3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menjabarkan hasil
penelitian, untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mentabulasi data yang didapat melalui keterangan responden, kemudian dicari
frekuensi dan persentasenya. Setelah itu disusun dalam bentuk tabel tunggal dengan menggunakan Skala Likert.
Untuk mengetahui apakah hasil dari efektivitas terhadap program tersebut, maka digunakan interval sebagai skala pengukuran.
Interval i = Nilai Atas – Nilai Bawah
Jumlah Kelas
i = 5- 1
i = 4
5 =
0,8
Untuk mengetahui hasil dari efektivitas pelaksanaan program, maka dapat dilihat dari ketentuan interval sebagai berikut:
a. Respon dengan nilai 1 sampai dengan 1,8 = sangat negatif, yang artinya
program tesebut sangat tidak efektif b.
Respon dengan nilai 1,8 sampai dengan 2,6 = negatif, yang artinya program tersebut tidak efektif
Universitas Sumatera Utara
c. Respon dengan nilai 2,6 sampai dengan 3,4 = netral, yang artinya program
tersebut netral d.
Respon dengan nilai 3,4 sampai dengan 4,2 = positif, yang artinya program tersebut efektif
e. Respon dengan nilai 4,2 sampai dengan 5 = sangat positif, yang artinya
program tersebut sangat efektif Siagian, 2011: 116.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Berdirinya Lembaga
Setelah perang dunia II Belanda datang ke Susteran Santo Yosef yang tinggal di Daendlesstrat sekarang Jalan Hayam Wuruk II Medan. Tentara itu
membawa dan menyerahkan seorang purti penyandang cacat tunanetra. Bernama Martha Pomken dan sudah berumur 13 tahun. Tentara belanda ini berpesan agar putri
ini diberi pendidikan yang baik. Sr. Hdefonsa Van de Waring yang berhati emas kepada penderita menerima anak itu dengan senag hati.
Namun setelah anak itu tinggal beberapa waktu di Susteran, muncul satu masalah dan pertanyaan yang sebelumnya kurang dipikirkan lebih dalam. Pendidikan
atau pengajaran apa dan bagaimana yang tepat diberikan kepada anak ini. Pertanyaan ini seolah-olah mendapat jawaban ketika Sr. Hdefonsa berkeinginn
berkunjung dan belajar bagaimana mendidik dan mengajar para tunanetra disalah satu institusi yang bernama “ De Winjnberg” di Grve. Sr. Hdefonsa berungkali ke
tempat ini untuk belajar dan sekaligus bagaimana memahami orang- orang cacat khususnya anak tunanetra.
Pada suatu hari dalam kunjungannya ke Grave tempat institusi anak tunanetra itu, Sr. Hdefonsa bertemu dengan seorang gadis tunanetra bernama Tress
Kim Lan Bong, yang sudah dididik selama 13 tahun di institusi De Wijnberg. Tress Kim Lan Bong berasal dari Pulau Bangka Indonesia. Dalam pertemuannya itu Tress
menyatakan keinginan dan kerinduaanya untuk kembali ke Indonesia dan mau mebantu teman-temannya yang tunenetra di Indonesia. Dapat kita bayangkan betapa
Universitas Sumatera Utara