c. Perbedaan hasil belajar mahasiswa sesudah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Rata-rata hasil belajar mahasiswa pada Blok Metabolisme dan Nutrisi di kelompok kontrol adalah 56.71 dengan standar deviasi 16.897. Sedangkan rata-rata
hasil belajar mahasiswa pada kelompok eksperimen adalah 66.45 dengan standar deviasi 8.922. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0.000 pada
α=0.05 maka Ha diterima Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar
yang signifikan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran kooperatif group investigation pada Blok Metabolisme dan
Nutrisi. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini : Tabel 5.6.
Analisa hasil belajar mahasiswa semester II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sesudah dilakukan intervensi di
Fakultas Kedokteran UMSU tahun 2014
Variabel Mean SD
SE p value
N
Metode Pembelajaran - Konvensional
-Group Investigation 56.71
66.45 16.897
8.922 2.741
1.447 0.000
38
B. Pembahasan
1. Interpretasi Dan Diskusi Hasil
Dari hasil uji statistik t-dependent dimana perbandingan hasil belajar mahasiswa sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol terlihat
nilai mean pre test=30.00 dan nilai mean post test=56.71 sehingga didapatkan beda mean sebesar 26.711 artinya ada perbedaan hasil belajar yang signifikan sebelum dan
sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional pada Blok Metabolisme dan Nutrisi.
Pada kelompok eksperimen dimana perbandingan hasil belajar mahasiswa sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok eksperimen terlihat
Universitas Sumatera Utara
perbedaan nilai mean pre test=42.37 dan post test=66.45 sehingga didapatkan beda mean sebesar 24.079 artinya ada perbedaan hasil belajar yang signifikan sebelum dan
sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional pada Blok Metabolisme dan Nutrisi.
Beda mean pada kelompok kontrol 26.711 lebih tinggi dibandingkan dengan beda mean kelompok eksperimen 24.079. Hal ini disebabkan pada kelompok kontrol,
mahasiswa menjawab soal pre test dan post test dengan saling mencontek dan kurang memperhatikan apa yang diberikan oleh dosen, hal ini dilihat dari temuan peneliti
bahwa mahasiswa yang duduk di posisi bangku belakang kebanyakan tidak memperhatikan dan cenderung saling mencontek sedangkan pada kelompok
eksperimen tidak mengalami beda mean yang tidak terlalu tinggi disebabkan mahasiswa dalam menjawab soal pre test dan post test secara idividual.
Pada kedua kelompok baik kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sama-sama mengalami peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi. Dimana menurut Sukmadinata 2012 dengan belajar dapat memberikan modal kemajuan. Keberhasilan belajar didasari pemahaman yang ditentukan oleh
ketepatan pemilihan tipe pembelajaran. Sejalan dengan dengan penelitian Kartani 2013 bahwa setelah dilakukan
intervensi dengan pembelajaran konvensional dan pembelajaran kooperatif group investigation
, nilai mean sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kedua kelompok kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengalami peningkatan
hasil belajar PKn di SMK PGRI 1 Singaraja pada kelas X. Berdasarkan uji t-independent yang dilihat melalui data nilai rata-rata post
test, dimana nilai rata-rata post test kelompok eksperimen 66.45, sedangkan pada
kelompok kontrol nilai rata-rata post test=56.71. Dalam hal ini terdapat perbedaan
Universitas Sumatera Utara
nilai rata-rata sebesar 9.74 atau mengalami peningkatan hasil belajar pada kelompok eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif group
investigation . Peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan oleh beberapa hal yang
menjadi kelebihan metode pembelajaran kooperatif yang tidak terdapat dalam metode konvensional.
Pada kelompok kontrol diterapkan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional dengan cara mengajar ceramah dan tanya jawab. Metode pembelajaran
konvensional merupakan pembelajaran yang berorientasi kepada dosen pengajar teacher centered dimana proses pembelajaran, materi, dan keberhasilan belajar
tergantung oleh dosen. Pembelajaran seperti ini kurang efektif karena mahasiswa cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh dosen sehingga kurang
berpengaruh pada hasil belajar. Menurut Sanjaya 2013 proses pendidikan saat ini dibangun oleh dosen
umumnya cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran, tidak mampu mengembangkan kreativitas berfikir atau proses belajar mengajar cenderung
menempatkan mahasiswa sebagai objek yang harus diisi dengan berbagai informasi dan bahan-bahan hafalan. Pembelajaran ini terbukti berhasil dalam kompetisi
mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali mahasiswa memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Pada kelompok kontrol mahasiswa belajar secara individualistik sehingga tidak tergantung pada mahasiswa lain. Adapun keberhasilan dan kegagalan teman-
temannya yang lain tidak akan berpengaruh pada nilai mereka. Nilai mahasiswa ditentukan oleh usaha diri sendiri dan standar yang ditetapkan oleh dosen.
Sebaliknya, dalam metode pembelajaran kooperatif berpusat pada mahasiswa student centered, mahasiswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil
Universitas Sumatera Utara
yang saling membantu sama lain. Kelas disusun dengan kemampuan yang heterogen yaitu terdiri dari campuran kemampuan mahasiswa, jenis kelamin, dan suku.
Mahasiswa mencari dan menelaah topik melalui diskusi secara bersama-sama kemudian mempresentasikan hasil diskusi. Hal ini bermanfaat untuk melatih
mahasiswa menerima perbedaan dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Menurut Trianto 2011, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja mahasiswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu mahasiswa
memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu mahasiswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Selain itu, juga dapat memberikan keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Menurut Slavin 1995, dalam Sanjaya, 2013, hal. 309 penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa sekaligus
dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Pembelajaran
kooperatif juga dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pendidikan Rismawati 2012 dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran
kooperatif group investigation dapat meningkatkan hasil belajar sains siswa kelas IV SDN 801 Rengas Codong.
Penelitian yang sama tentang pendidikan oleh Suhendri 2013 menyatakan bahwa penggunaan model kooperatif tipe group investigation meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian penelitian pendidikan Novita 2013 menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa di SMA Swasta HKBP Kec. Dolok sanggul yang dilihat dari nilai mean kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Dari beberapa penelitian baik di SD, SMP, SMA dan penelitian peneliti dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif group investigation
lebih unggul daripada pembelajaran konvensional.
2. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan yang dialami peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah keterbatasan waktu untuk menerapkan metode pembelajaran kooperatif group
investigation. Karena keterbatasan ini, mahasiswa dalam melakukan diskusi bersama
teman sekelompok menjadi kurang efektif. Durasi waktu 1 jam dalam melakukan pembelajaran ini menyebabkan tidak semua kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya. Alternatif yang diambil dosen dan peneliti adalah dengan memberikan kesempatan presentasi hasil diskusi hanya untuk 2 kelompok dari 8 kelompok yang
dipilih secara acak oleh dosen. Kemudian karena keterbatan waktu ini juga menyebabkan mahasiswa terburu-buru dalam menjawab soal pre test dan post test
yang diberikan oleh dosen. Selain itu, faktor situasi dan kondisi ruangan kelas yang tidak kondusif
seperti ruangan kelas yang sempit dan keributan mahasiswa meyebabkan banyak mahasiswa pada kelompok eksperimen yang kurang berkonsentrasi dalam
melakukan diskusi. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan metode pembelajaran konvensional ceramah banyak mahasiswa yang duduk di posisi paling belakang
tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh dosen. Kondisi kelas yang sempit
Universitas Sumatera Utara
juga menyebakan mahasiswa melakukan aksi menyontek dalam menjawab soal pre test
dan post test. Dalam hal ini dosen kurang memperhatikan manajemen kelas. Pengetahuan awal yang dimiliki mahasiswa dari pembelajaran sebelumnya
prior knowledge mempengaruhi mahasiswa dalam menjawab soal, sehingga perbedaan hasil belajar dengan metode konvensional dan metode kooperatif group
investigation terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan.
Kemudian, soal pre test dan post test setelah dilakukan uji reliabel ditemukan bahwa soal tersebut tidaklah reliabel sehingga apabila dipakai untuk penelitian
selanjutnya memperoleh hasil yang tidak baik.
3. Implikasi penelitian
Dari hasil penelitian ini menggambarkan bahwa metode pembelajaran kooperatif group investigation sebagai salah satu metode yang dapat meningkatkan
hasil belajar bagi mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN