KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

37 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Secara geografis, Kota Kupang memiliki posisi strategis sebagai pusat pemerintahan propinsi NTT dan sekaligus sebagai salah satu mata rantai yang menghubungkan kebupaten Kupang dan Rote Ndao dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan, serta sejumlah Kabupaten lainnya yang berbatasan langsung dengan Kota Kupang. Dari posisinya yang demikian, Kota Kupang sangat tinggi aksebilitasnya terhadap pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang berperan penting dalam era globalisasi, yakni Makassar di Utara, Surabaya di Barat dan Darwin ke Selatan. Tantangan pembangunan Kota Kupang pada masa yang akan datang semakin kompleks, sehingga rumusan kebijakan dan strategi pembangunan tidak saja harus mempertimbangkan secara cermat situasi lokal dan arahan kebijakan tingkat propinsi maupun nasional yang secara umum mencermati pula peluang dan dampak percaturan geo-politik secara global. Khusus untuk kawasan Pasifik Selatan, pada era perdagangan bebas, akan merupakan lalu lintas perdagangan internasional yang paling ramai dimana Darwin Australia akan menjadi salah satu pintu gerbang perdagangan yang memainkan peran penghubung antara kawasan Barat Indonesia dengan negara-negara Pasifik Selatan termasuk Amerika Serikat. Selain itu, jalur ekonomi tradisional Surabaya dan Makassar akan tetap penting sehingga perlu menjadi acuan dalam pengembangan ekonomi daerah. Krisis mendalam hampir dalam setiap sendi kehidupan bangsa dan negara. Implikasinya adalah ketidak-pastian atau stagnasi terhentinya pertumbuhan ekonomi yang dapat menimbulkan Tantangan sekaligus peluang yang juga tidak kalah penting adalah kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat-daerah UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004. Konsekuensinya, daerah harus mampu menggali sendiri sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah PAD harus semakin ditingkatkan. Selain mempertimbangkan lingkungan strategis regional, nasional dan global seperti diuraikan diatas, berbagai program harus tetap 38 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial berpijak pada situasi lokal agar realistis dan sesuai dengan keadaan sosial budaya, kualitas sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang tersedia. Saat ini dan masa depan Kota Kupang menghadapi ancaman berupa ketidakcukupan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Air tanah yang disedot oleh PDAM Kabupaten Kupang untuk melayani 22.157 pelanggan pertahun adalah 80.967.324 m2, penggunaan tangki 786.575 m3 pertahun, rumah tangga pengguna sumur 19.910. Air yang disedot tersebut sebagian besar adalah air dibawah tanah, sedangkan air permukaan yang dimanfaatkan PDAM Kabupaten Kupang relatif lebih kecil. Gambaran tentang kondisi lokal Kota Kupang antara lain penduduk produktif hanya 82.669 orang atau 31,19 persen dari total penduduk 265.050 orang, dengan rata-rata pendapatan penduduk produktif adalah sebesar Rp. 565.656,50 perbulan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya jumlah rumah tangga miskin yakni 23.720 rumah tangga dari total 58.787 rumah tangga yang terbesar di Kota Kupang. Jumlah keluarga miskin tersebut berimplikasi pada akses pelayanan kesehatan dan pendidikan di Kota Kupang menjadi sangat kompleks karena tingginya biaya untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai. Tercatat 30 persen ibu melahirkan memilih dukun dan famili sebagai penolong persalinan, sedangkan akses masyarakat ke lembaga pendidikan formal setingkat SD sd SMU mutu kelulusannya sangat memprihatinkan. Tahun Ajaran 2005 - 2006, nilai tertingginya 9 - 10, sekalipun menggunakan paket soal dengan tingkat kesulitan tipe c. Selama ini Kota Kupang menempati posisi I diantara 16 KabupatenKota se-NTT, kini bergeser menjadi milik Sumba Timur dan Manggarai. Selain situasi lokal Kota Kupang yang dideskripsikan diatas, tercatat juga beberapa masalah telah berkembang dan harus dapat perhatian, antara lain: a. Kualitas Sumber Daya Manusia yang belum terkonsolidasi secara baik. b. Potensi ekonomi daerah belum dikelola secara optimal. 39 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial c. Pertumbuhan ekonomi belum berkembang optimal dan tidak selaras dengan potensi ekonomi masyarakat. d. Tidak konsistennya pemanfaatan ruang Kota Kupang dengan arah kebijakan penataan ruang Kota. e. Sering terjadinya gesekan-gesekan dalam relasi sosial yang potensial terhadap konflik sosial. f. Rendahnya tingkat penegakan hukum dan maraknya pelanggaran HAM. 40 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial 41 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dalam kerangka pembangunan kesejahteraan sosial pembangunan sebagai sebuah upaya, upaya untuk mewujudkan kesejahteraan sosial telah dirumuskan oleh Negara Kesatuan Repunlik Indonesia, yakni termaktub dalam UU No. 11 2009 BAB I pasal 1 ayat 2 yakni Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Jika dipahami, bahwa yang tertulis dalam Peraturan perundangan tersebut adalah pembangunan kesejahteraan sosial yang diselenggarakan oleh negara maka kontribusi organisasi sosial dalam pembangunan kesejahteran sosial dapat dilihat dari implementasi kebijakan tersebut dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat melalui organisasi sosial. Besar - kecilnya kontribusi tentunya sangat dipengaruhi oleh kondisi kemampuan organisasi tersebut. Artinya organisasi sosial dapat mengambil salah satu bentuk pelayanan kesejahteraan sosial dan atau beberapa kegiatan pelayanan lainnya. Sebagai proses, sejak pembentukan organisasi sosial sampai dengan operasionalisasi kegiatan organisasi, pada prinsipnya menunjukkan organisasi telah memberikan kontribusi. Artinya, dukungan pikiran, tenaga, dana, harta benda, keterampilan pengurus telah mulai tercurah sejak pembentukan organisasi. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicari dari penelitian ini maka beberapa aspek yang dijadikan pokok bahasan adalah 1 Kondisi Organisasi Sosial; 2 kontribusi orsos dalam pembangunan Kontribusi Organisasi Sosial Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Bab IV 42 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial kesejahteraan sosial; 3 program yang dapat memberikan akselerasi kontribusi orsos dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

A. Kondisi Organisasi Sosial

Analisis terhadap kondisi organisasi sosial akan ditinjau dari beberapa aspek yang berkaitan dengan kondisi internal organisasi. Kondisi internal organisasi tersebut tentunya mempunyai keterkaitan dengan ruang gerak organisasi dalam aktivitas pelayanan dan keberlanjutan pelayanan yang diberikan. Aspek yang berkaitan dengan kondisi internal dimaksud antara lain 1 legitimasi organisasi; 2 Sumber daya manusia 3 Sarana dan Prasarana

1. Legitimasi organisasi

Dalam kerangka penyelenggaraan kegiatan bagi setiap organisasi pada dasarnya tidak terlepas dari legitimasi keberadaan di suatu tempat. Pengertian tentang legitimasi, pada dasarnya tidak hanya sebatas pada perijinan dari pemerinah setempat tetapi termasuk di dalamnya adalah legitimasi di tengah masyarakat. Legalitas organisasi seringkali dijadikan sebagai salah satu syarat untuk mengakses program dari beberapa lembaga baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Dalam kerangka legitimasi, organisasi sosial harus mengeluarkan dana untuk perijinan mulai dari akta notaris sampai dengan pengesahannya di Kementerian Kumham. Padahal jelas bahwa organisasi tersebut secara nyata ingin berpartisipasi dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Di beberapa kalangan menyebut bahwa pengesahan organisasi dari lembaga yang berkomitmen merupakan sebuah konsekuensi logik tuntutan dari donatur baik yang berasal dari pemerintah maupun donatur asing. Berdasar data dan informasi yang terhimpun dari beberapa organisasi sosial yang dijumpai dari penelitian ini, umumnya telah memiliki landasan kepastian hukum perijinan dalam penyelenggaraan kegiatan sosial, perijinan dari instansi Sosial khususnya Dinas Sosial, namun tidak 43 Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial semua organisasi sosial tersebut dapat dikategorikan sebagai organisasi sosial yang berbadan hukum 3 . Perijinan yang diberikan untuk operasional kegiatan 0rganisasi tentunya tidak berlaku selamanya. Umumnya durasi ijin yang diberikan umumnya sepanjang satu tahun dan setelah durasi tersebut habis masa berlakunya, maka Organisasi sosial harus memperpanjang perijinan operasionalnya. Dari durasi ijin yang diberikan, ada beberapa organisasi sosial yang masa berlakunya sudah kedaluarsa. Menurut pengurus Organisasi sosial, terlambatnya perpanjangan perijinan ini ada keterkaitannya dengan mekanisme hubungan dengan organisasi sosial pusat. Tahun pendirian organisasi sosial dan Akte yang memberikan pengesahan hukum tidak selalu sama, artinya banyak diantara lembaga yang sudah beroperasi tetapi baru memperoleh akte pendirian dari notaris. Misalnya RAPI berdiri tahun 1950 tetapi memperoleh akte notaris bari pada tahun 1997. Kondisi ini tidak berarti bahwa operasionalisasi organisasi sosial baru berjalan setelah diperoleh akte notaris. Dalam konteks ini, organisasi yang belum berbadan hukum juga diberi peluang untuk melakukan aktifitas yang berkaitan dengan usaha kesejahteraan sosial sesuai dengan yang termaktub dalam Surat Keputusan Menteri Sosial R.I. Nomor 40 HUKKEPIX1990. 3. Lembaga yang yang berkompeten untuk memberikan legalitas organisasi sosial antara lain: Kementerian Hukum dan Ham. Secara eksplisit, ketentuan legalitas hukum tersebut tertuang dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Rapat paripurna DPR pada tanggal 7 September 2004 pasal 11 ayat 1 Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Notaris memperoleh pengesahan dari Menteri.2 Kewenangan Menteri dalam memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas nama Menteri, yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan. Undang-Undang No 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Soisal Pasal 46 ayat 1 Setiap lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial wajib mendaftar kepada kementerian atau instansi di bidang sosial sesuai dengan wilayah kewenangannya. 2 Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan dengan cepat, mudah, dan tanpa biaya.