Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 134
134
BAB V EVALUASI PEMANFAATAN ENERGI TAHUN
2013 DAN 2014
5.1. Pendapatan, Investasi, dan Subsidi
Realisasi penerimaan negara dari sektor migas dan pertambangan batubara termasuk panasbumi dan pertambangan umum tahun
2013 dan tahun 2014 hampir 2 kali lipat dari rencana yang tertuang dalam Renstra KESDM 2010-2014 karena meningkatnya harga
minyak bumi dan meningkatnya produksi batubara. Harga minyak mentah Indonesia ICP, Indonesia Crude Price tahun 2013
mencapai 105,84 USbarrel dan 96,51 USbarrel pada tahun 2014
[DJMIGAS-6,2015]
, padahal ekspor minyak bumi dan gas bumi pada tahun 2013 dan 2014 cenderung menurun dari 117,38 juta barrel
menjadi 109,93 juta barrel untuk minyak bumi dan dari 3.402 MMCFD menjadi 3.393 MMCFD untuk gas bumi
[Pusdatin,2015]
. Sementara itu, produksi dan ekspor batubara masing-masing
mencapai 458 juta ton dan 332 juta ton pada tahun 2014
[Pusdatin,2015]
. Penerimaan negara dari energi fosil dan panasbumi yang melebihi
target Renstra KESDM 2010-2014 hampir habis digunakan untuk subsidi energi. Tercatat total subsidi energi fosil dan listrik pada
tahun 2013 mencapai 311,21 triliun rupiah pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 314,75 triliun rupiah pada tahun 2014. Lebih
besarnya realisasi subsidi energi fosil BBM dan LPG daripada target subsidi dalam Renstra KESDM 2010-2014 terjadi karena
meningkatnya konsumsi BBM subsidi bensin dan minyak solar untuk transportasi dan meningkatnya konsumsi LPG tabung 3 kg.
Jumlah konsumsi BBM subsidi pada tahun 2013 mencapai 46,25 juta KL dan meningkat menjadi 46,79 juta KL pada tahun 2014. Total
subsidi BBM pada tahun 2015 akan menurun drastis karena harga premium ditetapkan sesuai dengan harga pasar dan subsidi minyak
135 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik
135
solar hanya Rp. 1.000liter. Subsidi listrik meskipun lebih besar dari sasaran Renstra KESDM tetapi mengalami penurunan dari 101
triliun rupiah pada tahun 2013 menjadi 86 triliun rupiah pada tahun 2014 disebabkan karena tarif listrik 5 lima golongan tarif pelanggan
ditetapkan sesuai dengan mekanisme pasar. Rata-rata tarif listrik pada tahun 2013 sebesar Rp. 819kWh 64 terhadap target dan
meningkat pada tahun 2014 menjadi Rp. 928kWh 73 terhadap target
[PLN,2015]
. Mungkin PT PLN Persero merupakan satu-satunya perusahaan listrik di dunia yang sudah mengalami kerugian sebelum
listrik disalurkan ke konsumen. Subsidi listrik dilakukan bagi konsumen dengan sambungan daya 450 VA dan 900 VA yang
sebagian merupakan konsumen mampu, sehingga subsidi listrik dianggap tidak tepat sasaran. Untuk itu, upaya pemerintah untuk
memberikan subsidi listrik hanya bagi masyarakat kurang mampu perlu diapresiasi dan didukung agar dapat dilaksanakan secara
maksimal. Sementara itu, investasi migas hampir sama dengan sasaran
Renstra KESDM. Sejatinya investasi migas harus lebih besar karena produksi dan cadangan minyak bumi terus menurun ditengah
konsumsi BBM yang terus meningkat. Beberapa faktor yang menyebabkan investasi migas tidak meningkat pada tahun 2014
karena sumberdaya migas terletak di daerah remote dan adanya kebijakan pengenaan PBB PMK 267PMK.0112014 dan PPh PP
792010 bagi usaha eksplorasi migas. Revisi PMK dan PP diharapkan akan memberi angin segar bagi investor untuk
melakukan eksplorasi migas di Indonesia, sepanjang harga minyak bumi mendukung. Investasi panasbumi juga mendekati sasaran
Renstra KESDM realisasi investasi panasbumi 2014 merupakan angka sementara. Realisasi investasi panasbumi seharusnya dapat
lebih tinggi sepanjang keekonomian, tumpah tindih lahan, dan perizinan dapat diatasi.
Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 136
136
Tabel 11. Pencapaian Target Ekonomi dalam Renstra KESDM 2013-2014
• Penerimaan negara dari energi fosil dan panasbumi hampir habis digunakan untuk subsidi energi.
• Tingginya subsidi energi karena meningkatnya konsumsi BBM subsidi, LPG subsidi, dan subsidi listrik.
• PT PLN Persero merupakan perusahaan listrik di dunia yang sudah mengalami kerugian sebelum listrik disalurkan ke konsumen.
• Subsidi listrik dianggap tidak tepat sasaran dan perlu ditinjau ulang. • Investasi migas tidak meningkat karena sumberdaya migas terletak di
daerah remote dan adanya kebijakan pengenaan PBB dan PPh bagi usaha eksplorasi migas.
•
Investasi panasbumi dapat lebih tinggi sepanjang keekonomian, tumpah tindih lahan, dan perizinan dapat diatasi.
5.2. Suplai Energi