisipasi yakni: 23 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial a. Keterlibatan mental dan emosi seseorang yang lebih dari pada sekedar keterlibatan fisik b. Memotivasi orang-orang untuk mendukung situasi kelompoknya, dalam arti mereka menyumbangkan inisiatifnya untuk mencapai sasaran kelompok c. Mendorong orang untuk merasa ikut serta bertanggung jawab atas aktivitas kelompok. Partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan pada prinsipnya dapat dilihat dari aktivitas individu dan kelompok. Menurut Koencoroningrat 1984:79 partisipasi dapat digolongkan menjadi 2 tipe yang pada prinsipnya berbeda, yaitu 1 partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek pembangunan yang khusus, dan 2 partisipasi sebagai individu diluar aktivitas bersama dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan tipe pertama dari pendapat Koencoroningrat tersebut dapat berkembang menjadi suatu kegiatan yang sifatnya berkelanjutan. Secara instrumental Talizidu Ndraha 1990 mengemukakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi dapat dikelompokkan dalam 5 bentuk dukungan, yakni: 1 partisipasi buah pikiran, 2 partisipasi keterampilan. 3 partisipasi tenaga, 4 partisipasi harta benda, 5 partisipasi uang. Jika dipahami bahwa organisasi sosial merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial, maka kontribusi organisasi sosial dalam pembangunan masyarakat dapat di lihat dari 5 bentuk dukungan dimaksud. Terkait dengan pembangunan kesejahteraan sosial, maka yang kontribusi organisasi sosial dalam pengertian ini merupakan pengejawantahan dari bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Artinya organisasi sosial dapat mengambil salah satu bentuk pelayanan. 24 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial 25 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Penelitian tentang kontribusi organisasi sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial merupakan studi kasus yang dilaksanakan di enam 6 kota provinsi, yaitu: Palembang; Semarang; Surabaya; Banjarmasin; Manado; dan Kupang. Kontribusi organisasi sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat melalui organisasi sosial dalam bentuk dukungan atau sumbangan pikiran, tenaga, keterampilan, harta benda, dan uang dalam upaya menanggulangi permasalahan sosial yang ada di daerahnya masing- masing. Dalam kaitannya dengan diskripsi daerah penelitian akan dikemukakan secara garis besar mengenai kondisi daerah, permasalahan kesejahteraan sosial, potensi dan sumber kesejahteraan sosial, dan peran organisasi sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial pada masing-masing lokasi penelitian.

A. PALEMBANG - SUMATERA SELATAN

Kota Palembang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Selatan adalah kota terbesar ke dua di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat kerajaan Sriwijaya.Di bagian barat kota Palembang terdapat bukit Siguntang yang hingga sekarang masih dikeramatkan oleh banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat kesucian di masa lalu. Di bukit Siguntang ini ditemukan prasasti yang menyatakan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 682 Masehi, sehingga tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahirnya kota Palembang. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Bab III 26 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Luas wilayah kota Palembang adalah 102.47 Km2 dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak kota Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara daerah di pulau Sumatera. Disamping itu kota Palembang juga terdapat sungai Musi yang dilintasi jembatan Ampera yang berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah. Jumlah penduduk kota Palembang pada pertengahan tahun 2008 sebesar 1.417.047 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 697.681 jiwa dan perempuan 719.366 jiwa. Dengan demikian rasio penduduk menurut jenis kelamin sebesar 96.99 persen yang berarti jumlah penduduik laki-laki lebih kecil di bandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pemekaran Kelurahan dan Peraturan Kota Palembang Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pemekaran Kecamatan Wilayah Administrasi Kota Palembang, maka terjadilah perubahan jumlah kecamatan dan kelurahan di kota Palembang. Saat ini di kota Palembang terdapat 16 kecamatan dan 107 kelurahan yang sebelumnya hanya 14 kecamatan dan 103 kelurahan. Dua kecamatan baru tersebut adalah Kecamatan Alang-Alang Lebar yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Sukarami, dan Kecamatan Sematang Borang yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Sako. Sementara empat 4 kelurahan yang baru adalah Kelurahan Jambe yang merupakan pemekaran dari Keluarahan Talang Betutu, Kelurahan Sukodadi yang merupakan pemekaran dari Kelurahan Alang-Alang Lebar, dan Keluarahan Sako Baru merupakan pemekaran dari Kelurahan Sako. Terakhir adalah Kelurahan Karya Mulya merupakan pemekaran dari Kelurahan Sukamulya. Visi pembangunan kota Palembang 2008 - 2013 adalah Palembang Kota Internasional, Sejahtera, dan Berbudaya. Visi tersebut memiliki makna bahwa pembangunan di kota Palembang memiliki cita-cita untuk mencapai terwujudnya kota Palembang sebagai salah satu kota Internasional yang senantiasa dinamis dalam merespon semua peluang dan tuntutan global,