Bahan Bakar Gas BBG

129 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 129 tidak begitu berperan dalam inflasi, tetapi akan menyumbang inflasi apabila harga bensin dan minyak solar naik sebagai dampak dari kenaikan harga minyak bumi dunia. Pemerintah juga tidak perlu menurunkan harga premium dan minyak solar pada saat harga minyak bumi dan nilai tukar rupiah lebih rendah dari saat ini ± 50 barel dan Rp. 13.500 serta kelebihan dana dari hasil penjualan premium dan minyak solar dapat disimpan dan digunakan tatkala harga minyak bumi naik tinggi, agar harga jual premium dan minyak solar naik secara linier dengan kenaikan harga minyak bumi dunia.

4.9. Bahan Bakar Gas BBG

Pemanfaatan Bahan Bakar Gas BBG untuk kendaraan bermotor di jalan merupakan kebijakan diversifikasi premium dan minyak solar. Ketergantungan kendaraan bermotor mobil pribadi, bus, dan truk akan premium dan minyak solar sangat tinggi. Adanya BBG sebagai bahan bakar pengganti yang harganya lebih murah dari premium dan minyak solar diharapkan dapat menjadi faktor pengurang subsidi BBM, mengurangi impor BBM, dan meningkatkan devisa negara. Untuk itu, Kementerian ESDM telah menetapkan Permen ESDM 082014 tentang Pelaksanaan Penyediaan dan Pendistribusian BBG untuk Transportasi Jalan. Dalam Permen ESDM 082014 disebutkan bahwa BBG adalah bahan bakar untuk digunakan dalam kegiatan transportasi yang berasal dari gas bumi dan atau hasil olahan dari minyak dan gas bumi. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan BBG, pemerintah menugaskan Badan Usaha untuk menyediakan dan mendistribusikan BBG. Penugasan Badan Usaha berlaku untuk 5 tahun dengan alokasi gas bumi dan penetapan harga gas bumi. Menindaklanjuti Permen ESDM 082014, ditetapkan Kepmen ESDM 2435K15MEM2014 dan Kepmen ESDM 2436K15MEM2014 masing-masing tentang penugasan PT. Pertamina Persero dan PT. PGN Persero untuk penyediaan dan pendistribusian BBG untuk transportasi jalan. PT Pertamina Persero dan PT PGN Persero ditugaskan untuk membangun SPBG dengan alokasi gas bumi. Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 130 130 Biaya pembangunan SPBG ditanggung oleh Pemerintah dan Badan Usaha. Kebijakan pembangunan SPBG, baik SPBG online, mother station, atau daughter station akan terus ditugaskan Kementerian ESDM kepada Badan Usaha hingga tahun 2015. PT Pertamina Persero 10 SPBG online, 6 SPBG mother station, dan 6 SPBG daughter station, sampai memenuhi alokasi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 12. Alokasi pada Tabel 12 berlaku sampai dengan tahun 2019. Pembangunan SPBG tersebut dilakukan pada wilayah yang sudah ditentukan, seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Timur. Tabel 10. Pembangunan SPBG dan MRU serta Alokasi Gas Bumi Dalam melaksanakan penugasan tersebut PT Pertamina Persero dan PT PGN Persero wajib: a. menjamin penyediaan dan pendistribusian BBG secara berkesinambungan; b. menjamin standar dan mutu serta volume BBG; c. menjamin keselamatan umum, keselamatan pekerja, keselamatan instalasi dan keselamatan lingkungan dalam penyediaan dan pendistribusian BBG; d. menyediakan dan menjelaskan prosedur penggunaan BBG; e. menjamin mutu pelayanan kepada konsumen; f. menyampaikan kepada Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi mengenai rencana 1 tahun penyediaan dan pendistribusian BBG sesuai dengan daerah lokasi SPBG yang ditetapkan per provinsi, per kabupatenkota, per bulan, per triwulan, per tahun, serta perubahannya. 131 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 131 g. Melakukan langkah-langkah darurat jika terjadi keadaan kahar. Pemanfaatan BBG kurang diminati masyarakat umum karena mahalnya harga kit konverter dan terbatasnya jumlah SPBG. Untuk itu, penggunaan BBG lebih difokuskan bagi kendaraan umum yang jarak tempuh hariannya rata-rata lebih jauh dibanding angkutan pribadi. Rute-rute angkutan umum secara bertahap perlu dilengkapi dengan saran SPBG dan atau MRU mobile refueling unit agar terjaminnya ketersediaan bahan bakar untuk kendaraan umum. Upaya pemanfaatan BBG bukan hanya mendorong keekonomian pengguna BBG tetapi juga perlu memperhatikan keekonomian pengelola SPBG. Harga jual SPBG ditetapkan dalam rupiah per liter setara premium Rp. 3.100LSP [Kepmen ESDM,2010] , tetapi harga pembelian gas bumi dari pemasok gas ditetapkan dalam USMMBTU. Perubahan nilai kurs rupiah per dollar Amerika Serikat akan mempengaruhi cashflow pengelola SPBG, sehingga peninjauan harga jual BBG perlu dilakukan secara periodik, tetapi penetapan harga jual BBG tidak sampai membuat konsumen BBG beralih menggunakan BBM.

4.10. Mitigasi GRK