5. Proses belajar pada orang dewasa
Menurut UNESCO, pendidikan orang dewasa menurut isi, tingkatan, metodenya, formal maupun tidak formal merupakan lanjutan atau pengganti
pendidikan di sekolah ataupun universitas. Hasil pendidikan orang dewasa berupa perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya Notoatmodjo, 2007.
Perubahan perilaku di dalam proses pendidikan orang dewasa andragogi umumnya lebih sulit daripada perubahan perilaku di dalam pendidikan anak
pedagogi karena orang dewasa sudah mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu. Untuk itu diperlukan usaha-usaha agar subjek belajar
meyakini pentingnya pengetahuan, sikap, dan perilaku tersebut bagi kehidupan yaitu dengan cara atau metode belajar mengajar yang tepat. Salah satu metode yang sangat
cocok untuk pendidikan orang dewasa adalah dengan diskusi kelompok, studi kasus, dan simulasi Notoatmodjo, 2007.
B. Metode Pembelajaran Kooperatif
1. Defenisi
Pembelajaran kooperatif merupakan kelompok strategi pengajaran yang melibatkan mahasiswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama
untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa, memfasilitasi mahasiswa dengan sikap kepemimpinan, membuat keputusan dalam kelompok, memberikan kesempatan
untuk berinteraksi serta belajar bersama-sama antar mahasiswa yang berbeda latar belakangnya Trianto, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi promotif. Pengajar sering membiarkan adanya
mahasiswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada
kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong
oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya
hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin bagi para anggotanya.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh pengajar atau kelompok dibiarkan
untuk memeilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain,
dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, pengajar terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar-anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Pengajar memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar. Pengajar sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan
interpersonal hubungan antar pribadi yang saling menghargai
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Killen, dalam Trianto 2011
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ibrahim dalam Jauhari 2011 Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu :
a. Hasil belajar akademik
Belajar kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi mahasiswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli
berpendapat model ini unggul dalam membantu mahasiswa memahami konsep-konsep sulit, meningkatkan nilai mahasiswa pada belajar akademik,
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar dan dapat member keuntungan baik pada mahasiswa kelompok bawah maupun atas yang bekerja
sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b.
Penerimaaan terhadap perbedaan individu Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya tentang tugas- tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain. c.
Pengembangan keterampilan sosial Mengajarkan kepada mahasiswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh mahasiswa.
2. Unsur penting dan prinsip utama pembelajaran kooperatif
Menurut Johnson Sutton 1992 dalam Trianto 2011, terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara mahasiswa.
Dalam belajar kooperatif mahasiswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Interaksi antara mahasiswa yang semakin meningkat.
Seorang mahasiswa akan membantu mahasiswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Interaksi yang terjadi dalam hal tukar-menukar ide
mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. c.
Tanggung jawab individual. Tanggung jawab mahasiswa berupa : membantu mahasiswa yang
membutuhkan bantuan, mahasiswa tidak hanya sekedar membantu hasil kerja dan teman sekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.
Mahasiswa dituntut untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain dalam kelompok dan bagaimana bersikap sebagai anggota kelompok dan
menyampaikan ide dalam kelompok sehingga menuntut keterampilan khusus. e.
Proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana
akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Model pembelajaran kooperatif juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar
kooperatif menurut Slavin 1995, dalam Trianto, 2011 adalah sebagai berikut : a.
Penghargaaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
b. Tanggung jawab individual, suksesnya kelompok tergantung pada belajar
individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah
siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
c. Kesempatan yang sama untuk sukses, mahasiswa membantu kelompom
dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa mahasiswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang
untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai
3. Fase-Fase pembelajaran kooperatif
Menurut Jauhari 2011, hlm. 54, terdapat enam fase dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
Tabel 2.2. Fase pembelajaran kooperatif
No. Fase Peran
Pengajar
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi mahasiswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut dan
memotivasi mahasiswa belajar.
2. Menyajikan informasi
Menyajikan informasi kepada mahasiswa dengan jalan cara demonstrasi atau lewat
bahan bacaan.
3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar Menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana
cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Membimbing kelompok dalam belajar, yaitu pada saat mereka mengerjakan tugas.
5. Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari kelompok atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Memberikan penghargaan Memberi
penghargaan kepada individu atau kelompok yang mendapatkan hasil yang baik.
Misalnya dengan memberi hadiah.
Universitas Sumatera Utara
C. Group investigation investigasi kelompok