PLTA Kementerian ESDM menetapkan Permen ESDM Nomor 12 Tahun

97 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 97 darat, laut, dan udara, termasuk penerimaan masyarakat nuklir dsb. Selanjutnya, penilaian indikator ketahanan energi dilakukan dengan menggunakan model AHP Analytical Hierarchi Process atas 20 indikator yang telah disepakati. Analisis ini menghasilkan nilai sebesar 5,82 suatu nilai ketahanan energi nasional yang rendah, padahal kondisi ketahanan energi nasional ‘aman-aman saja’ meskipun terdapat 1 – 2 lokasi yang kekurangan pasokan energi. Untuk itu, diperlukan penelaahan ulang tentang penilaian indikator ketahanan energi untuk memperoleh hasil penilaian indikator ketahanan energi nasional yang kurang lebih mewakili kondisi ril ketahanan energi nasional.

4.2. Feed-in Tariff FiT

Perkembangan kebijakan FiT selama tahun 2013 s.d. 2014 ditandai dengan ditetapkannya FiT PLTS, FiT PLTSampah, FiT PLTA, FiT PLTP, serta FiT PLTBiomasa dan PLTBiogas. Feed-in Tariff merupakan harga yang dibayarkan oleh perusahaan listrik negara PT PLN Persero ketika membeli listrik dari produksi pembangkit listrik energi terbarukan yang dibangun oleh investor sesuai harga yang ditetapkan oleh pemerintah. FiT merupakan insentif lain yang bertujuan untuk meningkatkan pemakaian listrik yang bersumber dari energi terbarukan. Skema tersebut merupakan terobosan agar semakin banyak investor mengembangkan pembangkit energi terbarukan yang memiliki potensi melimpah di Indonesia. Peningkatan pemanfaatan pembangkit listrik energi terbarukan akan memperkuat ketahanan energi nasional.

4.2.1. PLTA Kementerian ESDM menetapkan Permen ESDM Nomor 12 Tahun

2014 Tentang Pembelian Tenaga Listrik dari PLTA oleh PT PLN Persero. Permen ESDM 122014 kemudian disempurnakan dengan ditetapkannya Permen ESDM 222014 untuk lebih memperjelas badan usaha yang menjual listrik harus badan usaha Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 98 98 yang telah mempunyai Izin Usaha Pembangkit Tenaga Listrik IUPTL. Selain itu, Permen ESDM 222014 juga ditetapkan dalam rangka penegasan harga pembelian tenaga listrik tanpa negosiasi dan tanpa eskalasi, yang berlaku selama masa kontrak, berdasarkan kesepakatan bersama antara Badan Usaha dengan PT PLN Persero dan harus mendapat persetujuan Menteri ESDM. Harga pembelian tenaga listrik dari PLTA 10 MW pada Permen ESDM 122014 dan 222014 adalah sama, yaitu Rp. 1.070kWh untuk Tegangan Menengah TM dan Rp. 1.275kWh untuk Tegangan Rendah TR. Harga pembelian tenaga listrik tidak berlangsung sama sepanjang kontrak, tetapi dibedakan atas 2 periode waktu, yaitu periode I tahun ke 1 s.d. 8 dengan harga tersebut di atas, dan periode II tahun ke 9 s.d. 20 dengan harga pembelian tenaga listrik yang menurun menjadi Rp. 750kWh untuk TM dan Rp. 770kWh untuk TR. Penurunan harga pembelian ini disebabkan karena pada periode I payback period dianggap sudah terpenuhi, sehingga selama periode II hanya merupakan keuntungan investor. Hal ini lebih menjamin investor untuk berinvestasi karena dengan sistem pembelian yang tinggi di awal dan menurun diakhir membuat investasi lebih menarik. PT PLN Persero dapat membeli tenaga listrik dari PLTA dengan kapasitas 10 MW dengan harga sesuai dengan kesepakatan antara PLN dengan Badan Usaha investor tetapi tidak boleh melebihi harga untuk kapasitas 10 MW. 99 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 99 Tabel 8. Harga Pembelian Listrik PLTA oleh PT PLN Persero sesuai Permen ESDM 222014 Setiap Badan Usaha yang akan menjual listrik ke PLN harus menandatangani Perjanjian Jual Beli Listrik yang berlaku selama 20 tahun dan memenuhi berbagai persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Permen ESDM 122014. Badan Usaha yang telah ditetapkan sebagai pengelola wajib menyerahkan sertifikat deposito sebesar 5 terhadap nilai investasi kepada Dirjen EBTKE paling lambat 30 hari kerja sejak ditetapkan. Apabila Badan Usaha telah ditetapkan sebagai pengelola tidak dapat melaksanakan tanggungjawabnya, maka 25 dari dana sertifikat deposito akan menjadi milik negara. Adanya ketentuan penyerahan deposito sebesar 5 terhadap total investasi tersebut merupakan ketentuan baru karena banyak Badan Usaha sudah ditetapkan sebagai pengelola PLTA tetapi tidak melaksanakan tanggung jawabnya, bahkan hanya berfungsi sebagal ‘makelar’ dengan memperjualbelikan surat ketetapan pengelola PLTA kepada pihak lain.

4.2.2. PLTP Total sumberdaya dan cadangan panasbumi Indonesia merupakan