tanggal 13 Maret 2014 pukul 16:30. Gomes 2003:209 memberi tipe-tipe kriteria efektivitas program pelatihan. Suatu program pelatihan bisa dievaluasi berdasarkan:
1 reactions, 2 learning, 3 behaviors, 4 organizational results. Melalui reactions reaksi dapat diketahui opini dari para peserta mengenai program
pelatihan yang diberikan. Proses learning memberikan informasi yang ingin diperoleh melalui penguasaan konsep-konsep, pengetahuan, dan keterampilan-
keterampilan yang diberikan selama pelatihan. Perilaku behaviors dari peserta pelatihan, sebelum dan sesudah pelatihan, dapat dibandingkan guna mengetahui
tingkat pengaruh pelatihan terhadap peserta pelatihan. Dampak pelatihan organizational results untuk menguji dampak pelatihan terhadap peserta pelatihan
secara keseluruhan dan ketepatan waktu dalam pelaksanaan pelatihan, kualitas dan kepuasaan dalam pelatihan keterampilan.
2.2 Program Pelatihan Keterampilan Penyandang Cacat
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya, atau satu
pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Supaya efektif, pelatihan biasanya harus mencakup pengalaman belajar learning experience, aktivitas yang
terencana be a planned organizational activity, dan didesain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan. Secara ideal, pelatihan harus
didesain untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi, yang pada waktu yang bersamaan juga mewujudkan tujuan-tujuan dari para pekerja secara perorangan
Gomes,2003:197.
Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling dapat dilihat dan paling umum dari semua aktivitas. Para penyelenggara menyokong pelatihan karena
Universitas Sumatera Utara
melalui pelatihan para peserta, dalam hal ini penyandang cacat, akan menjadi lebih terampil, dan karenanya lebih produktif. Pelatihan lebih sebagai sarana yang
ditujukan pada upaya untuk lebih memberdayakan seseorang yang kurang berdaya dari sebelumnya, mengurangi dampak-dampak negatif yang dikarenakan kurangnya
pendidikan, pengalaman yang terbatas, atau kurangnya kepercayaan diri dari penyandang cacat. Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat
syaraf dan otot-otot neuromuscular yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya
motorik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik
dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil. Sedangkan Reber dalam Syah,2005:121 mengatakan, keterampilan adalah
kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi
secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
Belajar keterampilan adalah belajar menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-ototneuromuscular. Tujuannya
adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmani tertentu. Dalam jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Supaya efektif, pelatihan harus
merupakan solusi yang tepat bagi permasalahan organisasi, yakni bahwa pelatihan tersebut harus dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan keterampilan. Syah,
2005:126 Keterampilan bergerak dari yang sangat sederhana ke yang sangat kompleks. Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu psikomotor dan
intelektual. Keterampilan psikomotor antara lain adalah menggergaji, mengecat tembok, menari, mengetik. Sedangkan keterampilan intelektual ialah memecahkan
soal hitungan, melakukan penelitian, membuat kesimpulan dan sebagainya. Namun,
Universitas Sumatera Utara
sebenarnya hampir semua keterampilan terdiri atas kedua unsur tersebut. Hanya saja ada keterampilan yang lebih menonjol unsur psikomotornya sedangkan keterampilan
yang lain lebih menonjol unsur intelektualnya.
Keterampilan merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun
pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi kehidupan mereka. Anak asuh melakukan interaksi dengan
benda-benda produk kerajian dan teknologi yang ada di lingkungannya saat pelatihan keterampilan, kemudian berkreasi menciptakan berbagai produk kerajinan maupun
produk teknologi, sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif. Pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses
komunikasi belajar untuk mengubah perilaku anak asuh cekat, cepat dan tepat melalui pembelajaran kerajinan, teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan
Sudjana, 1996:17 . Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di
masyarakat. Melihat uraian tersebut, secara substansi bidang keterampilan mengandung kinerja kerajinan dan teknologis. Istilah kerajinan berangkat dari
kecakapan melaksanakan, mengolah dan menciptakan dengan dasar kinerja keterampilan psimotorik. Maka, keterampilan kerajinan berisi kerajinan tangan
membuat benda pakai atau fungsional. Keterampilan teknologi terdiri dari teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan.
Metode pelatihan merupakan bentuk yang dipilih dalam pelatihan-pelatihan yang menyediakan langsung keterampilan untuk para peserta. Adapun prinsip umum
bagi metode pelatihan harus memenuhi sebagai berikut: 1.
memotivasi para peserta latihan untuk belajar keterampilan baru
Universitas Sumatera Utara
2. memperlihatkan keterampilan-keterampilan yang diinginkan untuk dipelajari,
3. harus konsisten dengan isi misalnya, dengan menggunakan pendekatan
interaktif untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan interpersonal, 4.
memungkinkan partisipasi aktif, 5.
memberikan kesempatan berpraktek dan perluasan keterampilan, 6.
memberikan feedback mengenai performansi selama pelatihan, 7.
mendorong adanya pemindahan yang positif dari pelatihan ke pekerjaan, dan 8.
harus efektif dari segi biaya Gomes, 2003:208. Sehingga metode pelatihan tidak terlepas dari pelatihan-pelatihan yang
menyediakan langsung keterampilan untuk peserta. Menjadikan peserta perilaku- perilaku yang terampil untuk kemandirian diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam hidup bermasyarakat.
2.3 Penyandang Cacat 2.3.1 Pengertian Penyandang Cacat