131 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik
131
g. Melakukan langkah-langkah darurat jika terjadi keadaan kahar.
Pemanfaatan BBG kurang diminati masyarakat umum karena mahalnya harga kit konverter dan terbatasnya jumlah SPBG. Untuk
itu, penggunaan BBG lebih difokuskan bagi kendaraan umum yang jarak tempuh hariannya rata-rata lebih jauh dibanding angkutan
pribadi. Rute-rute angkutan umum secara bertahap perlu dilengkapi dengan saran SPBG dan atau MRU mobile refueling unit agar
terjaminnya ketersediaan bahan bakar untuk kendaraan umum. Upaya pemanfaatan BBG bukan hanya mendorong keekonomian
pengguna BBG tetapi juga perlu memperhatikan keekonomian pengelola SPBG. Harga jual SPBG ditetapkan dalam rupiah per liter
setara premium Rp. 3.100LSP
[Kepmen ESDM,2010]
, tetapi harga pembelian gas bumi dari pemasok gas ditetapkan dalam
USMMBTU. Perubahan nilai kurs rupiah per dollar Amerika Serikat akan mempengaruhi cashflow pengelola SPBG, sehingga
peninjauan harga jual BBG perlu dilakukan secara periodik, tetapi penetapan harga jual BBG tidak sampai membuat konsumen BBG
beralih menggunakan BBM.
4.10. Mitigasi GRK
Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, sehingga perlu dilakukan upaya
penanggulangan melalui mitigasi perubahan iklim. Untuk itu, Pemerintah Indonesia melalui Presiden RI dalam pertemuan G-20 di
Pittsburg tahun 2009 berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26 dengan usaha sendiri dan mencapai 41 jika
mendapat bantuan internasional pada tahun 2020 dari kondisi tanpa adanya rencana aksi. Terkait dengan hal tersebut, Presiden RI telah
menetapkan kebijakan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca RAN-GRK yang tertuang dalam Perpres
612010. RAN-GRK merupakan dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan emisi GRK sesuai dengan target
Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 132
132
pembangunan nasional. Dalam hal ini, mitigasi perubahan iklim adalah usaha pengendalian untuk mengurangi sisiko akibat
perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisimeningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi.
Dalam Perpres 612010, total target penurunan emisi GRK tahun 2020 mencapai 767 juta ton CO
2
e target 26 atau bertambah sebesar 422 juta ton CO
2
e target 41. Total penurunan emisi GRK tersebut dibebankan kepada kementerian dan lambaga non
kementerian, dimana Kementerian ESDM mendapat tugas untuk menurunkan emisi GRK sebesar 30 juta ton CO
2
e dengan usaha sendiri 26 atau bertambah 10 juta ton CO
2
e dengan bantuan internasional.
Terdapat 9 aksi mitigasi yang diusulkan saat itu untuk memenuhi target penurunan emisi GRK sektor energi Kementerian ESDM,
yaitu manajemen energi, audit energi, pemanfaatan peralatan efisien di rumah tangga, pemanfaatan pembangkit energi terbarukan,
pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga jargas, pemanfaatan gas untuk transportasi gas bumi dan LPG, pembuatan unit biogas,
pembangunan kilang mini LPG, dan reklamasi lahan pasca tambang. Berbagai aksi mitigasi tersebut telah dilaksanakan kecuali untuk
pembangunan kilang mini LPG dianggap bukan merupakan aksi mitigasi GRK. Selain itu, KESDM juga telah melakukan berbagai aksi
mitigasi yang beluam tertuang dalam RAN-GRK, seperti pemanfaatan biodiesel, program konversi minyak tanah dengan
LPG, penerapan Inpres 132011, pembangunan PLTA, pemanfaatan kogenerasi, dan pemanfaatan teknologi batubara bersih pada
pembangkit listrik. Berbagai aksi mitigasi GRK tersebut mampu menurunkan emisi GRK
sebesar 15,60 juta ton CO
2
e pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 23,39 juta ton CO
2
e pada tahun 2014
[DJEBTKE-3,2015]
. Penurunan emisi GRK tersebut hanya mencapai 3,32 pada tahun
2013 dan 4,41 pada tahun 2014 terhadap total emisi GRK dari pemanfaatan energi oleh pembangkit listrik, sektor industri, sektor
transportasi, sektor rumah tangga, sektor komersial, dan sektor
133 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik
133
lainnya. Penurunan emisi GRK tersebut lebih rendah daripada rencana penurunan emisi GRK yang tertuang dalam Renstra
KESDM 2010-2014. Penurunan emisi GRK tersebut masih dapat lebih besar apabila kegiatan pemanfaatan energi terbarukan seperti
PLTP dan berbagai pemanfaatan teknologi efisien di sektor hilir dapat dilaporkan.
Grafik 70. Realisasi Mitigasi GRK dan Juta Ton CO
2
dan Rencana Mitigasi GRK
504 509
604 609
703
052 2003
300 3032
404 5089
8047 3049
5060 23039
- . 1
448 47
530
100 200
300 400
500 600
1 2
3 4
5 6
7 8
2010 2011
2012 2013
2014
M ig
as iG
RK J
ut a
Ton CO
26
Pa ng
saM ig
as iG
RK 6
Rencana Realisasi
Mi5gasiGRK TotalEmisiGRK
Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 134
134
BAB V EVALUASI PEMANFAATAN ENERGI TAHUN
2013 DAN 2014
5.1. Pendapatan, Investasi, dan Subsidi
Realisasi penerimaan negara dari sektor migas dan pertambangan batubara termasuk panasbumi dan pertambangan umum tahun
2013 dan tahun 2014 hampir 2 kali lipat dari rencana yang tertuang dalam Renstra KESDM 2010-2014 karena meningkatnya harga
minyak bumi dan meningkatnya produksi batubara. Harga minyak mentah Indonesia ICP, Indonesia Crude Price tahun 2013
mencapai 105,84 USbarrel dan 96,51 USbarrel pada tahun 2014
[DJMIGAS-6,2015]
, padahal ekspor minyak bumi dan gas bumi pada tahun 2013 dan 2014 cenderung menurun dari 117,38 juta barrel
menjadi 109,93 juta barrel untuk minyak bumi dan dari 3.402 MMCFD menjadi 3.393 MMCFD untuk gas bumi
[Pusdatin,2015]
. Sementara itu, produksi dan ekspor batubara masing-masing
mencapai 458 juta ton dan 332 juta ton pada tahun 2014
[Pusdatin,2015]
. Penerimaan negara dari energi fosil dan panasbumi yang melebihi
target Renstra KESDM 2010-2014 hampir habis digunakan untuk subsidi energi. Tercatat total subsidi energi fosil dan listrik pada
tahun 2013 mencapai 311,21 triliun rupiah pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 314,75 triliun rupiah pada tahun 2014. Lebih
besarnya realisasi subsidi energi fosil BBM dan LPG daripada target subsidi dalam Renstra KESDM 2010-2014 terjadi karena
meningkatnya konsumsi BBM subsidi bensin dan minyak solar untuk transportasi dan meningkatnya konsumsi LPG tabung 3 kg.
Jumlah konsumsi BBM subsidi pada tahun 2013 mencapai 46,25 juta KL dan meningkat menjadi 46,79 juta KL pada tahun 2014. Total
subsidi BBM pada tahun 2015 akan menurun drastis karena harga premium ditetapkan sesuai dengan harga pasar dan subsidi minyak