145 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik
145
Tabel 13. Pencapaian Target Transformasi Energi dalam Renstra KESDM 2013-2014
5.4. Kebijakan Energi
Renstra KESDM 2010-2014 juga menargetkan sasaran penetapan regulasi efisiensi energi, regulasi label hemat energi, regulasi EBT,
sasaran mitigasi GRK, dan penyusunan RUED. Penetapan sasaran regulasi, mitigasi GRK, dan penyusunan RUED menjadi patokan
direktorat jenderal di lingkungan KESDM untuk merealisasikannya. Selama tahun 2013 dan 2014, penetapan regulasi tentang efisiensi
energi tidak dapat direalisasikan disebabkan terutama oleh belum ditetapkannya regulasi tentang RUEN Rencana Umum Energi
Nasional. Sesuai PP 70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi disebutkan bahwa Pemerintah wajib menetapkan Rencana Induk
Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 146
146
Konservasi Energi RIKEN berdasarkan RUEN, sedangkan RUEN ditetapkan setelah Kebijakan Energi Nasional KEN yang disusun
oleh Dewan Energi Nasional DEN disepakati dan dituangkan dalam bentuk regulasi. Anggota DEN yang terdiri dari unsur pemerintah
dan pemangku kepentingan ditetapkan pada akhir 2009 dan idealnya dokumen KEN sudah dapat diselesaikan setahun atau 2
tahun dari masa kerja 5 tahun anggota DEN. Namun, penetapan KEN baru terlaksana pada periode kedua berdirinya DEN dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014. Berdasarkan KEN tersebut akan disusun RUEN yang diharapkan
baru akan ditetapkan pada akhir tahun 2015, sehingga dokumen RIKEN yang mengacu ke RUEN dapat diselesaikan. Dengan
penetapan RIKEN akan menyusul regulasi-regulasi sektoral untuk mencapai sasaran RIKEN tersebut. Keterlambatan penetapan
regulasi RUEN yang dijadikan dasar dalam penyusunan RUED menyebabkan seluruh provinsi di Indonesia sama sekali tidak dapat
menyusun RUED. Label tanda hemat energi yang secara tidak langsung merupakan
regulasi efisiensi energi tetapi dipisahkan dalam pembahasan ini merupakan tuntutan agar terdapat petunjuk bagi konsumen,
khususnya konsumen penggunan peralatan listrik rumah tangga, dalam memilih peralatan mana yang lebih efisien sesuai dengan
kemampuannya. Regulasi pembubuhan label tanda hemat energi pertama kali ditetapkan tahun 2011 dengan keluarnya Permen
ESDM 062011 tentang pembubuhan label tanda hemat energi untuk lampu swaballast, yang kemudian direvisi dengan ditetapkannya
Permen ESDM 182014. Permen ESDM 062011 merupakan permen pertama sehingga menjadi pelajaran bagi pemerintah dan
stakeholder terkait dalam mewujudkan marwah yang terdapat dalam permen tersebut, sehingga perlu disempurnakan.
Berbeda dengan pencapaian sasaran regulasi efisiensi energi dan regulasi label tanda henat energi, penetapan regulasi energi baru
dan terbarukan cukup progressif dilakukan oleh KESDM karena semakin mahalnya harga energi fosil, sulitnya menjangkau daerah
147 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik
147
remote dengan energi fosil padahal sumber daya energi terbarukan tersedia setempat, adanya target penurunan emisi gas rumah kaca
GRK, dan adanyaditetapkannya target bauran energi baru dan terbarukan yang cukup tinggi dalam KEN. Selama tahun 2013
ditetapkan 2 regulasi EBT, yaitu tentang harga jual PLTS dan PLTSa sampah kota. Kedua regulasi ini mengatur berapa harga jual listrik
yang dihasilkan oleh pembangkit tersebut pada titik serah tertentu jaringan tegangan menengah atau jaringan tegangan rendah yang
harus dibeli oleh PT PLN Persero sesuai ketentuan yang berlaku. Selanjutnya, ditetapkan 5 regulasi terkait dengan EBT pada tahun
2014 mencakup PLTA 3 regulasi, PLTP, dan PLTBio, melebihi target yang ditentukan dalam Renstra KESDM.
Indonesia sebagai negara kepulauan akan menerima dampak yang paling besar atas perubahan iklim yang terjadi. Untuk itu, Presiden
berkomitmen untuk menurunkan gas rumah kaca sebesar 26 dengan usaha sendiri atau sebesar 41 dengan bantuan
internasional pada pertemuan G-20 di Stockholom tahun 2009. Komitmen ini ditindaklanjuti dengan penetapan Perpres 612011
tentang RAN-GRK dimana KESDM mendapat tugas untuk menurunkan emisi GRK sebanyak 38 juta ton CO
2
e dengan usaha sendiri atau bertambah 1 juta ton CO
2
e dengan biaya sendiri. Untuk itu, KESDM menetapkan sasaran penurunan emisi GRK dalam
Renstra KESDM namun sasaran tersebut masih belum tercapai karena sasaran tersebut merupakan sasaran total, baik yang
dilakukan dengan biaya APBN, swasta, dan Badan Usaha, atau termasuk yang dibiayai secara internasional. Dengan demikian,
diperlukan pemisahan berbagai kegiatan mitigasi secara jelas agar dapat dibedakan seberapa besar konstribusi KESDM yang
menggunakan biaya APBN dalam pencapaian mitigasi GRK sektor energi. Kegiatan mitigasi GRK diluar pembiayaan APBN hendaknya
dilaporkan oleh pelaksana kegiatan dan disampaikan ke KESDM. Untuk itu diperlukan mekanisme sistem pelaporan mitigasi GRK dan
untuk mendukung itu diperlukan perubahan Perpres 612011 dengan mewajibkan Badan Usaha untuk melakukan perhitungan emisi GRK
Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik 148
148
dan menyampaikan laporannya ke KESDM sebagai koordinator bidang energi.
Tabel 14. Pencapaian Target Kebijakan Energi dalam Renstra KESDM 2010-2014
• Target penyusunan regulasi efisiensi energi tidak dapat direalisasikan terutama disebabkan oleh belum ditetapkannya
regulasi tentang RUEN yang akan menjadi acuan dalam penyusunan RIKEN.
• Target penyusunan regulasi label tanda hemat energi hanya terwujud 50 pada tahun 2014 itupun merupakan revisi regulasi
label tanda hemat energi lampu swaballast guna memperbaiki kelemahan dari regulasi sebelumnya.
• Target penyusunan regulasi EBT tercapai bahkan melampaui sasaran pada tahun 2014 karena semakin mahalnya harga energi
fosil, sulitnya menjangkau daerah remote dengan energi fosil padahal sumber daya energi terbarukan tersedia setempat,
adanya target penurunan GRK, dan adanyaditetapkannya target bauran energi baru dan terbarukan yang cukup tinggi dalam KEN.
• Target pencapaian penurunan emisi GRK tidak tercapai karena KESDM hanya melaporkan aksi mitigasi yang tertuang
dalam Perpres 612011 atas biaya APBN, padahal banyak aksi mitigasi GRK atas biaya Badan Usaha dan APBD diluar
kewenangan KESDM.
• Perpres 612011 perlu direvisi diantaranya dengan mewajibkan Badan Usaha untuk melakukan perhitungan emisi GRK dan
menyampaikan laporannya ke KESDM.
149 Perkembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan Listrik
149
5.5. Konsumsi Energi Final