Bentuk Kegiatan Kontribusi Organisasi Sosial Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial

57 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Matrik di atas menunjukkan, bahwa sasaran yang dijadikan target pelayanan organisasi sosial adalah permasalahan sosial yang bersifat humanity, dan telah dijadikan agenda, gerakan, dan kepedulian global. Artinya permasalahan sosial dimaksud telah menjadi kepentingan dari bangsa dan negara di dunia. Kondisi ini tercermin dari beberapa agenda pertemuan dunia yang terkonsentrasi pada anak, Kemiskinan, HIV dan AIDs, NAPZA. Sasaran yang dijadikan target pelayanan tidak hanya terkonsentrasi pada satu jenis klien misalnya anak terlantar dan orang tua usia lanjut. Sasaran yang paling banyak dilakukan oleh organisai sosial adalah anak dan keluarga. Informasi ini mengindikasikan, bahwa permasalahan sosial yang dihadapi oleh pemerintah di setiap kota 6 kota penelitian tidak berbeda. Dari sekitar 160 organisasi sosial umumnya melaksanakan kegiatan pengembangan anak pelayanan anak terlantar dan rawan terlantar. Kategori anak yang dilayani adalah anak yatim, yatim piatu, dan anak yang berasal dari keluarga tidak mampu fakir miskin. Kiprah organisasi pada generasi pertama tersebut lebih banyak sebagai pelaksana penjangkauan pelayanan pelayanan langsung dari pemerintah Sasaran pelayanan Palem- bang Semar- ang Sura- baya Sama- rinda Manado Kupang Anak √ √ √ √ √ √ Keluarga miskin √ √ √ √ √ √ Lanjut Usia Terlantar √ √ √ √ √ √ Penyandang Cacat √ √ √ HIVAIDS √ √ √ √ WanitaTuna Susila √ √ √ √ √ Pengemis Gelandangan √ √ √ Korban Penyalah Gunaan Narkoba √ √ √ Keluarga Berumah Tak Layak Huni √ √ √ Tabel 3 Jenis Pelayanan Sosial dan Organisasi 58 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial program pemerintah dan atau lembaga lain. Selama pekalsanaan kegiatan pelayanan berlangsung yang seringkali masing masing lembaga baik organisasi maupun pendonor mempunyai kesulitan. Pelayanan organisasi sosial semacam ini seringkali terhambat karena minimnya alokasi waktu penguruspelaksana. Penguruspelansana adalah orang yang mempunyai pekerjaan lain sebagai pekerjaan pokok untuk menghidupi keluarganya, begitu pula terhadap pendanaan kegiatannya, bahkan tidak jarang sebagai pelaksana memanfaatkan tenaga pensiunan PNS. Dana yang dialokasikan untuk kegiatan pelayanan organisasipun sangat terbatas. Kondisi ini terungkap ketika FGD antar pimpinanpengurus organisasi, ungkapan yang sangat akrab diantara Stefanus pengurus organisasi adalah kita ini orang sakit yang mengurusi orang sakit. Sementara itu, pihak pendonor harus mempertenggungjawabkan sesuai dengan batas waktu tahun anggaran. William sebagai Kepala Yayasan IA Hari menyebutkan bahwa selama ini Dinas Sosial Propinsi belum melakukan pemberdayaan terhadap yayasannya, dikarenakan hanya memberikan paket sembako yang terdiri dari ikan kaleng, mie instan, minyak goreng. Sesungguhnya dia menanyakan pola bantuan yang hanya meminta nama by name by address melalui orsos atau yayasanpanti dan mereka hanya bertugas mencarikan data yang akan dibagikan sekaligus mengatur pembagian bantuan kepada 50 Rumah Tangga Miskin RTM. Kegiatan ini tidak berdasarkan proposal yang diajukan yayasannya kepada Dinas Kota dan Propinsi, proposal yang sudah dibuat susah-susah berdasarkan need assessment sama sekali tidak dijadikan acuan atau dasar. Pihak yayasan juga bingung dengan model bantuan paket yang disalurkan. Apakah kegiatan bertujuan untuk hanya sekedar pemenuhan administrasi ataukah memang sudah ada kelayakan study dalam memberikan bantuan. William dia tidak yakin bahwa program yang ada di Kementerian Sosial hanya berdasarkan atau hanya dianggap sebagai proyek bukan program. Ada atau tidak adanya kegiatan hanya bergantung dari besaran bantuan. 59 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Hal yang sama juga terjadi pada organisasi sosial yang bergerak dalam pelayanan anak khususnya pendidikan anak usia dini. Kegiatan organisasi sosial ini merupakan realisasi Program dari Kementerian Pendidikan. pada dekade tahun 2000 -2010, perkembangan organisasi sosial yang mempunyai konsentrasi pada pendidikan anak usia dini cukup pesat. Dalam kerangka pelayanan kepada masyarakat, pemerintah telah menjalin kerjasama dengan organisasi sosial. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat pada prinsipnya telah dijadikan sebagai tuntutan setiap undang-undang, bahwa setiap Undang-Undang Republik Indonesia dapat kita jumpai klausul yang mengisyaratkan Pemerintah dan Masyarakat. Dewasa ini kebijakan pembangunan bidang kesejahteraan sosial di arahkan pada upaya menuju tercapainya keadilan sosial. Dengan berlakunya UU No.221999 Tentang Pemerintah Daerah, maka peran dan fungsi OrsosLSM-UKS memerlukan paradigma baru, dari semula sebagai pembantu pemerintah sekarang menjadi mitra sejajar dengan pemerintah. Persoalannya sekarang, apakah peran organisasi dalam penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial tersebut sudah berbentuk kemitraan dengan pemerintah 10 . Jika lembaga ini diposisikan sebagai mitra, tentunya ada beberapa persyaratan yang harus diikuti seperti perjanjian MOU sebelum kegiatan dilaksanakan. Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab organisasi sosial yang semakin besar dan diperlukan reorientasi organisasi yang bergerak di 10 Dalam istilah ekonomi, kemitraan didefinisikan sebagai kerjasama usaha saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil dan masing-masing pihak yang bermitra berada pada posisi tawar menawar yang seimbang Kompas, 11 Maret 1997. Uraian ini mengisyaratkan, bahwa prinsip dasar yang perlu ditekankan dalam membangun kemitraan adalah masing-masing pihak yang bermitra berada dalam proses take and give yang sepadan, dan menutup kesempatan berkembangnya pola patron-klien. 60 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial bidang kesejahteraan sosial yang bersifat independen, mandiri, menjunjung tinggi azas akuntabilitas serta tanggung jawab sosial. Dalam kerangka penyaluran, tentunya pemerintah harus lebih arif dalam menempatkan organisasi sosial. Dalam kerangka penyaluran bantuan misalnya, apakah peran organisasi hanya sebatas penghimpun data sasaran program dan penyalurannya. Sementara itu, organnisasi sosial lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat yang membutuhkan dan lebih memahami kebutuhan masyarakat. Tentunya, organiasasi harus diposisikan sebagai penentu bentuk pelayanan dan jenis bantuan yang akan disalurkan kepada masyarakat. Organisasi sosial generasi kedua lebih umumnya kondisinya lebih baik dari generasi pertama. Menurut Korten, aktivitas organisasi sosial Generasi kedua adalah membina kemampuan rakyat agar bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan lebih baik melalui tindakan lokal yang mandiri. Program organisasi pada generasi ini telah mempunyai komitmen jangka panjang yakni lebih menekankan kegiatan pada program pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan organisasi generasi kedua ini sudah mengarah pada pengembangan dan atau pemberdayaan, meskipun sasrannya tidak secara langsung pada dalam bentuk peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat keluarga miskin. Jika ditinjau dari bentuk program yang dilaksanakan memang sudah mengarah pada upaya untuk kemandirian masyarakat. Namun jika ditinjau dari asal progam lebih banyak difasilitasi dari pemerintah. Jadi persoalannya apakah organisasi ini merupakan upaya untuk mengatasi kekurangan dan keterbatasan mendesak yang sedang dialami penduduk penerima bantuan sesuai tuntutan masyarakat setempat atau sebagai alat untuk mengatasi keterbatasan pemerintah yang mendesak. Keberadaan organisasi generasi pertama ini mungkin lebih bersifat sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan dalam pembangunan. Artinya, organisasi baru difungsikan sebagai penyaluran program pemerintah sebagaimana 61 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial dikemukakan Esman Uphoff 1984 dalam Pramono 2004, bahwa pemanfatan lembaga lokal organisasi sosial dalam pembangunan akan diperoleh sejumlah efisiensi. Dari perspektif pelayanan yang diberikan, organisasi sosial telah memberikan kontribusi besar. Pelayanan yang diberikan pada dasarnya tidak hanya sekedar pengejawantahan dari pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia tetapi secara politis telah memberikan kontribusi dari agenda dunia. Meskipun, jenis pelayanan yang diberikan oleh organisasi sosial lebih banyak ditentukan oleh kondisi permasalahan sosial yang berada di lingkungannya. Sasaran program organisasi sosial umumnya adalah orang yang berasal dari keluarga yang tidak mampu miskin. Ditinjau dari segi usia, sasaran pelayanan klien organisasi mulai usia balita anak terlantar sampai dengan lansia pelayanan sosial bagi lanjut usia. Usia terendah adalah bayi berusia 7 bulan sampai lansia yang berusia di atas 100 tahun. Hal ini diketahui pada klien yang mendapat santunan di panti maupun luar panti. Kondisi ini menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh organisasi sosial relatif variatif. Bentuk pelayanan yang diberikan adalah 1 Pencegahan 2 Pelayanan pengembangan 3 penyantunan, 4 pemberdayaan, dan Jaminan Sosial. Pencegahan adalah salah satu upaya agar tidak timbul permasalahan sosial, kalaupun ada agar permasalahan tidak berkembang semakin besar. Pelayanan pengembangan umumnya diberikan kepada pengembangan diri pada anak. Gambar 3 Anak Balita dalam Panti 62 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Secara ideal orang tua dari anak yang dijadikan sasaran pelayanan juga dijadikan sasaran pada program program anti kemiskinan pemberdayaan keluarga. Anak dan keluarga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam satu pelayanan. Cara berpikirnya adalah anak yang dilayani telah memenuhi syarat, yakni dari keluarga tidak mampu miskin dan fakir miskin. Di satu sisi, kebutuhan hak dan kesejahteraan anak terpenuhi, di sisi lain keluarga mendapat keringanan untuk mempermudah keluar dari jerat ekonomi. Mengingat setiap pelayanan membutuhkan tenaga, waktu, dana dan keterampilan, maka persoalanya adalah bagaimana kemampuan organaisasi dalam memberikan layanan tersebut. Jika dicermati, kedua sasaran pelayanan tersebut belum dijadikan sebagai satu kesatuan yang utuh dalam pelayanan 11 organisasi mengambil salah satu sasaran sesuai dengan kemampuannya. 11 Dalam satu satuan keluarga keluarga miskin ada beberapa unsur yang dapat dijadikan dalam beberapa sasaran program yakni, anak, ibu, dan keluarga. Program yang dapat diakses antara lain: program yang bermuara pada kesejahteraan anak, Pemberdayaan wanita, dan pemberdayaan keluarga. Namun beberapa program yang masuk dalam keluarga baik yang berasal dari pemerintah, badan dunia, dan organisasi masih bersifat parsial. Dokumentasi Peneliti 2010 Gambar 4 Lanjut usia di dalam panti Gambar 5 Lanjut usia di luar panti 63 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Ditinjau dari segi jenis pelayanan yang diberikan organisasi, umumnya adalah permasalahan sosial yang berkaitan dengan kemiskinan. Sedangkan organisasi sosial yang bergerak dalam bidang rehabilitasi sosial masih relatif sedikit.Sasaran pelayanan organisasi sosial umumnya adalah pelayanan anak sebagai manifestasi dari Hak Anak. Jika dicermati dari hasil pengamatan dan informasi yang terhimpun, maka konsentrasi pelayanan yang diberikan oleh organisasi sosial adalah pada anak dan keluarga miskin. Dua alasan yang mengapa anak sebagai salah satu sasaran pelayanan organisasi. Pertama, pelayanan terhadap anak adalah tuntutan agama, terutama untuk anak yatim. Kedua, segi usia yang masih muda, anak ibarat kertas putih, sehingga pola perilaku anak masih relatif mudah untuk dibentuk. Penanaman ideologi agama tentunya lebih mudah ditanamkan pada anak. Konsentrasi organisasi sosial terhadap anak, memang cukup bervariasi, sesuai dengan realitas permasalahan yang ada di daerahnya. Permasalahan anak dimaksud antara lain: 1 Pendidikan anak usia dini PAUD; 2 Anak terlantar yakni anak dengan kriteria yatim, yatim-piatu dan yang berasal dari keluarga tidak mampu termasuk bayi terlantar; 3 Anak jalanan 3 Trafiking penjualan anak. Anak sebagai sebagai salah satu bagian dari masyarakat mempunyai seperangkat predikat yang melekat, yakni sebagai generasi penerus perjuangan, cita-cita bangsa, dan pemilik era pada masa mendatang. Pada masa tumbuh kembang, anak berada dalam kondisi rawan, dari berbagai sudut pandang telah diakui, bahwa faktor penting yang berpengaruh besar terhadap kualitas anak adalah terjaminnya kesejahteraan anak. Di sisi lain anak merupakan individu yang belum matang baik secara fisik, mental, maupun sosial. Kesejahteran anak telah dijadikan perhatian, isu, dan gerakan global yang bersifat kemanusiaan humanity. Beberapa agenda dunia telah menghasilkan 1 Convention on The Right of The Child Konvensi Hak 64 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Anak Geneva tanggal 20 November 1989; 2 Konvensi International Laboour Organization ILO No.138 tentang Usia Minimum untuk diperbolehkan bekerja; 3 Konvensi ILO No. 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak. Secara eksplisit komitmen Indonesia terhadap anak tercermin dari terbitnya beberapa landasan yuridis hukum sebagai berikut: 1. Undang Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak 2. UU No. 31997 tentang Pengadilan Anak; UU No. 202003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 3. UU No. 201999 ratifikasi Konvensi ILO No. 138 4. UU No. 12000 ratifikasi Konvensi ILO No. 182. 5. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 6. Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak 7. Kepres No. 59 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak 8. Keppres No. 87 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak 9. Keprres No. 88 Tahun 2002 Rencana Aksi Nasional Perdagangan Perempuan dan Anak. 10. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1994 tentang wajib belajar 9 tahun Ditinjau dari sistem pelayanan yang diberikan kepada anak, antara lain 1 pelayanan sistem panti 2 pelayanan sistem non panti dan 3 pelayanan sistem Rumah Singgah. Pelayanan yang diberikan dengan sistem panti dan sistem non panti dapat dijumpai di 6 kota yang penelitian, sedangkan khusus untuk sistem pelayanan rumah singgah hanya dijumpai di Surabaya, Palembang, Semarang. 65 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Sistem pelayanan non panti, umumnya dilaksanakan oleh orsos yang berada pada fase pertama. Konsentrasi pelayanannya lebih pada santunan anak dan pengembangan anak khususnya Pendidikan anak usia dini. Pelayanan yang diberikan antara lain pendidikan dan penambahan gizi anak. Kegiatan mereka umumnya difasilitasi oleh instansi pendidikan dan instansi kesehatan. Pelayanan anak khususnya PAUD dapat dijumpai di seluruh kota yang dijadikan sasaran penelitian. Organisasi yang memberikan pelayanan dengan sistem panti, umumnya organisasi yang mempunyai kedekatan hubungan dengan organisasi keagamaan. Hal ini tentunya ada keterkaitannya dengan kemudahan untuk sumber dana terutama dari jamaahjemaat. Pelayanan yang diberikan organisasi adalah pelayanan pengembangan anak meliputi pendidikan, keterampilan, dan basik agama. Organisasi pada generasi pertama yang berasal dari perkumpulan sosial masyarakat lokal berbeda dengan organisasi sosial yang terbentuk sebagai manifestasi pelaksanan amanah agama. Lembaga ini diinisiasi oleh individual, keluarga, atau sekelompok orang yang mempunyai kesamaan visi. Umumnya, mereka adalah orang yang dekat hubungannya dengan gerakan spiritual umat Kristiani, umat muslim. Jika dicermati, kemandirian baik ditinjau dari aspek kontinuitas pendanaan maupun kegiatannya organisasi sosial yang diiniasi dari kelompok spiritual tersebut umumnya pelayanan yang diberikan sudah lebih baik. Jenis kegiatan organisasi generasi kedua lebih banyak berkonsentrasi pada bidang pendidikan. Jenis pendidikan yang dilaksanakan meliputi 1 pendidikan anak usia dini dan TK, 2 Sekolah Dasarsederajat, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertamasederajat sampai Perguruan Tinggi. Dalam kerangka pengembangan diri anak, organisasi sosial telah membangun hubungan dengan beberapa lembaga baik pemerintah maupun lembaga swasta, dunia usaha, organisasi sosial internasional. 66 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Sebagai ilustrasi: organisasi sosial telah menjalin hubungan kerja untuk penyaluran baik penyaluran bakat anak maupun penyaluran penerima pelayanan yang telah lulus. Dalam kerangka penyaluran bakat, organisasi memberikan ijin dan memberikan pendampingan kepada anak untuk menampilkan keterampilannya di berbagai even, seperti acara hari ulang tahun sekolah, hari jadi pemerintah dan propinsi, dan lain-lain. Anak panti menjadi lebih dikenal di masyarakat. Mengenai lamanya penyantunan sosial, pada panti anak asuhan adalah sampai mereka dapat berkemampuan hidup di masyarakat dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama dibesarkan dibina di panti asuhan. Demikian juga halnya bagi anak terlantar baik karena yatim piatu atau fakir miskin yang mendapatkan pelayanan di luar panti. Dengan demikian ada yang tamat SLTA sudah mampu bekerja, antara lain dengan berwira usaha karena selama di panti asuhan, selain mendapatkan santunan pendidikan juga dilatih keterampilan usaha antara lain menjahit, atau keterampilan bengkel. Sementara bagi para lansia yang mendapatkan pelayanan di panti wreda. Kemungkinannya sampai tutup usia. Jumlah klien yang di layani oleh organisasi sosial khususnya klien dalam panti berkisar antara 30 sampai dengan 100 orang. Kondisi ini tergantung dari kemampuan organisasi baik dari tenaga, kapasitas tampung, dana maupun sarana yang dimiliki. Sedangkan jangkauannya umumnya tidak dibatasi hanya untuk komunitas lokal.

4. Keberlanjutan Kegiatan

Dari pengamatan di lapangan dan diskusi kelompok terungkap bahwa Orsos atau yayasan yang berangkat dari background agama lebih maju dari orsos yang berawal dari perkumpulan perkumpulan masyarakat di tingkat lokal kelurahan di satu lingkungan terlihat lebih mandiri dan mempunyai kemampuan yang justru tidak dimiliki yang cukup matang dalam pelayanan. Hal ini terlihat dari dana yang dihimpun, jumlah yang 67 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial dilayani, jangkauan pelayanannya, dan kontinuitas pelayanannya. Dalam kerangka keberlanjutan operasionalisasi organisasi, umumnya organisasi yang lebih mandiri adalah organisasi yang mempunyai: 1 kegiatan ekonomi produksi yang hasilnya untuk membiayai kegiatan organisasi surplus oriented. Ekonomi produktif yang dimiliki orsos antara lain usaha koperasi, air isi ulang, pertanian, perkebunan, kesenian anak-anak. 2 kemampuan SDM dalam menjalin relasi dan proposal untuk relaisasi program dan 3 mempunyai hubungan dengan organisasi non pemerintah baik dalam dan luar negeri 4 dipercaya oleh masyarakat. Dalam hal ketuntasan permasalahan kesejahteraan sosial yang dialami oleh penerima pelayanan, ada berbagai hambatan yang dialami. Keadaan ini dapat menghambat lajunya pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan kepada masyarakatklien. Dalam kaitan ini, hambatan antara lain berupa masalah dana operasional yang tidak mencukupi, masalah petugas pelayanan panti yang kurang memahami profesi Organisasi sosial Variabel Baground agama Perkumpulan masyarakat lokal Sumber Dana Rutin  Sumber dana rutin  Jemaat  Pemerintah  Klien yang telah berhasil  NGO yang menaungi Anggota dalam jumlah kecil Pemerintah UEP Sumber Dana Insidental  NGO  Dermawan  Dunia usaha  Masyarakat luas Masyarakat di lingkungannya Jumlah layanan Lebih besar Terbatas di lingkungan Jangkauan Tidak dibatasi pada komunitas lokal Lokal RWKelurahanDesa Tabel 4 Jangkauan dan Kontinuitas Organisasi Sosial