Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MODEL TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) TERHADAP
HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
REZKI WULANDARI PURBA
091301006
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GANJIL, 2012/2013
(2)
SKRIPSI
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA
Dipersiapkan dan disusun oleh:
REZKI WULANDARI PURBA 091301006
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 27 September 2013
Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi
Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001
Tim Penguji
1. Lili Garliah, M.Si., psikolog Penguji I/Pembimbing
NIP. 196006041986032002
2. Filia Dina Anggaraeni, M.Pd Penguji II
NIP. 196910142000042001
3. Dina Nazriani, M.A Penguji III NIK. 84100511042001
(3)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:
Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia
adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 30 Okober 2013
Rezki Wulandari Purba NIM. 091301006
(4)
1
Mahasiswa Fakutas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Rezki Wulandari Purba1 dan Lili Garliah2
ABSTRAK
Hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat diketahui dari hasil akhir pendidikan yang dapat dilihat dari hasil belajar. Salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII-B dan kelas VIII-D salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Medan. Kelas VIII-D diberikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) dan kelas VIII-B diberikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah penelitian quasi-eksperimen dengan rancangan post-test only non-equivalent group. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar Bahasa Indonesia dengan 10 butir soal materi puisi yang disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada silabus pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru yang bersangkutan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia (t=0.684 ;p=0.496), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya ditolak, yaitu: tidak ada perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif model team games tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.
Kata kunci: Metode Pembelajaran Kooperatif, Model Teams Game Tournament (TGT), Hasil Belajar Bahasa Indonesia
The Effect Of Cooperative Learning Method Teams Game Tournament Model To The Result Of Learning Indonesian
(5)
ABSTRACT
Learning outcome is the result of the education process. Indirectly, Quality of education improvement can be seen from the result of learning. One of the factor that affect student learning outcome is a learning method that is used. The purpose of this study was to examine whether there are effect of cooperative learning to the result of learning Indonesian.
Subject in this study were the students of class VIII-B and class VIII-D from one junior high school in Medan. Class VIII-D given learning Indonesian with cooperative learning method teams games tournament (TGT) model and class VIII-B given learning Indonesian with conventional learning method. This research used a quasi-experimental design with a post-test only non-equivalent group. Measuring instrument used in this study is the Indonesian achievement test with 10 items poetic material compiled by researcher with refer to the syllabus of Indonesian used by the teacher concerned.
The result showed that there is no impact of cooperative learning to result of learning Indonesian (t=0.684 and p=0.496), so it can be concluded that the hypothesis proposed previously was rejected, which there is no difference in result of learning Indonesian between the control group and the experimental group. Thus, it can be interpreted that there is no impact of cooperative learning method of team games tournament (TGT) model to result of learning Indonesian.
Key Words: Cooperative Learning Method, Teams Game Tournament (TGT) Model, Learning Outcome Indonesian
(6)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya kekuatan serta meridhoi saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam, peneliti ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan dalam kehidupan di dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat.
Syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan saya keluarga, terutama orang tua yang selalu menjadi inspirasi dan tujuan utama dalam hidup saya, Ayahanda Ramahadi Purba dan Ibunda Rodiah Rosmawati Harahap. Terima kasih telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga untuk Wulan. Tak pernah berhenti memberikan motivasi, dukungan, dan perhatian yang sangat besar serta menyediakan seluruh sarana dan prasarana bagi Wulan. Terima kasih yang tak terhingga buat Ayah dan Mama yang sudah membesarkan Wulan dengan kasih sayang dan mendidik Wulan hingga saat ini. Wulan sangat bersyukur memiliki Ayah dan Mama yang sangat hebat dan luar biasa. Semua perjuangan dalam hidup Wulan adalah demi Ayah dan Mama.
Adapun judul skripsi saya adalah “Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Perjuangan keras dan tekad kuat sangat dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
(7)
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. Irmawati, psikolog. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Lili Garliah, M.Si., psikolog selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih untuk semua pengetahuan, dukungan, perhatian, semangat, saran, komentar, kesabaran, motivasi, dan waktu yang Ibu berikan selama membimbing saya sampai skripsi ini dapat selesai dengan baik. Tidak ada kata yang mampu mewakili rasa terimakasih saya. Saya sangat senang bisa menjadi anak bimbingan Ibu.
3. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd dan Ibu Dina Nazriani, M.A selaku dosen penguji. Terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji saya dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini dan terima kasih atas masukan yang Ibu berikan.
4. Dra. Emmy Mariatin, MA., PhD., psi selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas segala bimbingan dan semangat yang Ibu berikan kepada saya. Mohon maaf atas segala kesalahan yang saya lakukan.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara atas segala didikan, bantuan, dan semangat yang diberikan selama saya mengikuti proses perkuliahan di Fakultas Psikologi. 6. Kakak beserta kedua adikku yang selalu kucintai dan kusayangi, Ridha Yani
(8)
berjauhan tapi kalau sudah ketemuan pasti lebih banyak bertengkarnya, namun sangat kita mengerti bahwa itu adalah rasa kasih sayang kita. Kak Ridha yang murah hati, Nia yang cantik, dan Nurul yang baik hati, terima kasih atas semua dukungan, perhatian, kemarahan, kesedihan, dan kebahagiaan. Maaf atas kesalahan Wulan dan terima kasih sekali lagi.
7. Nenek, Ujing Lina, Ujing Kinuk, Uak, dan semua keluarga besar Ayah Mama, yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan perhatian kepada saya sampai skripsi ini selesai dengan baik. Terima kasih sudah mendengarkan semua alasan dan menggantikan alasan tersebut dengan doa-doa untuk Wulan. Terima kasih.
8. Teruntuk teman seperjuangan sekaligus sahabat kehidupan “Gadis Kupai -Kupai”, yaitu: Lili, Wanda, Hana, Dila, Marini, Pai, Qisty (sebenarnya mau nulis nama kalian yang lengkap, tapi karena terlalu banyak dan panjang jadi Wulan nulisnya nama panggilan aja hehehe). Terima kasih atas semua dukungan, pengetahuan, perhatian, semangat, kemarahan, kesedihan, kebahagiaan, komentar, kesabaran, waktu, dan lain halnya yang tidak dapat disebutkan, kalian bertujuhlah yang paling mengerti Wulan, dari buruk sampai baik. Maaf karena selama hampir 5 tahun ini, Wulan selalu buat kalian kecewa. Sekali lagi, terima kasih. Semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu...hwaiting!!!
9. Teman-teman stambuk 2009 (khususnya, kawan seperjuangan umeks: Rahmi dan Utami yang selalu memotivasiku^^*, serta Eci yang selalu mendengar keluh kesah ku di saat-saat genting hahaha), senior, dan adik-adik kelas yang
(9)
ikut terlibat dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.
10. Buat seluruh responden dalam penelitian ini, terima kasih telah memberikan kesediaannya menjadi sampel dalam penelitian ini yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu, terima kasih untuk semua bantuan dan dukungan yang telah kalian berikan selama ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis meminta maaf dan mengharapkan masukan sehingga laporan hasil penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2013
Rezki Wulandari Purba
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
(10)
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 11
1. Defenisi Hasil belajar ... 11
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 11
3. Bahasa Indonesia ... 15
B. Pembelajaran Kooperatif ... 16
1. Defenisi Pembelajaran Kooperatif ... 16
2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 17
3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ... 19
4. Konsep Utama Pembelajaran Kooperatif ... 20
5. Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) ... 21
6. Tahap-tahap Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) .. 21
(11)
D. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game
Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 25
E. Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 31
C. Defenisi Operasional Penelitian ... 32
D. Teknik Kontrol Terhadap Extraneous Variable ... 34
E. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35
F. Rancangan Penelitian ... 36
G. Instrumen dan Alat Ukur Penelitian ... 37
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41
I. Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur ... 45
J. Metode Analisa Data ... 48
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Analisa Data Penelitian ... 50
1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 49
2. Gambaran Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen ... 53
3. Uji Asumsi ... 55
B. Hasil Penelitian ... 56
1. Hasil Utama Penelitian ... 56
(12)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN... 69
DAFTAR TABEL
(13)
Indonesia Materi Menulis Puisi Untuk Kelas VIII
(sebelum uji coba) ... 40
Tabel 2. Blue Print Penyusunan Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menulis Puisi Untuk Kelas VIII (setelah uji coba) ... 41
Tabel 3. Gambaran Subjek Penelitian Pada Kelompok Eksperimen Pada Kelompok Diskusi Belajar ... 44
Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Pada Kelompok Eksperimen Pada Turnamen ... 45
Tabel 5. Hasil Uji daya Beda Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 47
Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin, Etnis, Dan Nilai Rapor Bahasa Indonesia Semester ganjil ... 51
Tabel 7. Norma Kategorisasi Nilai Rapor Bahasa Indonesia Semester Ganjil ... 52
Tabel 8. Kategorisasi Nilai Rapor Bahasa Indonesia Semester Ganjil ... 52
Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Pada Kelompok Eksperimen Berdasarkan Jenis Kelamin, Etnis, Dan Nilai Rapor Bahasa Indonesia Semester Ganjil ... 54
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ... 55
Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas ... 56
Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis ... 56
(14)
Tabel 14. Kategorisasi Tes Bahasa Indonesia ... 57
Tabel 15. Gambaran Kategori Subjek Penelitian Pada Kelompok Kontrol Dan Eksperimen Berdasarkan Tes Bahasa
Indonesia ... 58
DAFTAR GAMBAR
(15)
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
(16)
Lampiran 2. Distribusi Skor Alat Ukur Tahap Uji Coba ... 84
Lampiran 3. Hasil Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 90
Lampiran 4. Skala Penelitian ... 94
Lampiran 5. Jawaban Skala Tahap Uji Coba Dan Penelitian ... 100
Lampiran 6. Distribusi Skor Alat Ukur Tahap Penelitian Kelompok Eksperimen Dan Kontrol ... 101
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, Dan Hipotesis ... 105
Lampiran 8. Pembagian Tim Dan Turnamen Pada Kelompok Eksperimen ... 108
Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa (LKS) Dan Soal-Soal Turnamen ... 111
Lampiran 10. Lembar Skor Turnamen, Skor Turnamen, Dan Lembar Rangkuman Tim ... 130
Lampiran 11. Modul Pelaksanaan Penelitian Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 137
BAB I PENDAHULUAN
(17)
Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Rezki Wulandari Purba1 dan Lili Garliah2
ABSTRAK
Hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat diketahui dari hasil akhir pendidikan yang dapat dilihat dari hasil belajar. Salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII-B dan kelas VIII-D salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Medan. Kelas VIII-D diberikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) dan kelas VIII-B diberikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah penelitian quasi-eksperimen dengan rancangan post-test only non-equivalent group. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar Bahasa Indonesia dengan 10 butir soal materi puisi yang disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada silabus pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru yang bersangkutan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia (t=0.684 ;p=0.496), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya ditolak, yaitu: tidak ada perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif model team games tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.
Kata kunci: Metode Pembelajaran Kooperatif, Model Teams Game Tournament (TGT), Hasil Belajar Bahasa Indonesia
The Effect Of Cooperative Learning Method Teams Game Tournament Model To The Result Of Learning Indonesian
(18)
ABSTRACT
Learning outcome is the result of the education process. Indirectly, Quality of education improvement can be seen from the result of learning. One of the factor that affect student learning outcome is a learning method that is used. The purpose of this study was to examine whether there are effect of cooperative learning to the result of learning Indonesian.
Subject in this study were the students of class VIII-B and class VIII-D from one junior high school in Medan. Class VIII-D given learning Indonesian with cooperative learning method teams games tournament (TGT) model and class VIII-B given learning Indonesian with conventional learning method. This research used a quasi-experimental design with a post-test only non-equivalent group. Measuring instrument used in this study is the Indonesian achievement test with 10 items poetic material compiled by researcher with refer to the syllabus of Indonesian used by the teacher concerned.
The result showed that there is no impact of cooperative learning to result of learning Indonesian (t=0.684 and p=0.496), so it can be concluded that the hypothesis proposed previously was rejected, which there is no difference in result of learning Indonesian between the control group and the experimental group. Thus, it can be interpreted that there is no impact of cooperative learning method of team games tournament (TGT) model to result of learning Indonesian.
Key Words: Cooperative Learning Method, Teams Game Tournament (TGT) Model, Learning Outcome Indonesian
(19)
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia serta untuk menguasai ilmu dan teknologi. Sebagai masyarakat Indonesia, penting untuk kita mempelajari dan memahami Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Tetapi, saat ini dapat dilihat bahwa sebagian masyarakat Indonesia sendiri belum mempunyai rasa internalisasi terhadap bahasanya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah kalangan yang sering mencampuradukkan Bahasa Indonesia dengan bahasa asing dalam penuturan sehari-hari dan yang lebih ironisnya adalah menurunnya nilai Ujian Nasional (UN) Bahasa Indonesia (Afifah, 2012).
Nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam berbagai tes didapati lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran bahasa asing, seperti: Bahasa Inggris. Bukan hanya dalam ulangan harian, baik pada ujian nasional (UN) maupun tes masuk perguruan tinggi juga menunjukkan hasil yang serupa. Salah satu surat kabar mengatakan bahwa tiga tahun terakhir ini memang hasil UN dan tes-tes Bahasa Indonesia dalam tes masuk perguruan tinggi, menunjukkan nilai yang lebih rendah daripada hasil tes yang lain, bahkan dari mata ajar yang biasanya menjadi momok seperti matematika (Afifah, 2012).
Dari 7.579 siswa yang tidak lulus UN 2012, sebagian besar gagal pada mata pelajaran matematika dan Bahasa Indonesia, sama dengan tahun lalu. Bahkan jumlah ketidaklulusan akibat gagal di ujian Bahasa Indonesia lebih tinggi
(20)
dibandingkan dengan ketidaklulusan pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak lagi dianggap menjadi pelajaran penting bagi siswa, bahkan nilai kepentingannya berada di bawah pelajaran Bahasa Inggris. Banyak siswa yang lebih fokus pada kemampuan menguasai Bahasa Inggris ketimbang bahasa negaranya sendiri, Bahasa Indonesia (Polkamnas, 2012).
Hal ini sangat ironis mengingat Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu yang pada akhirnya dianggap sebagai bahasa yang sulit dipelajari. Tingginya jumlah siswa yang tidak lulus akibat rendahnya nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dinilai akibat telah terjadinya pergeseran nilai, di mana generasi penerus lebih bangga menguasai Bahasa Inggris dibandingkan Bahasa Indonesia. Tentu sangat disayangkan saat melihat kalangan generasi muda saat ini lebih antusias mempelajari bahasa asing daripada memperdalam Bahasa Indonesia dan melestarikannya.
Dengan demikian sudah seharusnya proses pembelajaran Bahasa Indonesia ditangani lebih serius. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para tenaga pendidik untuk kembali memotivasi siswa dalam mempelajari Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Guru sebagai pendidik perlu mempersiapkan metode pembelajaran yang terprogram agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih mantap.
Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia (Purwanto, 2004). Metode
(21)
pembelajaran yang umumnya dipakai para guru Bahasa Indonesia masih menekankan kepada situasi guru mengajar bukan situasi siswa belajar.
Sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif, yaitu: guru memberikan konsep-konsep yang terdapat dalam buku pelajaran secara langsung pada peserta didik dan siswa secara pasif menyerap pengetahuan tersebut (Trianto, 2011). Meskipun, metode pembelajaran dengan kerja kelompok sudah mulai diterapkan. Namun, pembelajaran dengan kerja kelompok yang masih bersifat tradisional, yakni: masing-masing kelompok memilih sendiri anggota-anggota kelompoknya kurang membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah dapat membuat siswa menjadi pasif dalam menerima pelajaran Bahasa Indonesia dan hanya menghafal konsep-konsep tanpa memahami makna dan manfaat dari konsep tersebut. Selain itu, siswa tidak tidak dituntut aktif dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran. Siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafalkannya. Model pembelajaran seperti ini yang akan mengakibatkan siswa hanya memahami 10-30% dari materi yang diterangkan (Trianto, 2011).
Untuk membantu siswa dalam mencapai keberhasilan dalam belajar Bahasa Indonesia dapat digunakan metode pembelajaran yang berdasarkan pandangan konstruktivis. Menurut Hudjono (dalam Trianto, 2011) sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivis melibatkan keaktifan siswa dalam belajarnya dan mengaitkan informasi baru dengan informasi sebelumnya, sehingga menyatu dengan skema yang dimiliki siswa. Salah satu pandangan konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif.
(22)
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2011) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Dengan kata lain, hakikat sosial dan penggunaan kerja sama dalam kelompok menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat ditetapkan, salah satunya adalah teams game tournamen (TGT). Teams game Tournament (TGT) merupakan salah satu model yang dipercaya dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar informasi, tidak hanya informasi dari guru. Pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) terdiri dari empat tahap utama, yaitu: tahap presentasi guru, kelompok belajar, turnamen, dan penghargaan kelompok (Slavin, 2008). Metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur kerjasama antar siswa dalam kelompok dan tanggung jawab kelompok dalam pembelajaran individu. Model team games tournament (TGT) merupakan model pembelajaran yang identik dengan permainan atau kuis yang dimainkan siswa dengan tujuan mengumpulkan skor untuk meningkatkan total skor kelompok. Kegiatan ini dilakukan pada tahap ketiga, yaitu: tahap turnamen. Pembagian kelompok pada metode pembelajaran
(23)
kooperatif model teams game tournament (TGT) didasarkan pada keheterogenan siswa, baik suku, prestasi, dan jenis kelamin (Trianto, 2011).
Peneliti menggunakan model team games tournament (TGT) dengan alasan bahwa siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMP) yang menjadi subjek penelitian dapat bermain tanpa melupakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan kata lain, siswa akan belajar dengan permainan yang ada di dalam model team games tournament (TGT). Penggunaan permainan di dalam model teams game tournament (TGT) juga membuat siswa lebih banyak berinteraksi dengan siswa lainnya. Model teams game tournament (TGT) yang di dalamnya mempunyai tahap kegiatan kelompok belajar, juga dapat membantu para siswa untuk memacu motivasi belajar menjadi aktif (Liulin, 2009).
Dengan kegiatan kelompok belajar, para siswa dapat berdiskusi dan berbagi pengetahuan dengan teman-teman lainnya. Para siswa juga dapat aktif dalam memacu motivasi belajar, sehingga para siswa memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran dengan mudah. Hal ini terjadi karena para siswa merasa lebih santai dan senang bila belajar dan berdiskusi dengan teman sendiri. Apabila para siswa sudah mempunyai motivasi yang kuat dan merasa senang, para siswa dapat menunjukkan minat, aktivitas, dan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan belajar yang sedang dilaksanakan (Liulin, 2009). Begitu juga pada pembelajaran Bahasa Indonesia, jika para siswa memiliki motivasi yang kuat dan dapat aktif dalam kegiatan belajar, maka hasil belajar Bahasa Indonesia dapat meningkat.
(24)
Selanjutnya, peneliti juga mempunyai alasan bahwa model teams game tournament (TGT) menuntut keterampilan berkomunikasi dalam bentuk kerja sama kelompok dalam rangka mencapai tujuan kelompok. Kemampuan berkomunikasi dituntut dalam berinteraksi, baik dengan anggota di dalam kelompok, maupun di luar kelompok (Mularsih, 2010). Kemampuan berkomunikasi ini cukup relevan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang pada dasarnya mempunyai tujuan dari agar para siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien, baik secara lisan maupun tulisan, sehingga bahasa Indonesia dapat digunakan dengan tepat dan kreatif (Suwarni, 2010).
Kumaradivelu (dalam Mularsih, 2010) menjelaskan bahwa perlu adanya prosedur yang harus diterapkan seorang guru ketika mengajar di dalam kelas, yaitu: memodifikasi materi dan memfasilitasi aktivitas para siswa. Modifikasi materi mengacu pada cara guru menyajikan materi yang dapat menarik siswa menjadi termotivasi untuk belajar, sehingga diperlukannya metode pembelajaran yang tepat. Kemudian, guru juga harus memfasilitasi interaksi para siswa, misalnya: memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam penyelesaian tugas. Metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih kemampuan berbicaranya secara maksimal dalam keadaan yang nyaman untuk saling berbagi pendapat, saling mengarahkan dengan menggunakan unsur permainan yang telah disesuaikan dengan materi pembelajaran. Adanya unsur permainan dalam pembelajaran tipe TGT dapat menarik minat siswa untuk
(25)
belajar, khususnya mempelajari keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini dianggap membosankan (Utami dkk, 2013).
Selain itu, model teams game tournament (TGT) dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu sosial, maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD, SMP) hingga perguruan tinggi. Model teams game tournament (TGT) sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian, model teams game tournament (TGT) juga dapat diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya: esai atau kinerja (Trianto, 2011). Oleh karena itu, Model pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada serta dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia.
Peneliti menemukan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya mengenai metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT), beberapa diantaranya masih digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang materi keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD dan matematika tentang materi pokok logaritma pada siswa X MAN. Kedua mata pelajaran dengan materi yang dijadikan variabel penelitian merupakan kompetensi dasar yang sesuai dengan kurikulum pembelajaran, sehingga penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut. Begitu juga dengan materi menulis puisi yang merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dipelajari dan dikuasai siswa SMP kelas VIII. Oleh karena itu, peneliti ingin
(26)
mengetahui lebih lanjut mengenai model TGT jika digunakan guru dalam mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis puisi, yang nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangsih kekayaan wacana dalam dunia pendidikan dan menjadi salah satu alternatif dalam pemecahan masalah, khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia.
Selain itu, peneliti juga menemukan salah satu karakteristik yang tidak disertakan oleh kedua peneliti di atas ketika melakukan penelitian, yaitu: berkaitan dengan pembagian kelompok. Menurut Trianto (2011), pembagian kelompok pada metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) didasarkan pada keheterogenan siswa, baik suku, prestasi, dan jenis kelamin. Tetapi, pada kedua penelitian di atas tidak diketahui pembagian kelompok sesuai dengan keheterogenan siswa. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melihat lebih jauh pengaruh metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia, jika diberikan kepada siswa SMP kelas VIII dengan pembagian kelompok yang sesuai dengan teori yang telah ditetapkan, yaitu: didasarkan pada keheterogenan siswa.
(27)
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk melihat pengaruh metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi masukan yang bermanfaat dan informasi bagi disiplin ilmu psikologi, khususnya pada bidang psikologi umum dan eksperimen serta bidang pendidikan.
b. Menjadi masukan dan referensi untuk bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan dan membantu pemahaman bagi masyarakat, khususnya para orang tua dan para pengajar mengenai pengaruh metode pembelajaran kooperatif model teams games tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia. Selain itu, metode pembelajaran kooperatif model teams games
(28)
tournament (TGT) dapat digunakan para guru dalam mengajar Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : Landasan teori berisi tinjauan teoritis yang menjadi acuan
dalam pembahasan masalah.
BAB III: Metode penelitian berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian, yaitu: identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, rancangan penelitian, instrumen dan alat ukur penelitian, prosedur penelitian, validitas, uji daya beda, dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisa data.
BAB IV: Hasil dan interpretasi yang diuraikan dengan gambaran umum dari subjek penelitian, hasil analisis data dengan menggunakan analisis statistik dan interpretasi data sebagai hasil penelitian sesuai dengan landasan teori yang digunakan.
BAB V: Kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian yang diperoleh.
(29)
LANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 1. Definisi Hasil belajar
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur, yaitu: tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 2005). Untuk mengetahu hasil belajar siswa, dibutuhkan penilaian sebagai hasil akhir dari hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya.
Penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa (Sudjana, 2005).
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, antara lain:
(30)
Kematangan/pertumbuhan
Mengajarkan sesuatu yang baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya serta potensi-potensi jasmani dan rohaninya telah matang untuk itu.
Kecerdasan/intelegensi
Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil juga ditentukan oleh taraf kecerdasannya.
Latihan dan ulangan
Kerena terlatih, karena seringkali mengulang sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi semakin dikuasai dan semakin mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan, pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.
Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisasi untuk melakukan sesuatu. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang tersebut menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.
Sifat-sifat pribadi seseorang
Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyaknya turut pula mempengaruhi hasil belajar seorang siswa.
(31)
Keadaan keluarga
Termasuk di dalam faktor ini, ada tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Guru dan cara mengajar
Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang sangat penting. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan kepada anak didiknya juga turut menentukan hasil belajar yang dicapai siswa.
Alat-alat pengajaran
Sekolah yang cukup memili alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat tersebut akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.
Motivasi sosial
Belajar adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak maka timbullah dalam diri anak tersebut dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.
Lingkungan dan kesempatan
Banyak pula anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibatnya tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap harinya, pengaruh
(32)
lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lainnya yang terjadi di luar kemampuannya.
Selain itu, menurut Ahmadi dan Supriyono (2008) ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:
a. Faktor-faktor stimulus belajar
Yang dimaksudkan dengan stimulus belajar di sini yaitu segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh pelajar.
b. Faktor-faktor metode belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan kata lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.
c. Faktor-faktor individual
Kecuali faktor-faktor stimuli dan metode belajar, faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor-faktor individual itu, seperti: kematangan, usia, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani dan rohani, serta motivasi.
(33)
Secara umum, pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku secara lisan maupun tulisan, sehingga bahasa Indonesia dapat digunakan dengan tepat dan kreatif. Sedangkan, tujuan khusus pembelajaran bahasa Indonesia ialah materi yang diajarkan dapat dipahami para peserta didik. Untuk mewujudkan tujuan umum dan tujuan khusus tersebut maka dibutuhkan beberapa cara, seperti: menggunakan metode, media atau pembelajaran yang bervariasi agar lebih menarik (Suwarni, 2012).
Oleh karena itu, para guru dituntut untuk lebih dapat kreatif untuk menunjang keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia. Namun, kenyataannya para guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia terlihat monoton dan bersifat pasif karena hanya berpusat pada guru. Pada pembelajaran bahasa Indonesia, hal yang perlu diubah adalah pandangan dan sikap para peserta didik yang sering menganggap bahwa belajar bahasa Indonesia merupakan hal yang sangat membosankan. Mengingat betapa pentingnya penggunaan bahasa, pembelajaran bahasa harus dilakukan secara tepat (Suwarni, 2012).
Kumaradivelu (dalam Mularsih, 2010) menjelaskan bahwa perlu adanya prosedur yang harus diterapkan seorang guru ketika mengajar di dalam kelas, yaitu: memodifikasi materi dan memfasilitasi aktivitas para siswa. Modifikasi materi mengacu pada cara guru menyajikan materi yang dapat menarik siswa menjadi termotivasi untuk belajar, sehingga diperlukannya metode pembelajaran yang tepat. Guru juga harus memfasilitasi interaksi para siswa, misalnya:
(34)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam penyelesaian tugas.
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin mengemukakan dua alasan, yaitu: pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketarampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki (Sanjaya, 2008).
1. Defenisi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu: antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, rasa atau etnis yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
(35)
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan memiliki ketergantungan positif (Sanjaya, 2008).
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011).
Larsen (dalam Mularsih, 2010) menjelaskan bahwa guru dapat menggunakan metode pembelajaran kooperatif sebagai upaya untuk membuat siswa menjadi termotivasi dalam proses belajar dan dapat berinteraksi dengan teman dalam bekerja sama. Pembelajaran kooperatif menekankan pada aktivitas siswa di dalam kelompok dan bagaimana siswa dapat berkolaborasi serta bersosialisasi bersama-sama secara efektif.
2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2009) ada empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Prinsip Ketergantungan Positif (positive interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing
(36)
anggota. Dengan demikian, semua anggota kelompok akan merasa saling ketergantungan.
b. Tanggung Jawab Perseorangan (individual accountability)
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
c. Interaksi Tatap Muka (face to face promotion interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
d. Partisipasi dan Komunikasi (participation communication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali
(37)
dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tidak mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih dan melatih, sampai pada akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik.
3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson dan Sutton (dalam Trianto, 2009), ada lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lainnya untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok.
c. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya.
(38)
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari mataeri yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.
e. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
4. Konsep Utama Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1995) dalam Trianto (2009), konsep utama dari belajar kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria tertentu.
b. Tanggung jawab individual, bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua angota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
(39)
5. Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) dikembangkan oleh Davis De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Teams game tournament (TGT) menggunakan turnamen akademik, kuis-kuis, dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Trianto, 2011).
TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu-ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD, SMP) hingga perguruan tinggi (Trianto, 2011). TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian, TGT juga dapat diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya: esai atau kinerja (Trianto, 2011).
6. Tahap-tahap Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)
Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) terdiri dari empat tahap utama, yaitu:
(40)
Materi dalam teams game tournament (TGT) diperkenalkan dalam presentasi guru di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan yang dipimpin oleh guru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini, guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam tahap kelompok belajar.
b. Tahap kelompok belajar
Kelompok belajar terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, dan etnis. Fungsi utama dari tahap ini adalah memastikan semua anggota kelompok benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan permainan pada tahap turnamen dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar kerja siswa (LKS).
c. Tahap turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana permainan berlangsung. Permainan terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan dengan materi yang sudah diberikan serta dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi guru di kelas dan pada tahap kelompok belajar. Permainan tersebut dimainkan di atas meja dan ada perwakilan dari masing-masing kelompok belajar. Permainan berupa pertanyaan yang ditulis di kartu
(41)
bernomor. Setiap kelompok turnamen akan dibagi menjadi pembaca dan penantang.
d. Tahap penghargaan kelompok.
Kelompok akan mendapatkan sertifiat atau bentuk penghargaan lainnya apabila mereka mencapai kriteria tertentu.
C. Pembelajaran Konvensional
Metode konvesional adalah metode pengajaran yang berbentuk ceramah. Dalam metode pembelajaran ini, guru hanya bercerita saja sesuai dengan yang ada di dalam buku. Metode konvensional merupakan penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam pelaksanaannya, guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya (Sriyono dalam Harsono, dkk, 2009).
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru dan cenderung berpusat pada guru (teacher centered). Kegiatan pembelajaran secara konvensional berpijak pada teori behavioristik yang banyak didominasi oleh guru. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu: memberi materi melalui ceramah, latihan soal, kemudian pemberian tugas (Suteni dkk, 2013).
Pendapat tersebut menekankan bahwa pembelajaran konvensional menggunakan metode yang sudah biasa digunakan oleh guru, yaitu: dengan memberikan ceramah maupun latihan soal. Hal ini sesuai dengan pendapat
(42)
Sudjana (dalam Suteni dkk, 2013) bahwa pembelajaran konvensional lebih didominasi oleh guru dan siswa bersifat pasif selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan, menurut Santyasa (dalam Suteni, 2013) menyebutkan bahwa belajar dalam model konvensional adalah bersifat linier dan deterministik. Para siswa hanya belajar seperangkat keterampilan dasar yang bersifat umum sebagai bekal untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks dan kemudian menerapkan informasi yang telah diterima tersebut.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional didalam kelas sebagai berikut. Pada tahap kegiatan awal, guru menentukan pokok materi yang akan dijelaskan dengan membuat catatan penting yang akan disampaikan kepada siswa, sedangkan siswa menyiapkan buku pelajaran dan buku catatan. Pada tahap kegiatan inti, guru menyampaikan materi pelajaran dengan uraian-uraian dan mengontrol pemahaman murid dengan beberapa pertanyaan, tugas-tugas, dan sebagainya. Dalam kegiatan ini siswa hanya menyimak apa yang dijelaskan oleh guru serta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada tahap penutup guru menyimpulkan pelajaran dan mem-berikan evaluasi kepada siswa.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru di mana guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga menjadikan siswa lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan. Selain itu, metode konvensional juga menjadikan siswa berperan pasif ketika proses belajar-mengajar berlangsung dan siswa cenderung menerima keputusan guru dalam pengajaran yang diberikan oleh guru.
(43)
D. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Penggunaan metode pembelajaran yang berbeda dapat menunjukkan hasil belajar yang berbeda. Setiap metode pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, baik dari kelebihan maupun kekurangan. Metode pembelajaran konvensional atau sering dikenal juga dengan metode ceramah masih banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini lebih menitikberatkan peran seorang guru sebagai sumber belajar. Hal ini akan membentuk kepribadian siswa yang kurang baik, terutama membentuk sikap siswa yang lebih pasif sehingga akan mempengaruhi hasil belajar.
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru dan cenderung berpusat pada guru (teacher-centered). Sistem pembelajaran ini masih bersifat satu arah, yaitu: pemberian materi oleh guru. Sistem pembelajaran ini membuat mahasiswa menjadi pasif karena hanya mendengarkan saja dan kreativitas mereka kurang terpupuk atau bahkan cenderung tidak kreatif. Metode ini hanya memberikan informasi satu arah karena yang ingin dicapai adalah bagaimana guru bisa mengajar dengan baik, sehingga yang ada hanyalah transfer pengetahuan (Hadi, 2007).
Kegiatan pembelajaran secara konvensional berpijak pada teori behavioristik yang banyak didominasi oleh guru. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu: memberi materi melalui ceramah, latihan soal, kemudian pemberian tugas (Suteni dkk, 2013). Pada sistem pembelajaran konvensional, dosen lebih
(44)
banyak melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan bentuk ceramah. Pada saat mengikuti proses belajar-mengajar atau mendengarkan ceramah, para siswa hanya sebatas memahami sambil membuat catatan. Guru menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu (Hadi, 2007).
Metode konvensional juga kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga menjadikan siswa lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan. Dalam metode ini, gurulah yang menjadi pusat perhatian. Guru lebih banyak berbicara, sedangkan murid hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Input Proses Output
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Salah satu tugas guru adalah memiliki metode pembelajaran yang dapat membuat proses belajar-mengajar berjalan secara efektif. Salah satunya adalah melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
Pembelajaran Kooperatif a. Berpusat Pada Siswa
(student-centered) b. Didominasi Siswa c. Menekankan Kerja
Kelompok
d. Siswa Berperan Aktif
Metode Pembelajaran Konvensional a. Berpusat Pada Guru (teacher-centered) b. Didominasi Guru c. Guru Hanya Bercerita
Saja
d. Siswa Berperan Pasif
Hasil Belajar
Hasil Belajar
(45)
metode pembelajaran dalam teori konstruktivis. Landasan teoritis pendidikan modern adalah teori pembelajaran konstruktivis. Pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan aktif proses belajar mengajar dan lebih menekankan situasi student-centered dari pada situasi teacher-student-centered. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011).
Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2011) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Dengan kata lain, metode pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kerja kelompok untuk meningkatkan hasil belajar dengan bekerja sama antara siswa yang tahu ke siswa yang belum tahu sehingga materi pelajaran dapat diserap oleh seluruh siswa.
Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu: antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, rasa atau etnis yang berbeda (heterogen).Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
(46)
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011).
Larsen (dalam Mularsih, 2010) menjelaskan bahwa guru dapat menggunakan metode pembelajaran kooperatif sebagai upaya untuk membuat siswa menjadi termotivasi dalam proses belajar dan dapat berinteraksi dengan teman dalam bekerja sama. Pembelajaran kooperatif menekankan pada aktivitas siswa di dalam kelompok dan bagaimana siswa dapat berkolaborasi serta bersosialisasi bersama-sama secara efektif.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat ditetapkan, salah satunya adalah team games tournamen (TGT) merupakan salah satu model yang dipercaya dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar informasi, tidak hanya informasi dari guru. Pembagian kelompok pada model pembelajaran kooperatif model team games tournament (TGT) didasarkan pada keheterogenan siswa, baik etnis, prestasi, maupun jenis kelamin.
Mengingat pentingnya variasi pembelajaran di kelas yang akan berimplikasi dengan motivasi belajar dan hasil belajar para siswa, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang salah satu metode pembelajaran kooperatif, yaitu: model teams games tournamen (TGT). Metode pembelajaran kooperatif model teams games tournamen (TGT) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur kerjasama antar siswa dalam kelompok, tanggung jawab kelompok dalam pembelajaran individu, penambahan
(47)
skor dilakukan setelah permainan, dan antar kelompok dipertandingkan dalam permainan yang edukatif. Jadi, setiap anggota kelompok harus memahami materi lebih dulu sebelum mengikuti permainan (Liulin, 2009).
Metode pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar para siswa dalam mempelajari Bahasa Indonesia, sehingga para siswa dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi dan pengetahuan, dapat memotivasi para siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran di kelas, dan dapat meningkatkan hasil belajar serta melatih kemampuan para siswa dalam bekerja sama sekaligus menjelaskan kepada teman sekelompok yang tidak paham. Dengan demikian peserta didik tidak akan merasa bosan dan memperoleh manfaat yang maksimal baik dari motivasi belajar maupun dari hasil belajar (Liulin, 2009). Dengan kata lain, metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) ini dapat memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan pembelajaran yang ada dan meningkatkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia (Trianto, 2011).
E.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya dan kerangka berpikir yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif model team games tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.
(48)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang melakukan pengolahan datanya dengan menggunakan metode statistik (Azwar, 2004). Metode eksperimen adalah metode ketika peneliti ingin melihat pengaruh dari suatu perlakuan terhadap suatu variabel untuk mengetahui hubungan sebab akibat (Solso & Kimberly, 2002). Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) terhadap hasil belajar bahasa Indonesia.
B.Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat di dalam penelitian adalah:
Variabel bebas : Metode Pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT)
Variabel tergantung : Hasil belajar Bahasa Indonesia
(49)
C. Defenisi Operasional Penelitian
1. Hasil belajar bahasa Indonesia
Hasil belajar Bahasa Indonesia merupakan hasil yang diperoleh subjek setelah mempelajari materi menulis puisi dengan metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT). Hasil belajar diukur melalui tes hasil belajar Bahasa Indonesia yang terdiri dari 10 aitem dengan bentuk pilihan ganda. Total skor yang diperoleh pada tes hasil belajar Bahasa Indonesia menggambarkan nilai hasil belajar Bahasa Indonesia yang dikerjakan oleh subjek penelitian. Semakin tinggi nilai tes hasil belajar Bahasa Indonesia, menunjukkan semakin baik hasil belajar Bahasa Indonesia yang dikerjakan oleh subjek penelitian. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai tes hasil belajar Bahasa Indonesia, menunjukkan semakin buruk hasil belajar Bahasa Indonesia yang dikerjakan oleh subjek penelitian.
2. Metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) merupakan proses pemberian metode pembelajaran yang dibagi menjadi empat tahap yang digunakan guru dalam menjelaskan materi penelitian, yaitu: menulis puisi. Pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) menggunakan permainan yang dimainkan antara anggota kelompok pada kelompok turnamen untuk memperoleh tambahan nilai untuk skor kelompok pada tahap kelompok belajar. Pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) diberikan selama 90 menit atau 2 jam mata
(50)
pelajaran. Pada tahap awal, yaitu: presentasi guru dimana pembelajaran akan dimulai dengan guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai selama 15 menit. Setelah itu, dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu: kelompok belajar selama 15 menit dimana fungsi utama dari tahap ini adalah memastikan semua anggota kelompok benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan permainan pada tahap turnamen. Selanjutnya, tahap ketiga, yaitu: turnamen selama 40 menit. Pada tahap ini permainan berlangsung. Permainan terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan dengan materi yang sudah diberikan serta dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi guru di kelas dan pada tahap kelompok belajar. Dan tahap terakhir, yaitu: tahap penghargaan kelompok, dimana kelompok belajar yang mempunyai skor akhir tertinggi akan menerima penghargaan. Kemudian, pada tahap ini juga akan ada evaluasi yang diberikan kepada siswa, yaitu: tes hasil belajar bahasa Indonesia selama 20 menit.
3. Nilai rapor Bahasa Indonesia semester ganjil
Nilai rapor Bahasa Indonesia semester ganjil pada kedua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, akan dilihat sebagai dasar untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki siswa. Nilai rapor Bahasa Indonesia semester ganjil menunjukkan kinerja siswa dalam mengikuti pembelajaran. Semakin tinggi nilai rapor Bahasa Indonesia semester ganjil yang diperoleh siswa, menunjukkan kinerja siswa yang
(51)
semakin baik dan mempunyai nilai yang tinggi untuk tes hasil belajar Bahasa Indonesia. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai rapor Bahasa Indonesia semester ganjil yang diperoleh siswa, menunjukkan kinerja siswa yang semakin buruk dan mempunyai nilai yang rendah untuk tes hasil belajar Bahasa Indonesia.
D. Teknik Kontrol Terhadap Extraneous Variable
Extraneous variable adalah segala hal yang dapat berpengaruh terhadap variabel tergantung dan tidak dapat dikontrol keberadaannya (Hadi, dkk, 2010). Extraneous variable adalah faktor-faktor yang bukan merupakan fokus dari eksperimen tetapi dapat mempengaruhi eksperimen (Myers & Hansen, 2006). Extraneous variable sangat berkaitan dengan validitas internal dalam penelitian eksperimen. Teknik kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik konstansi.
Teknik konstansi karakterisitik subjek dilakukan dengan melihat hasil rapor Bahasa Indonesia semester ganjil pada siswa kelas VIII SMP W. R. Supratman 2 Medan. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk pemilihan subjek pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen serta untuk memastikan kedua kelompok tersebut memiliki kondisi nilai rapor Bahasa Indonesia semester ganjil yang seimbang. Selain itu, teknik konstansi juga dilakukan pada kondisi pelaksanaan penelitian.
Konstansi kondisi dilakukan dengan menciptakan kondisi yang sama antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pelaksanaan penelitian ini
(52)
akan dilakukan pada pagi hari karena pada pagi hari para subjek penelitian belum melakukan aktivitas kognitif dan fisik yang berat. Tata cahaya di kedua kelompok juga diatur dan masing-masing kelompok menggunakan air conditioner (AC) pada saat pelaksanaan penelitian.
E. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto, dkk, 2003). Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang akan memiliki beberapa karakteristik yang sama. Untuk penelitian eksperimen dibutuhkan keadaaan populasi yang relatif homogen. Homogenitas populasi dapat memberi kemudahan dalam pemilihan dan pengambilan sampel serta perlakuan yang akan diberikan (Latipun, 2004). Populasi yang peneliti gunakan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMP) kelas VIII di sekolah menengah pertama (SMP) W. R. Supratman 2 Medan, Sumatera Utara.
b. Setiap kelas VIII sekolah menengah pertama (SMP) W. R. Supratman 2 Medan terdiri dari siswa-siswi yang berasal dari etnis yang berbeda-beda dengan tingkat nilai rapor Bahasa Indonesia semester ganjil yang bervariasi. c. Siswa diajar oleh guru bahasa Indonesia yang sama.
(53)
2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya (Sugiarto dkk, 2003). Sampel diambil dengan teknik non-random sampling. Non-random adalah teknik pengambilan sampel tidak dengan random, biasanya dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Latipun, 2004). Sampel diambil dengan cara mendiskusikan kepada guru mengenai 2 kelompok yang dibutuhkan di dalam penelitian, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, yang mempunyai karakteristik yang sudah ditentukan oleh peneliti.
Azwar (2005) menyatakan tidak ada angka yang dikatakan dengan pasti berapa banyak jumlah sampel penelitian yang ideal. Secara tradisional, statistika menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Kerlinger & Lee (2000) menyatakan semakin besar jumlah sampel, analisa statistik yang dihasilkan lebih akurat dibandingkan jumlah sampel yang kecil. Pada penelitian ini, peneliti akan mencari sampel ke sekolah yang mempunyai siswa-siswi yang berasal dari budaya yang berbeda, seperti: Batak, melayu, Tionghoa, dan sebagainya sesuai dengan ketentuan metode kooperatif model teams game tournament (TGT).
F. Rancangan Penelitian
Rancangan ini menggunakan metode penelitian quasi-eksperimen dengan rancangan post-test only non-equivalent group dengan menggunakan dua kelompok, yaitu: kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Non-equivalent
(54)
group adalah rancangan eksperimen dengan dua kelompok, yaitu: kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, yang masing-masing karakteristik subjek pada masing-masing kelompok berbeda.
Adapun skema rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian Keterangan :
N = Teknik pengambilan sampel (non-random sampling) KE = Kelompok eksperimen
KK = Kelompok kontrol
X = Perlakuan (pembelajaran dengan metode kooperatif model TGT) O = Pengukuran menggunakan tes hasil belajar Bahasa Indonesia
G. Instrumen dan Alat Ukur Penelitian 1. Instrumen Penelitian
Peneliti membuat beberapa instrumen yang diperlukan di dalam penelitian ini untuk menunjang kelancaran penelitian dan memenuhi kelengkapan pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT). Beberapa instrumen yang diperlukan adalah :
a. Lembar kerja siswa (LKS) yang berisi 20 soal Bahasa Indonesia dengan bentuk pilihan ganda dengan materi menulis puisi beserta jawaban LKS untuk bahan diskusi kelompok eksperimen (tahap kelompok belajar). Soal-soal pada
N KE X O
(55)
LKS diambil dari buku Seribu Pena Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTS Kelas VIII dengan penerbit Erlangga dan buku Kisi-Kisi 1001 Bahasa Indonesia SMP dengan Penerbit Planet Ilmu.
b. Kartu soal turnamen, kartu jawaban turnamen, lembar skor turnamen, skor turnamen, dan lembar rangkuman tim untuk siswa kelompok eksperimen (tahap turnamen dan tahap penghargaan kelompok). Soal-soal pada turnamen diambil dari buku Seribu Pena Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTS Kelas VIII dengan penerbit Erlangga (Saefudin dkk, 2008) dan buku Kisi-Kisi 1001 Bahasa Indonesia SMP dengan Penerbit Planet Ilmu (Priyantoro, 2012).
Kemudian, peneliti juga menggunakan buku mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dipakai siswa-siswi kelas VIII-B dan VIII-D SMP W. R. Supratman 2 Medan dengan penerbit PT. Intan Pariwaca sebagai buku pegangan guru dalam membawakan materi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (tahap presentasi guru).
2. Alat Ukur Penelitian
Alat ukur yang digunakan adalah tes hasil belajar Bahasa Indonesia yang berisi 10 soal Bahasa Indonesia dengan bentuk pilihan ganda dengan materi menulis puisi yang merupakan hasil akhir dari uji coba yang sudah dilakukan sebelumnya kepada siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMP) di kota Medan yang mempunyai karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Tes Bahasa Indonesia dengan bentuk pilihan ganda meminta siswa untuk memilih salah satu jawaban dari banyaknya jawaban yang sudah disediakan. Alasan peneliti memilih
(56)
bentuk pilihan ganda karena pada umumnya jauh lebih menarik bagi responden dibandingkan dengan bentuk lainnya. Selain itu, pilihan ganda juga mudah dalam memberikan jawaban dan memerlukan waktu yang lebih singkat dalam menjawabnya (Hadi, 2000).
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Peneliti akan merancang soal sesuai dengan tujuan instruksional dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis puisi. Tujuan instruksional berupa uraian isi tes dan tingkat kompetensi yang dibuat dalam bentuk blue print. Blue print akan menjadi pegangan peneliti dalam merancang aitem. Adapun kompetensi dasar pada materi menulis puisi, sebagai berikut:
1. Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. 2. Menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan.
Adapun penguraian komponen isi materi menulis puisi yang akan dilaksanakan dengan pembelajaran kooperatif dapat dilihat di tabel 1. Tes hasil belajar Bahasa Indonesia diujicobakan pada tanggal 18 Mei 2013 di SMP W. R. Supratman 2 Medan kepada 44 siswa kelas VIII-A dan kelas VIII-C SMP. Selanjutnya, uji coba dilakukan juga pada tanggal 20 Mei 2012 di SMP Muhammadiyah 4 Medan kepada 72 siswa kelas VIII-A dan kelas VIII-B. Uji coba dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar Bahasa Indonesia yang berisi 36 soal dengan bentuk pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban dimana 1 jawaban adalah benar dan 3 jawaban lainnya adalah salah.
(57)
Tabel 1. Blue Print Penyusunan Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menulis Puisi Untuk Kelas VIII (sebelum uji coba)
Setelah, analisis uji coba selesai, dihasilkan 9 aitem yang memiliki validitas di atas 0.30. Tetapi, tidak semua aitem mewakili sub-bab yang menjadi kompetensi dasar pada materi menulis puisi. Oleh karena itu, peneliti mengambil langkah dengan menggunakan aitem yang mempunyai koefisien korelasi dengan batas 0.25. Sehingga, jumlah aitem yang dapat mewakili setiap sub-bab dan dengan batasan koefisien korelasi 0.25 adalah 3 aitem, ditambah dengan 7 aitem yang berasal dari 9 aitem yang memiliki validitas di atas 0.30.
Blue print tes hasil belajar Bahasa Indonesia setelah uji coba dapat dilihat di bawah ini:
Kompetensi
Dasar Sub-Bab
Jumlah
Aitem No. Aitem
Aitem (100%) Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai
Tema 9 7, 8, 21, 26, 28, 29,
31, 33, 36 35 Citraan 7 9, 10, 27, 30, 32,
34, 35 27
Suasana 2 17, 22 7
Unsur-unsur
puisi 4 3, 16, 20, 23 15
Pilihan kata 4 5, 6, 24, 25 15
TOTAL 26 26 100
Menulis puisi bebas dengan memperhatikan
unsur persajakan
Persajakan/rima 10 1, 2, 4, 8, 11, 12,
13, 14, 15 19 100
(58)
Tabel 2. Blue Print Penyusunan Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menulis Puisi Untuk Kelas VIII (setelah uji coba)
H.Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan
a. Perizinan dan pemilihan sampel penelitian
Pada tahap ini, hal pertama yang dilakukan peneliti adalah mengurus persyaratan administrasi berupa ijin penelitian ke sekolah W. R. Supratman 2. Kemudian, peneliti melakukan perekrutan sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada tahap perekrutan, peneliti akan melihat nilai rapor Bahasa Indonesia semester ganjil siswa-siswi di sekolah menengah pertama kelas VIII-B dan kelas VIII-D sebagai data tentang tingkat kemampuan yang dimiliki siswa di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kompetensi
Dasar Sub-Bab
Jumlah
Aitem No. Aitem
Aitem (100%) Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai
Tema 1 33 13
Citraan 3 9, 32, 35 37
Suasana - - -
Unsur-unsur
puisi 2 3, 20 25
Pilihan kata 2 24, 25 25
TOTAL 8 8 100
Menulis puisi bebas dengan memperhatikan
unsur persajakan
Persajakan/rima 2 4, 11 100
(1)
Waktu : ± 5 menit Prosedur :
a. Guru memasuki kelas, menyapa seluruh siswa, dan menanyakan jumlah siswa yang hadir pada hari itu.
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu:
1. Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai.
2. Menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan. c. Menyampaikan pada siswa tentang model pembelajaran yang akan
diberikan, yaitu: teams game tournament (TGT). Pada pembelajaran TGT, siswa akan ditempatkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan lima siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan etnis. Setiap siswa akan diberikan lembar kerja siswa yang sudah disiapkan. Kemudian, siswa bekerja di dalam kelompok mereka dan memastikan seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran tersebut. Di akhir sesi pelajaran, siswa akan diberikan permainan berupa turnamen, dan pada waktu turnamen tersebut setiap siswa tidak dapat saling bekerja sama lagi.
d. Memotivasi siswa untuk turut aktif dalam proses pembelajaran hari itu.
Sesi 2. Inti
a. Tahap presentasi guru
Tujuan : untuk menyampaikan tujuan pembelajaran materi puisi yang ingin dicapai.
Metode : ceramah
Alat/bahan : whiteboard, spidol, buku pegangan Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII (Penerbit: PT. Intan Pariwaca)
Waktu : ± 10 menit Prosedur :
(2)
(1) Guru menjelaskan pengertian puisi, perbedaan puisi lama dan modern, serta memberikan penjelasan tentang diksi. Dalam hal ini, guru menerangkan sambil menuliskan penjelasannya di whiteboard yang diikuti dengan contoh.
(2) kemudian, guru menjelaskan tentang bagaimana langkah-langkah dalam menulis puisi bebas sambil menuliskannya di whiteboard. Selanjutnya, menjelaskan langkah-langkah dalam menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan yang juga ditulis di
whiteboard.
(3) Setelah itu, guru menjelaskan pengertian rima serta menjelaskan pembagian rima berdasarkan bunyi, letak dalam baris, dan letak dalam bait. Dalam hal ini, guru juga menuliskannya di whiteboard beserta contoh dan penggunaannya di dalam kalimat.
b. Tahap kelompok belajar
Tujuan : agar siswa dapat berdiskusi dalam menyelesaikan tugas yang sudah ditentukan, yaitu: membahas soal-soal lembar kerja siswa (LKS) beserta dengan jawabannya yang telah disediakan peneliti.
Metode : diskusi dan bekerja sama di dalam kelompok kecil. Alat/bahan : lembar kerja siswa (LKS) dan jawaban LKS Waktu : ± 15 menit
Prosedur :
(1) Guru membentuk kelompok kecil yang terdiri dari lima siswa yang sudah ditentukan oleh peneliti dan mengatur tempat duduk agar dapat saling bertatap muka.
(2) Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) beserta dengan jawabannya kepada setiap siswa.
(3) Guru memberikan instruksi pada siswa untuk mengerjakan LKS dan diharapkan semua anggota kelompok dapat bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas yang ada, yaitu: membahas soal-soal LKS
(3)
beserta dengan jawabannya dengan cara bertukar pengetahuan dan informasi selama proses diskusi berlangsung. Pada tahap ini juga diharapkan seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran tentang materi puisi.
(4) Setelah waktu diskusi berakhir, guru memerintahkan semua siswa untuk mengumpulkan kembali LKS beserta dengan jawabannya.
c. Tahap turnamen
Tujuan : untuk mengetahui kemampuan siswa setelah berdiskusi dan bekerja sama di dalam kelompok belajar.
Metode : tanya jawab
Alat/bahan : kartu soal turnamen, kartu jawaban turnamen, dan lembar skor turnamen
Waktu : ± 30 menit Prosedur :
(1) Guru membagi semua siswa ke dalam kelompok turnamen.
(2) Setelah semua siswa berada di dalam kelompok turnamen, kelas diambil alih oleh co-experiemnter untuk menjelaskan mengenai aturan permainan di dalam tahap turnamen.
(3) Setiap kelompok akan dibagi menjadi pembaca dan penantang. Dalam satu permainan terdiri dari pembaca, penantang I, penantang II, dan seterusnya sejumlah siswa yang ada di dalam kelompok tersebut. Pembaca mempunyai tugas: (1) Ambil kartu pertanyaan turnamen; (2) Baca pertanyaan keras-keras; (3) Jawab pertanyaan tersebut; dan (4) Setelah semua penantang memberikan jawaban, buka dan baca kartu jawaban yang sesuai dengan kartu pertanyaan turnamen. Penantang I dan penantang lainnya mempunyai tugas: (1) memberikan jawaban jika ia mau.
(4) Skor yang ada berasal dari nomor kartu yang diambil oleh pembaca. Selain itu, pembaca dan penantang mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing. Jika pembaca memberikan jawaban yang
(4)
salah, maka ia tidak akan mengalami pengurangan skor. Tetapi, jika penantang memberikan jawaban yang salah, maka ia akan mengalami pengurangan skor. Dengan kata lain, penantang dapat memberikan jawaban jika ia memang mau dan yakin terhadap jawaban tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran.
(5) Setiap skor yang didapat siswa akan ditulis di lembar skor turnamen. (6) Permainan berlangsung hingga waktu berakhir.
d. Tahap penghargaan kelompok
Tujuan : untuk memberikan reward kepada kelompok yang mempunyai skor tertinggi.
Metode : ceramah
Alat/bahan : reward, skor turnamen, dan lembar rangkuman tim Waktu : ± 10 menit
Prosedur :
(1) Menjumlahkan skor turnamen sesuai dengan tabel skor turnamen
teams game tournament (TGT) yang telah disediakan.
(2) Kemudian, semua siswa diperintahkan untuk duduk bersama-sama dengan kelompok belajar yang telah dibentuk di awal dan menuliskan semua nilai anggota ke dalam lembar rangkuman tim, sehingga dihasilkan nilai rata-rata dari setiap kelompok belajar.
(3) Peneliti memberikan reward kepada kelompok belajar yang mempunyai nilai rata-rata tertinggi.
Sesi 3. Penutup
Tujuan : untuk mengetahui hasil belajar Bahasa Indonesia dengan pembelajaran kooperatif model teams game tournament
(TGT) yang telah dilakukan di dalam proses belajar-mengajar.
Metode : ceramah
(5)
Waktu : ± 20 menit Prosedur :
a. Guru memberikan instruksi kepada seluruh siswa untuk duduk di tempat semula dan tidak berkelompok lagi.
b. Kemudian, guru memberikan pemberian tes Bahasa Indonesia yang telah dirancang oleh peneliti.
II. Modul Kelompok Kontrol
Sesi 1. Pendahuluan
Tujuan : untuk membuat suasana yang tenang dan nyaman di dalam kelas sebelum proses belajar dimulai.
Metode : ceramah
Alat/bahan : whiteboard, spidol Waktu : ± 10 menit
Prosedur : guru memasuki kelas, menyapa seluruh siswa, dan menanyakan jumlah siswa yang hadir pada hari itu.
Sesi 2. Inti
Tujuan : untuk menyampaikan pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi puisi
Metode : ceramah
Alat/bahan : whiteboard, spidol, buku pegangan Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII (Penerbit: PT. Intan Pariwaca)
Waktu : ± 50 menit Prosedur :
a. Guru menjelaskan pengertian puisi, perbedaan puisi lama dan modern, serta memberikan penjelasan tentang diksi.
b. kemudian, guru menjelaskan tentang bagaimana langkah-langkah dalam menulis puisi bebas dan menjelaskan langkah-langkah dalam menulis puisi
(6)
bebas dengan memperhatikan unsur persajakan yang juga ditulis di
whiteboard.
c. Setelah itu, guru menjelaskan pengertian rima serta menjelaskan pembagian rima berdasarkan bunyi, letak dalam baris, dan letak dalam bait.
Sesi 3. Penutup
Tujuan : untuk mengetahui hasil belajar Bahasa Indonesia dengan pembelajaran konvensional (metode yang biasa dipakai guru di dalam proses belajar-mengajar).
Metode : ceramah
Alat/bahan : tes Bahasa Indonesia (materi puisi) Waktu : ± 30 menit
Prosedur : guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan ditutup dengam pemberian tes Bahasa Indonesia yang telah