23 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik
23
BAB III SUPLAI DAN KEBUTUHAN ENERGI
3.1. Produksi Energi Suplai energi merupakan produksi, ekspor, dan impor sumber daya
energi dan sumber energi. Pada tahun 2013 dan 2014, suplai energi atau sering disebut dengan pasokan energi masih didominasi oleh
energi fosil berupa minyak bumi, gas bumi, dan batubara. Jumlah pasokan energi bervariasi dari tahun ke tahun mengikuti
perkembangan kebutuhan energi. Pasokan energi dapat diperoleh dari produksi nasional maupun dari impor energi.
3.1.1. Energi Fosil Produksi energi fosil tahun 2013 dan 2014 didominasi oleh batubara
69 disusul gas bumi 20 dan minyak bumi 11. Meskipun produksi minyak bumi dan gas bumi hanya 31 terhadap total
produksi energi fosil, tetapi penerimaan negara dari sektor migas mencapai 69 terhadap total penerimaan negara sektor energi.
Produksi energi fosil tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 1,8 terhadap tahun 2013. Realisasi produksi energi fosil tahun 2013 dan
2014 lebih tinggi dibanding rencana Renstra KESDM 2010-2014 disebabkan oleh pesatnya produksi batubara.
Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 24
24
Grafik 13. Produksi Energi Fosil Indonesia 2010 -2014 3.1.1.1. Minyak Bumi
Industri minyak bumi nasional sudah tua, lebih dari 100 tahun, dan produksinya cenderung menurun. Sejak tahun 2004, penurunan
produksi minyak bumi dapat ditahan dengan decline rate sekitar 3 per tahun. Produksi minyak bumi termasuk kondensat tahun 2014
adalah sebesar 789 ribu BOPD atau hanya 95,8 terhadap produksi minyak bumi tahun 2013 824 ribu BOPD. Penurunan produksi
tersebut, selain disebabkan karena usia lapangan minyak Indonesia yang sudah tua, juga karena adanya kendala teknis, seperti
unplanned shutdown, kebocoran pipa, kerusakan peralatan, kendala subsurface, dan gangguan alam. Selain itu, terjadi kendala non-
teknis, seperti perizinan, lahan, sosial dan keamanan, serta terlambatnya peak production dari the giant field-Blok Cepu, akibat
pembebasan lahan yang berlarut-larut menyebabkan on-stream proyek mundur hingga tahun 2015. Selama tahun 2013 dan 2014,
komposisi produksi minyak bumi dan kondensat adalah sekitar 90 dan 10. Berbagai kendala tersebut mengakibatkan realisasi
produksi minyak bumi selama 5 tahun terakhir selalu lebih rendah dari rencana produksi minyak bumi dan kondensat yang ditetapkan
dalam Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2010 – 2014. Bahkan pada tahun 2013 dan 2014, produksi minyak bumi dan
kondensat hanya mencapai 82 pada tahun 2013 dan menurun
945 965
902 970
860 990
824 1000
789 1010
13 91
15 93
13 18
15 92
14 55
15 94
14 52
15 44
14 55
16 33
31 61
28 75
40 60
32 20
46 81
33 35
48 42
34 16
50 03
35 54
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
Re al
isas i
Re nc
an a
Re al
isas i
Re nc
an a
Re al
isas i
Re nc
an a
Re al
isas i
Re nc
an a
Re al
isas i
Re nc
an a
2010 2011
2012 2013
2014
Pr od
uksi Ri
bu B
O EP
D
MinyakBumi GasBumi
Batubara
25 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik
25
menjadi 78 pada tahun 2014 terhadap Renstra KESDM 2010- 2014.
Grafik 14. Produksi Minyak Bumi dan Kondensat 2010 - 2014
Penurunan produksi minyak bumi Indonesia berdampak terhadap ekspor minyak bumi. Realisasi ekspor minyak bumi tahun 2013
mencapai 117 juta barrel dan menurun menjadi 110 juta barrel pada tahun 2014 atau hanya sekitar 87 dan 81 terhadap sasaran
ekspor minyak bumi dalam Renstra KESDM. Ekspor minyak bumi masih diperlukan sebagai penerimaan negara dan dilakukan karena
spesifikasinya kurang cocok untuk diolah di kilang yang ada. Sebaliknya, realisasi impor minyak bumi mencapai 1,31 kali dan 1,35
kali lipat lebih tinggi dari rencana impor minyak bumi tahun 2013 dan 2014.
Grafik 15. Rencana dan Realisasi Ekspor Minyak Bumi 2010 – 2014
82 4
79 4
76 3
72 7
69 7
12 10
8 98
97 92
96 5
97 99
10 00
10 10
200 400
600 800
1000 1200
2010 2011
2012 2013
2014
Ri bu
B O
PD
Minyak Bumi Kondensat
Renstra 2010‐2014
13 5
13 4
13 5
13 6
13 5
11 5
13 5
11 7
13 5
90 10
1 90
97 90
96 90
11 8
90
20 40
60 80
100 120
140 160
Re nc
an a
Re ali
sas i
Re nc
an a
Re ali
sas i
Re nc
an a
Re ali
sas i
Re nc
an a
Re ali
sas i
Re nc
an a
2010 2011
2012 2013
2014
Mi ny
akB um
i Ju
ta B
ar re
l
Ekspor Impor
Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 26
26
Cadangan minyak bumi Indonesia tersebar tetapi umumnya terdapat di Sumatera, disusul Jawa, Kalimantan, dan beberapa pulau lainnya.
Total cadangan minyak bumi Indonesia terbukti dan potensial tahun 2013 mencapai 7,55 miliar barel dan menurun menjadi 7,38
miliar barel pada tahun 2014 sebagai akibat dari penemuan cadangan minyak bumi baru yang lebih rendah dibanding dengan
produksinya. Total cadangan minyak bumi tersebut hanya sekitar 88 dan 85 terhadap cadangan minyak bumi yang direncanakan
dalam Renstra KESDM 2010-2014.
Gambar 1. Persebaran Cadangan Minyak Bumi tahun 2014
Grafik 16. Rencana dan Realisasi Cadangan Minyak Bumi 2010 – 2014
Selain minyak bumi, Indonesia juga mengekspor BBM dalam jumlah yang terbatas. Ekspor BBM umumnya berupa minyak tanah dan
77 64
77 30
74 08
75 50
73 75
6500 7000
7500 8000
8500 9000
2010 2011
2012 2013
2014
Ca da
ng an
Mi ny
ak Bu
m i
Ju ta
B ar
re l
Rencana Realisasi
27 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik
27
minyak bakar. Ekspor minyak tanah berlangsung karena Indonesia berhasil mengurangi penggunaan minyak tanah untuk memasak
secara signifikan, sehingga kelebihan minyak tanah di ekspor, setelah sebagian dikonversi menjadi avtur. Adapun ekspor minyak
bakar berlangsung karena tidak terserap di dalam negeri. Ekspor BBM tersebut hanya 2,52 pada tahun 2013 dan 1,42 pada tahun
2014 terhadap rencana ekspor dalam Renstra KESDM 2010-2014. Rendahnya realisasi ekspor BBM tersebut karena kapasitas kilang
minyak bumi selama tahun 2010-2014 hanya bertambah 10 MBCD. Kapasitas kilang minyak yang praktis tidak bertambah ditengah
konsumsi BBM yang terus meningkat menyebabkan impor BBM terus meningkat dari 26 juta kiloliter pada tahun 2010 menjadi 32 juta
kiloliter pada tahun 2014.
Grafik 17. Rencana dan Realisasi Impor BBM Tahun 2010 - 2014 3.1.1.2. Gas Bumi
Produksi gas bumi tahun 2013 mencapai 3.120.838 MMSCF dan meningkat menjadi 3.175.791 MMSCF pada tahun 2014
[Pusdatin, 2015]
. Peningkatan produksi gas bumi disebabkan karena mulai
berproduksinya lapangan-lapangan gas bumi baru, seperti lapangan Ruby di Kalimantan Timur sebesar 80 MMCFD yang mulai
berproduksi tanggal 27 Oktober 2013, dan terjadi pengalihan swap gas antara PremierOil dan ConocoPhillips untuk kebutuhan
domestik. Sekitar 80,43 dari produksi gas bumi tersebut dijual ke konsumen pada tahun 2013 dan menurun menjadi 77,72 pada
tahun 2014. Penjualan gas bumi tidak mencapai 100 karena
27.08 30.06